DALAM SAFARI AL-BARZANJI GABUNGAN IKTRIMEN DAN
KESAPP 2010
Setelah mukaddimah dan memberikan
penghormatan kepada para tokoh yang hadir, kemudian KH. Achmad Chalwani mengucapan
terimakasih kepada masyarakat Adikarso Kebumen yang telah berkenan mengundang beliau
untuk mengikuti pengajian dalam rangka safari al-barzanji rutinitas himpunan
santri putri An-Nawawi setiap bulan kelahiran Nabi SAW. yang pada kesempatan
kali ini diadakan secara gabungan oleh Ikatan Santri Kebumen (IKTRIMEN) dan
Keluarga Santri Pondok Purworejo (KESAPP)[1]. Ungkap beliau semoga terimakasihnya
kepada masyarakat Adikarso dan segenap yang hadir merupakan salah satu wujud
syukur kepada Allah SWT. Karena junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW.
bersabda;
ان اشكر الناس لله تباك وتعالى
اشكرهم للناس
Artinya; Bahwasanya orang yang bisa
bersyukur kepada Allah –tabaraka wa ta’ala- adalah mereka yang bisa bersyukur
(berterimakasih) kepada sesamanya.
Menurut sejarah, yang pertama kali
memperingati kelahiran nabi secara pribadi adalah nabi sendiri, dimana setiap
hari Senin beliau menjalankan ibadah puasa dan pernah ada sahabat yang
menanyakan perihal itu kepada nabi Muhammad SAW. Yang kemudian nabi menjawab
bahwa hari itu adalah kelahirannya. Dalam hadits di sebutkan;
سئل رسول الله صلى الله عليه
وسلم عن صوم يوم الاثنين فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم فيه ولدت رواه مسلم
Artinya; Rasulullah SAW. ditanya
tentang puasa hari senin, beliau menjawab hari itu adalah hari kelahiranku. HR.
Muslim.
Dari hadits diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa memperingati hari kelahiran merupakan sunah nabi yang
berbentuk af’al (perbuatan). Nabi sendiri pernah bersabda;
من احيى سنتى فقد أحبنى ومن
أحبنى كان معى فى الجنة
Artinya; Barangsiapa menghidupkan
sunahku berarti dia mencintaiku dan barangsiapa yang mencintaiku maka akan
bersamaku di surga.
Maka dari itu, kita sebagai umat Islam
mempunyai tanggungjawab melestarikan peringatan hari kelahiran, baik itu
kelahiran nabi, kelahiran diri sendiri, orang tua, mertua, atau yang lainnya.
Adapun waktu memperingatinya bisa seperti nabi sekali dalam seminggu atau
setiap bulan sekali berdasarkan tanggal dan juga waktu lainnya. Semisal
diperbolehkannya peringatan kelahiran dalam adat jawa yang dikenal dengan selapan
dino yang merupakan putaran hari pasaran selama 36 hari. Lebih lanjut
beliau menekankan setidaknya minimal kita memperingati hari kelahiran sekali
dalam satu tahun. Adapun sarana memperingati kelahiran ungkap beliau bisa
dengan hal apapun yang mendapat ridha dari Allah SWT. Dicontohkan memperingati
kelahiran dengan berpuasa seperti nabi, membaca istighfar, membaca shalawat,
dan bakti sosial.
Indahnya syariat Islam, yang tidak
mempersulit umatnya dalam menjalankan ibadah digambarkan oleh beliau KH. Achmad
Chalwani ketika menjelaskan peringatan kelahiran di depan para pengunjung
pengajian. Dengan dibumbui senda gurau untuk mencairkan suasana ceramah beliau
ketika menerangkan peringatan kelahiran dan ceramah setelahnya serasa membius pengunjung.
Beliau menjelaskan apabila lahir pada Senin Pon bisa setiap sepekan atau
selapan hari sekali berpuasa untuk memperingati kelahiran, apabila tidak
berkenan dengan puasa bisa dengan membaca shalawat Nariyah sebanyak 4444 kali.
Dan ada pula peringatan kelahiran dengan bakti sosial, semisal ketika hari
kelahiran kita membersihkan halaman tetangga atau dengan memberikan sedekah
kepada orang lain dengan diniati memperingati hari kelahiran.
Selain itu ada pula peringatan kelahiran
dengan membaca syair-syair sejarah nabi (al-barzanji) yang diiringi dengan
rebana agar kesannya ramai. Dalam hal ini, barangsiapa mau mendengarkan sejarah
nabi akan langsung mendapat perhatian khusus dari Allah. Bentuk dari perhatian
Allah kepada orang yang mau mendengarkan sejarah nabi diantaranya; 1) diampuni
dosanya, 2) diberikan cahaya hatinya, 3) dihilangkan kesusahannya, 4)
dikabulkan permintaannya, 5) dimudahkan rezekinya.
Mengulas sejarah, kalau sebelumnya
dipaparkan bahwa yang pertama kali memperingati kelahiran nabi secara pribadi
adalah nabi sendiri. Adapun yang memperingati kelahiran nabi dalam bentuk
pengajian umum pertama kalinya adalah seorang sulthan dari daerah Irbili Timur
Tengah yang bernama Mudhofarudin bin Zainudin yang masyhur dengan julukan
sulthan Mudhofar Syah[2].
Diantara sebab shultan Mudhofar Syah
mengadakan peringatan maulid Nabi, karena sulthan melihat keadaan rakyat yang
memprihatinkan dari segi ekonomi, pertanian dan pendidikan yang mengakibatkan terjadinya
krisis berkepanjangan disemua sektor kehidupan manusia. Dari itulah kemudian
sulthan berinisiatif mengadakan peringatan maulid Nabi.
Sebagaimana dituturkan oleh KH. Achmad
Chalwani, peringatan maulid Nabi SAW. dilaksanakan selama 7 hari 7 malam dengan
berbagai macam kegiatan baik hiburan dan lainnya termasuk bakti sosial pasar
murah.
Pada hari terakhir diadakan pengajian umum
yang mulai dari ba’da zduhur sampai pukul empat pagi. Penceramahnya adalah
Syekh Abu al-Khatab ibnu Dihya dari Maghrobi benua Afrika daerahnya syekh Ali Abil
Hasan al-Syazdili. Dalam menyampaikan pengajiannya, syek Ibnu Dihya membuat
sebuah makalah yang berjudul “al-Tanwir fiy Maulid al-Basyir al-Nazdir”.
Pengunjung yang menghadiri acara tersebut sekitar
ratusan ribu baik dari kalangan pemerintah, rakyat dan juga ulama’. Dan ulama’-ulama’
yang ada pun tidak mengingkari peringatan maulid Nabi. Semua yang hadir pun
mendapatkan hidangan dari sulthan. Sehingga, tutur KH. Achmad Chalwani acara
tersebut menghabiskan kambing 5000 ekor, ayam 10.000 ekor dