Minggu, 22 Januari 2012

PERMASALAHAN DASAR EKONOMI

Permasalahan Utama dalam Ekonomi
Ekonomi merupakan studi tentang manusia, dimana terjadi pertentangan antara kebutuhan dan keinginan manusia yang sifatnya tidak terbatas berbenturan dengan kapasitas sumber daya yang terbatas. Oleh karenanya ekonomi hadir tentang bagaimana menggunakan atau mengalokasikan sumber-sumber daya ekonomi yang terbatas jumlahnya tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya. Sehingga yang menjadi masalah pokok dalam suatu sistem ekonomi adalah masalah kelangkaan (scarcity). Kebutuhan manusia meliputi kebutuhan fisik dasar akan makanan, pakaian, keamanan, kebutuhan sosial serta kebutuhan individu akan pengetahuan dan suatu keinginan untuk mengekspresikan diri. Sementara keinginan adalah bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual. Manusia mempunyai keinginan yang nyaris tanpa batas tetapi sumber dayanya terbatas. Jadi mereka akan memilih produk yang memberi nilai dan kepuasan paling tinggi untuk uang yang dimilikinya. Dengan keinginan dan sumber daya yang dimiliki manusia akan menciptakan permintaan akan produk dengan manfaat yang paling memuaskan.


Permintaan adalah keinginan manusia yang didukung oleh kemampuan daya beli seseorang. Keinginan dapat berubah menjadi permintaan bilamana disertai dengan daya beli. Konsumen memandang produk sebagai kumpulan manfaat dan memilih produk yang memberikan kumpulan terbaik untuk uang yang mereka keluarkan. Tidaklah dapat dikatakan sebagai suatu permintaan apabila keinginan tersebut tidak disertai dengan kemampuan untuk membeli suatu produk atau jasa tersebut.
Berdasarkan pandangan atas kebutuhan dan persyaratan apa yang dibutuhkan untuk memenuhinya, akan berlanjut kepada kelangkaan relatif atas pemenuhan kebutuhan dalam rangka pencapaian nilai yang lebih tinggi dan pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam pandangan ekonomi konvensional “ilmu ekonomi adalah studi tentang pemanfaatan sumber daya yang langka atau terbatas (scarcity) untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas (unlimited) ”.
Secara umum, ilmu ekonomi adalah studi tentang pilihan atas berbagai kebutuhan dan keinginan manusia yang dibatasi oleh sumber daya yang sifatnya terbatas. Kelangkaan tidak dapat terelakkan dalam kehidupan manusia dan telah menjadi pusat permasalahan ekonomi. Namun apakah sumber daya masyarakat itu? Lalu kenapa kelangkaan tersebut terjadi? Kemudian konsekuensi apa yang didapat dari terjadinya kelangkaan? Sumber daya terdiri atas sumber daya alami dan sumber daya buatan. Dimana sumber daya alami terdiri atas sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sedangkan sumber daya buatan adalah modal dan pengusaha. Para ahli ekonomi menamakan seluruh sumber daya ini sebagai faktor-faktor produksi, sebab mereka ini digunakan untuk memproduksi barang-barang yang dibutuhkan orang. Barang-barang yang dihasilkan atau diproduksi dinamakan komoditi. Komoditi dapat dipisahkan menjadi barang dan jasa, dimana barang selalu berujud sedangkan jasa tidak berwujud.
Bagi sebagian besar umat manusia yang hidup di dunia ini kelangkaan merupakan suatu hal yang nyata, sedangkan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas jumlahnya tidak sebanding dengan besarnya permintaan. Walaupun suatu negara itu sudah kaya atau makmur bukan berarti masalah kelangkaan sudah selesai. Namun tetap saja dibutuhkan output yang lebih banyak lagi agar seluruh rumah tangga dapat mengkonsumsinya. Karena keterbatasan sumber daya tersebut, maka setiap individu menghadapi masalah pengambilan keputusan tentang apa yang harus diproduksi dan bagaimana membagi produk tersebut di kalangan anggota masyarakat. Setiap individu dalam masyarakat mempunyai preferensi yang berbeda dalam menentukan pilihan tersebut. Keterbatasan dalam melakukan pilihan tersebut secara tidak langsung menunjukkan akan timbulnya suatu biaya, hal ini dikenal dengan biaya peluang (opportunity cost). Dimana keputusan untuk memiliki sesuatu lebih banyak sama dengan keputusan untuk memiliki hal lainnya lebih sedikit. Setiap kali keterbatasan atau kelangkaan memaksa seseorang untuk menentukan pilihan, maka dia sedang menghadapi masalah biaya peluang. Biaya ini diukur dengan satuan alternatif yang dilepaskan. Karena ketika seseorang menentukan pilihannya atas sesuatu hal, maka ia melepaskan kepuasan pilihannya atas suatu hal yang lain.






Gambar 1.1. menggambarkan kombinasi yang harus diambil atas dua pilihan barang X dan barang Y. Hal ini terjadi karena keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh individu. Dalam contoh ini digambarkan biaya peluang (opportunity cost) adalah konstan, sehingga garis pembatas berbentuk lurus. Namun dalam dunia riel, biaya peluang bisa saja tidak konstan. Selain itu ada lagi proses pemilihan yang dilakukan oleh produsen ketika memutuskan akan memutuskan untuk memproduksi suatu barang. Gambar 1.1. memperlihatkan bahwa apabila seorang individu memilih titik A, maka individu tersebut telah memilih seluruh komoditi Y dan melepaskan keinginannya atas komoditi X, begitu pula sebaliknya apabila memilih titik C. Sementara titik B adalah individu mencoba mengkombinasikan konsumsinya antara komoditi X dan komoditi Y.
Karena sumber daya terbatas, pilihan untuk memproduksi suatu barang lebih banyak akan menurunkan produksi barang lain. Sehingga proses produksi yang bisa dicapai adalah kombinasi berdasarkan sumber daya yang tersedia. Hal ini bisa digambarkan dalam suatu kurva yang dinamakan batas kemungkinan produksi (production possibility frontier). Kemiringan (slope) kurva ini turun ke kanan bawah. Dari gambar 1.2. terlihat bahwa titik a dan titik d merupakan kombinasi yang tidak bisa dicapai, karena sumber daya yang dimiliki tidak mencukupi untuk memproduksi sebanyak itu. Sementara titik c merupakan titik yang tidak optimal, karena ada sumber daya yang tidak terpakai










Batas kemungkinan produksi mengungkapkan tiga konsep yaitu keterbatasan/kelangkaan (scarcity), pilihan (choice) dan biaya peluang (opportunity cost). Keterbatasan ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak bisa dicapai di atas batas garis; pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih dari sekian titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas; biaya peluang diperlihatkan oleh kemiringan batas tersebut ke kanan bawah.
Sehingga dari permasalahan utama mendasar, setiap masyarakat menghadapi dan harus memecahkan tiga permasalahan pokok ekonomi :
a. Apa yang harus diproduksi dan dalam jumlah berapa barang tersebut diproduksi (WHAT)
b. Bagaimana sumber-sumber ekonomi (faktor-faktor produksi) yang tersedia harus dipergunakan untuk memproduksi barang-barang tersebut secara optimal (HOW)
c. Untuk siapa barang-barang tersebut diproduksikan; atau bagaimana barang-barang tersebut dibagikan diantara warga masyarakat (FOR WHOM)
Masyarakat memecahkan ketiga permasalahan ekonomi pokok tersebut dengan berbagai cara mulai dari kebiasaan, tradisi, insting, komando (paksaan) sampai kepada mekanisme harga di pasar. Dalam dunia ekonomi modern saat ini untuk memecahkan permasalahan di atas adalah dengan menyerahkannya kepada mekanisme harga di pasar. Gerak harga (mekanisme harga) dari setiap barang dan faktor produksi bisa memecahkan ketiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat dengan jalan:
a. Bila masyarakat menghendaki lebih banyak akan sesuatu barang, maka harga barang tersebut akan naik. Sehingga penjual memperoleh keuntungan yang lebih besar, selanjutnya produsen akan memperbesar kapasitas produksinya atas produk tersebut, akibat peningkatan kapasitas produksi maka total barang akan bertambah. Barang akan semakin ditingkatkan produksinya sampai dengan batas maksimal yang dapat diproduksi, sampai dengan batas maksimal dimana penawaran lebih tinggi dari permintaan, maka harga barang tersebut akan menurun dan akhirnya produsen akan menurunkan kapasitas produksinya. Proses sebaliknya akan terjadi bila harga turun. Jadi gerak harga-harga barang menentukan apa dan berapa setiap barang akan tersedia (diproduksikan) di dalam masyarakat. (Masalah What);
b. Barang dihasilkan dari proses pengkombinasian faktor-faktor produksi oleh produsen, dimana faktor-faktor produksi ini merupakan kombinasi paling efisien dan efektif bagi perusahaan dalam proses produksinya. Bila harga sesuatu faktor produksi naik, maka produsen akan berusaha mengadakan penghematan penggunaan faktor tersebut dan menggunakan lebih banyak faktor-faktor produksi yang lain untuk proses produksinya, dan berusaha mencari barang subtitusi yang paling efisien dalam produksinya. Sehingga produsen akan selalu mencari kombinasi faktor produksi yang paling efisien dalam proses produksinya. Gerak harga faktor produksi menentukan kombinasi optimal yang digunakan produsen dalam proses produksinya. (Masalah How);
c. Barang-barang hasil produksi dijual baik oleh produsen maupun konsumen. Konsumen membayar harga barang-barang hasil produksi oleh produsen tersebut dari penghasilan yang diterimanya, dimana penghasilan yang didapat oleh konsumen tersebut bersumber dari penjualan jasa-jasa atas faktor produksi yang dimilikinya kepada produsen berupa upah dari tenaga yang mereka keluarkan kepada produsen. Pola distribusi penghasilan antar warga masyarakat tidak hanya ditentukan oleh harga faktor-faktor produksi saja tetapi juga oleh pola kepemilikan. Semakin terpusat suatu kepemilikan, maka akan semakin terpusat pula distribusi barang-barang di masyarakat. Gerak harga barang dan faktor produksi menentukan distribusi barang-barang yang dihasilkan di dalam masyarakat antara warga masyarakat. (Masalah For Whom).
Meskipun dalam mekanisme harga yang dalam bahasa ekonomi dipengaruhi oleh “invisible hand” tidak semuanya bisa dipecahkan oleh mekanisme harga di pasar. Sebab ada bagian yang secara umum mekanisme harga tidak memecahkan masalah dengan baik, karena menyangkut kepentingan umat yang lebih besar :
a. Distribusi pendapatan
Mekanisme harga tidak selalu bisa menjamin dipecahkannya masalah “For Whom” secara adil, sebab ada pihak yang semakin dirugikan dan diinjak-injak oleh pihak lain. Hal ini terkait dengan pola kepemilikan yang terjadi di masyarakat, dimana terjadi kesenjangan pendapatan di masyarakat yang memerlukan suatu mekanisme agar tercipta suatu keadilan, dan hal ini kurang dapat dilakukan oleh mekanisme harga. Apabila hal ini sepenuhnya dilepas menurut mekanisme harga yang terjadi maka akan dapat menyebabkan pemusatan kekayaan kepada segelintir kelompok tertentu yang memiliki akses modal lebih besar dan merugikan kelompok masyarakat yang lemah yang kurang memiliki akses modal. Sehingga tugas negara adalah untuk memastikan untuk tidak terjadinya kesenjangan pendapatan di masyarakat.
b. Ketidaksempurnaan pasar
Hal ini apabila terjadi suatu perbedaan yang tajam dalam hal kekuasaan ekonomi antara pihak-pihak yang bertransaksi di pasar, maka harga yang terjadi di pasar tidak menggambarkan keadaan masyarakat sebenarnya. Struktur pasar pesaingan sempurna sangatlah sulit untuk ditemukan dalam kehidupan nyata, karenanya mekanisme harga yang sepenuhnya diserahkan kepada sistem pasar akan mengerucut kepada terjadinya ketidaksempurnaan pasar, karena struktur pasar yang paling banyak adalah struktur oligopoli. Sehingga dalam hal ini masalah “What” dan “How” tidak terpecahkan dengan baik.
c. Barang-barang publik
Dalam kehidupan ini ada barang-barang yang hanya bisa disediakan secara kolektif oleh masyarakat maupun pemerintah (contoh: keamanan, , infrastruktur jalan, sarana publik, taman kota, dan sebagainya). Dimana tidak terdapatnya harga pasar bagi barang-barang publik ini, barang-barang publik ini tidak dapat disediakan oleh swasta karena secara ekonomi tidak menguntungkan. Hal ini menyebabkan barang-barang publik harus disediakan oleh negara demi kesejahteraan masyarakat. Sehingga terlihat sekali lagi bahwa masalah “What” untuk barang-barang publik ini tidak bisa dipecahkan dengan baik oleh mekanisme harga.
d. Eksternalitas
Dalam mekanisme pasar tidak bisa atau kurang memperhitungkan dampak-dampak yang ditimbulkan secara tidak langsung dari kegiatan ekonomi baik itu eksternalitas positif –yaitu dampak pembangunan yang memberikan hasil positif terhadap masyarakat- (contoh: pembangunan jalan membuat suatu daerah menjadi terbuka dari aktivitas dan kegiatan perekonomian dan berakibat pada semakin majunya perekonomian yang terdapat di suatu daerah) maupun eksternalitas negatif –yaitu pembangunan yang berdampak negatif terhadap masyarakat- (contoh: polusi udara yang ditimbulkan oleh pabrik atau polusi debu yang ditimbulkan akibat pembangunan suatu jalan tol mengakibatkan terjangkitnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) di masyarakat).

e. Makro ekonomi
Mekanisme harga pun seringkali tidak bisa diandalkan secara penuh untuk menstabilkan gejolak (fluktuasi) naik turunnya kegiatan ekonomi secara total (nasional atau makro), dalam hal ini intervensi pemerintah masih sangat diperlukan. Penyesuaian dalam aktivitas makro ekonomi tidak dapat dilakukan oleh mekanisme harga melainkan harus diselesaikan oleh bidang ilmu ekonomi publik dan ekonomi politik. Sebab apabila mengandalkan sepenuhnya kepada mekanisme harga, banyak permasalahan makroekonomi yang perlu diselesaikan secara lebih bijaksana dengan mempertimbangkan berbagai macam aspek.
Dalam kelima bidang ini, mekanisme harga tidak bisa diharapkan menyelesaikan permasalahan ekonomi secara otomatis dan baik, sehingga masih dibutuhkan tindakan-tindakan dan kebijakan yang harus dirumuskan dan dijalankan secara sadar, terstruktur dan sistematis oleh negara dalam bentuk suatu perencanaan pembangunan. Dalam praktik mekanisme harga dan perencanaan digunakan secara bersama-sama. Tidaklah ada suatu negara yang murni menerapkan mekanisme harga secara total dan tidak ada suatu negara pun yang murni menerapkan perencanaan secara total. Suatu hal yang mustahil apabila mekanisme harga dan perencanaan menjadi suatu bagian terpisahkan, sebab hal ini akan menjadikan perekonomian suatu negara menjadi terpuruk.
Ekonomi konvensional mempunyai paradigma yang berbeda dengan ekonomi Islam. Karena ekonomi konvensional melihat ilmu sebagai sesuatu yang sekuler dan sama sekali tidak memasukkan faktor X (yaitu faktor Tuhan) didalamnya. Sehingga ekonomi konvensional menjadi suatu bidang ilmu yang bebas nilai (positivistik). Sementara ekonomi Islam dibangun di atas prinsip-prinsip syariah. Dalam tataran ini, ekonom muslim tidak berbeda pendapat. Namun ketika diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimana konsep ekonomi Islam itu mulai muncullah perbedaan pendapat. Sampai saat ini pemikiran para ekonom muslim kontemporer terbagi atas tiga mazhab. Kenapa pemikiran para ekonom muslim ini dapat dikatakan sebagai mazhab? Sebab pemikiran-pemikiran mereka telah tersusun secara sistematis. Tiga mazhab tersebut adalah:
• Mazhab Iqtishaduna
• Mazhab Mainstream
• Mazhab Alternatif-kritis
1. Mazhab Iqtishaduna
Mazhab ini dipelopori oleh Baqir as-sadr dengan bukunya “Iqtishaduna”. Dimana mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi (economics) tidak bisa berjalan seirama dengan Islam. Ilmu ekonomi tetaplah ekonomi, dan Islam adalah tetap Islam. Kedua hal ini tidak akan bisa disatukan karena berasal dari pengertian dan filosofi yang berbeda. Yang satu anti-Islam (anti Tuhan) dan yang satu lagi Islam (Tuhan). Perbedaan pengertian dan filosofi ini akan berdampak pada perbedaan cara pandang yang digunakan dalam melihat suatu masalah ekonomi termasuk pula dalam alat analisis yang dipergunakan.
Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak terbatas sementara sumber daya yang tersedia terbatas, dimana faktor utama permasalahan ekonomi adalah masalah kelangkaan. Mazhab ini menolak pernyataan ini, karena menurut mereka Islam tidak mengenal adanya sumber daya yang terbatas. Dalil yang mereka pergunakan untuk memperkuat argumentasi mereka adalah Al Qur’an Surat Al Qamar ayat 49
“Sungguh telah Kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya”.
Dengan demikian segala sesuatu telah terukur dengan sempurna, sebenarnya Allah telah memberikan sumber daya yang cukup bagi seluruh manusia. Kemudian mereka mengajukan sanggahan atas keinginan manusia yang tidak terbatas, menurut mereka keinginan manusia pun bersifat terbatas. Sebagai contoh: manusia akan berhenti makan bila sudah kenyang. Sehingga ditarik suatu kesimpulan bahwa keinginan manusia yang tidak terbatas itu adalah salah, sebab kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keinginan manusia terbatas.
Mazhab ini berpendapat bahwa permasalahan dalam ekonomi muncul karena adanya distribusi yang tidak merata dan tidak adil sebagai akibat sistem ekonomi yang membenarkan terjadinya eksploitasi atas sekelompok pihak yang lemah oleh sekelompok pihak yang lebih kuat, dimana pihak yang kuat akan mampu menguasai sumber daya yang ada sementara di pihak lain pihak yang lemah sama sekali tidak mempunyai akses terhadap sumber daya tersebut. Sehingga masalah ekonomi muncul bukan karena sumber daya yang terbatas, tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas. Manusia secara fitrahnya merupakan makhluk yang tidak pernah merasa puas atas apa yang telah dimilikinya. Mereka akan selalu berusaha mewujudkan setiap yang diinginkan.
Oleh karena itu istilah ekonomi Islam menurut mazhab ini adalah suatu istilah yang tidak tepat dan menyesatkan, sehingga istilah ekonomi Islam harus dihentikan atau dihilangkan. Sebagai gantinya untuk menjelaskan mengenai sistem ekonomi dengan prinsip Islam ditawarkan suatu istilah baru yang berasal dari filosofi Islam yaitu iqtishad. Iqtishad menurut mereka bukan sekedar terjemahan dari ekonomi saja. Iqtishad berasal dari bahasa Arab qasd yang secara harfiah berarti equlibrium atau keadaan sama, seimbang atau pertengahan. Oleh karenanya, semua teori ekonomi konvensional ditolak dan dibuang dan diganti oleh teori-teori baru yang disusun berdasarkan nash-nash Al Qur’an dan Sunnah.
2. Mazhab Mainstream
Mazhab kedua ini berbeda pendapat dengan mazhab pertama. Mazhab kedua atau yang lebih dikenal dengan mazhab mainstream ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Dalil yang dipakai oleh mazhab ini adalah Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 155
“Dan sungguh akan kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar”.
Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal yang alamiah dan bersifat sunatullah serta merupakan fitrah manusia. Dalilnya adalah surat At Takaatsur ayat 1-5
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu)”.

Perbedaan mazhab ini dengan ekonomi konvensional adalah dalam penyelesaian masalah ekonomi tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masalah kelangkaan ini menyebabkan manusia harus melakukan pilihan. Dalam ekonomi konvensional, pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera pribadi masing-masing tidak peduli apakah itu bertentangan dengan norma serta nilai agama ataukah tidak. Dengan kata lain pilihan dilakukan berdasarkan tuntutan nafsu semata (Homo economicus). Sedangkan dalam ekonomi Islam penentuan pilihan tidak bisa tanpa aturan, sebab semua sendi kehidupan kita telah diatur oleh Al Qur’an dan Sunnah. Sehingga kita sebagai manusia ekonomi Islam (Homo Islamicus) harus selalu patuh pada aturan-aturan syariah yang ada.
Tokoh-tokoh mazhab antara lain adalah Umer Chapra, Metwally, M A Mannan, M N Siddiqi, dll. Mayoritas mereka adalah para pakar ekonomi yang belajar serta mengajar di universitas-universitas barat, dan sebagian besar di antara mereka adalah ekonom Islamic Development Bank (IDB). Sehingga mazhab ini tidak pernah membuang sekaligus teori-teori ekonomi konvensional ke keranjang sampah. Yang bermanfaat diambil, yang tidak bermanfaat dibuang, sehingga terjadi suatu proses transformasi keilmuan yang diterangi dan dipandu oleh prinsip-prinsip syariah Islam. Sebab keilmuan yang saat ini berkembang di dunia Barat pada dasarnya merupakan pengembangan keilmuan yang dikembangkan oleh para ilmuwan muslim pada era dark ages, sehingga bukan tak mungkin ilmu yang berkembang sekarang pun masih ada beberapa yang sarat nilai karena merupakan pengembangan dari pemikiran ilmuwan muslim terdahulu.
3. Mazhab Alternatif –kritis
Mazhab ketiga dipelopori oleh Timur Kuran, Jomo, Muhammad Arif, dll. Mazhab ini mengkritik kedua mazhab sebelumnya. Mazhab pertama dikritik sebagai mazhab yang berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru yang pada hakikat aslinya sudah ditemukan oleh orang lain. Mereka menghancurkan teori lama, untuk kemudian menggantinya dengan teori baru yang notabenenya sebagian telah ditemukan. Sedangkan mazhab kedua dikritik sebagai jiplakan dari ekonomi konvensional dengan menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat serta niat. Mazhab ketiga ini merupakan mazhab yang kritis, mereka berpendapat bahwa analisis kritis bukan saja harus dilakukan terhadap ekonomi konvensional yang telah ada, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri. Sebab ekonomi Islam muncul sebagai tafsiran manusia atas Al Qur’an dan Sunnah, dimana tafsiran ini bisa saja salah dan setiap orang mungkin mempunyai tafsiran berbeda atasnya. Setiap teori yang diajukan oleh ekonomi Islam harus selalu diuji kebenarannya agar ekonomi Islam dapat muncul sebagai rahmatan lil-alamin di dunia ini.

KEBUTUHAN
a. Pengertian
Kebutuhan ialah Sesuatu yang kita perlukan dan harus dipenuhi guna mempertahankan kelangsungan hidup seperti pangan, sandang, papan
Keinginan ialah sesuatu yang kita inginkan, namun jika tidak terpenuhi tidak akan mengganggu kelangsungan kehidupan kita, seperti keinginnan terhadap barang mewah
b. Pengolongan Kebutuhan
Kebutuhan manusia banyak dan beraneka ragam, bahkan tidak hanya beraneka ragam tetapi bertambah terus tidak ada habisnya sejalan dengan perkembangan peradaban dan kemajuan ilmu dan teknologi. Satu kebutuhan telah Anda penuhi, tentu akan datang lagi kebutuhan yang lainnya. Namun demikian, kita dapat menggolongkan kebutuhan-kebutuhan sebagaimana bagan berikut ini:
1. Kebutuhan menurut intensitasnya
Kebutuhan ini dipandang dari urgensinya, atau mendesak tidaknya suatu kebutuhan. Kebutuhan ini dikelompokkan menjadi tiga: kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tertier.
Kebutuhan Primer : kebutuhan ini mutlak harus dipenuhi agar kita tetap hidup, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal,dsb.
Kebutuhan Sekunder : kebutuhan ini disebut juga kebutuhan kultural, kebutuhan ini timbul bersamaan meningkatnya peradaban manusia seperti: pendidikan, tamasya, olah raga, dll.
Kebutuhan Tertier : kebutuhan ini ditujukan untuk kesenangan manusia, seperti kebutuhan akan perhiasan, mobil mewah, rumah mewah, dsb.
Dewasa ini banyak barang yang semula dipandang mewah, sekarang telah digolongkan menjadi kebutuhan sekunder, seperti: pesawat TV, telepon, dan komputer. Demikian juga untuk pendidikan dan kesehatan telah digolongkan menjadi kebutuhan primer, mengingat kebutuhan ini sangat mendesak dan penting bagi kehidupan manusia.
2. Kebutuhan menurut sifatnya
Kebutuhan ini dibedakan menurut dampak atau pengaruhnya terhadap jasmani dan rohani.
Kebutuhan jasmani, contohnya: makanan, pakaian, tempat tinggal, dsb.
Kebutuhan rohani, contohnya: musik, menonton bola, ibadah, dsb.

3. Kebutuhan menurut waktu
Kebutuhan ini dibedakan menurut waktu sekarang dan waktu masa yang akan datang. Kebutuhan sekarang, adalah kebutuhan yang harus dipenuhi sekarang juga, seperti: makan di saat lapar, atau obat-obatan pada saat sakit. Kebutuhan masa depan, yaitu pemenuhan kebutuhan yang dapat ditunda untuk waktu yang akan datang, misalnya: tabungan hari tua, asuransi kesehatan, dsb.

4. Kebutuhan menurut wujud
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan material, yaitu kebutuhan berupa barang-barang yang dapat diraba dan dilihat. Misalnya: buku, sepeda, radio, dsb.

5. Kebutuhan menurut subyek
Kebutuhan ini dibedakan menurut pihak-pihak yang membutuhkan. Kebutuhan ini meliputi: kebutuhan individu, yaitu kebutuhan yang dapat dilihat dari segi orang yang membutuhkan, misalnya: kebutuhan petani berbeda dengan kebutuhan seorang guru.
Kebutuhan masyarakat, disebut juga kebutuhan kolektif atau kebutuhan bersama, yaitu alat pemuas kebutuhan yang digunakan bersama, misalnya: telepon umum, jalan umum, WC umum, rasa aman, dsb.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan

1. Keadaan alam
Mengakibatkan perbedaan kebutuhan. Orang yang tinggal di daerah kutub yang luar biasa dingin membutuhkan pakaian tebal untuk menahan hawa dingin yang serasa menggigit tulang. Sedangkan kita yang tinggal di daerah tropis cukup memakai pakaian tipis. Tampaknya keadaan alam mendorong manusia membutuhkan barang-barang yang sesuai dengan kondisi alam di tempat yang bersangkutan. Cobalah bandingkan, kebutuhan orang yang tinggal di daerah pegunungan dengan kebutuhan orang yang tinggal di daerah pantai!

2. Peradaban baru
Juga berpengaruh terhadap kebutuhan. Makin tinggi peradaban, makin tinggi pula kualitas barang yang dibutuhkan.Tentunya Anda pernah belajar sejarah! Coba Anda amati kebutuhan pada masa primitif, dan bandingkan dengan kondisi masyarakat kita yang sudah mengenal peradaban yang lebih tinggi. Kebutuhan masyarakat primitif lebih menekankan kebutuhan primer, kebutuhan itu pun dipenuhi secara sederhana. Untuk makanan misalnya, mereka hanya tinggal memungut dari hutan atau sekitar tempat tinggalnya.

3. Adat istiadat
Dan tradisi masyarakat berpengaruh terhadap kebutuhan masyarakat. Misalnya tradisi upacara perkawinan, tradisi mudik lebaran, dsb. Untuk kegiatan itu tentunya juga akan berpengaruh terhadap aneka ragam kebutuhan.

4. Agama dan Kepercayaan
Agama dan kepercayaan juga berpengaruh terhadap kebutuhan misalnya pemakaian jilbab bagi wanita muslim

5. Pendidikan
Pendidikan juga mempengaruhi kebutuhan manuasia misalnya kebutuhan akan jaringan internet bagi orang yang memiliki pendidikan tinggi dibandingkan orang biasa yang tidak membutuhkan sama sekali tentang kebutuhan internet

d. Alat Pemuas Kebutuhan
Setelah kita amati ternyata kebutuhan manusia itu banyak dan beraneka ragam. Bagaimana dengan Anda? Apa saja yang Anda perlukan? Cobalah dihitung! Alat-alat pemuas kebutuhan seperti perlatan rumah tangga, sepatu, sepeda, pakaian, yang Anda butuhkan itu dalam ilmu ekonomi disebut barang, sedangkan pelayanan listrik, telepon, guru juga dapat memuaskan kebutuhan Anda sehingga disebut barang juga, tetapi lebih lazim disebut jasa. Dalam kehidupan sehari-hari barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan jumlahnya terbatas, sehingga untuk memperolehnya kita harus mengeluarkan pengorbanan (waktu, biaya atau tenaga). Barang yang demikian ini disebut barang ekonomi. Selain itu ada barang yang jumlahnya melimpah seperti sinar matahari di daerah tropis, udara bersih di daerah pegunungan. Barang-barang ini untuk memperolehnya tanpa pengorbanan, sehingga disebut barang bebas. Barang-barang bebas tidak dipersoalkan dalam ilmu ekonomi.
e. Kegunaan Benda
Untuk lebih memahami bagaimana barang dan jasa dapat memenuhi kebutuhan manusia, marilah kita kelompokkan barang/jasa tersebut menurut kegunaan, hubungannya dengan benda lain dan prosesnya.
1. Benda Menurut Kegunaannya
Benda dibedakan sebagai benda konsumsi, yaitu benda yang dapat langsung digunakan memenuhi kebutuhan, contoh untuk ini adalah makanan, pakaian, buah-buahan, dsb. benda produksi, atau disebut juga barang modal. Benda ini dapat digunakan untuk memproduksi benda lain, termasuk benda produksi ini adalah peralatan, dan mesin-mesin. Barang ekonomi diperoleh dengan pengorbanan. Barang bebas diperoleh tanpa pengorbanan.
2. Benda menurut hubungannya dengan benda lain meliputi :
Benda komplementer adalah benda yang dalam penggunaannya harus bersama-sama dengan benda lain. Coba Anda pikirkan, benda apa itu? Misalnya: minyak dan kompor, bensin dengan kendaraan, dsb.
Benda substitusi, benda ini dalam penggunaannya dapat saling menggantikan, misalnya jagung dapat menggantikan beras, margarine dengan mentega, jasa bus dapat menggantikan kereta api.

3. Benda menurut proses pembuatannya.
Selain pembagian guna benda tadi, dapat juga kegunaan benda dilihat dari proses pembuatannya. Untuk ini benda dapat dilihat sebagai bahan baku seperti: hasil hutan, hasil pertanian, atau barang tambang. Sebagai barang setengah jadi, misalnya: barang untuk industri kecil, kulit untuk sepatu, kopra untuk minyak goreng, dsb. Dan barang jadi, seperti: meja, kursi, sepeda, kemeja, dsb.

Kegunaan Benda
a. Guna dasar (Elementary Utility),
adalah kegunaan benda karena benda itu merupakan bahan untuk membuat benda lain.
b. Guna bentuk (Form Utility),
kegunaan benda yang terjadi karena adanya perubahan bentuk pada benda tersebut.
c. Guna tempat (Place Utility),
kegunaan benda terjadi karena benda tersebut dipindahkan ke tempat yang lebih membutuhkan. Untuk kegiatan ini peranan transportasi sangat penting. Batu di gunung setelah diproduksi berguna sebagai dekorasi dinding rumah
d. Guna waktu (Time Utility),
kegunaan benda ini terjadi karena adanya waktu, misalnya:
- Padi pada saat panen kurang berguna, dan akan lebih berguna pada saat paceklik.
- Tabungan untuk hari tua.
- Obat-obatan pada waktu sakit, payung pada waktu hujan.

e. Guna milik (Possesion Utility),
kegunaan benda ini terjadi setelah seseorang memiliki benda tersebut, misalnya:
Sepatu yang ada di toko kurang berguna tetapi setelah sepatu tersebut dibeli dan dimiliki dapat digunakan untuk ke sekolah atau berolah raga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIQH KURBAN DAN AQIQAH

 FIQH KURBAN DAN AQIQAH  (Diterjemahkan Dari Kitab Fathul Qarib)  Oleh: Sukabul, S.Sy. (Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Ayah) فَصْلٌ فِي أَحْك...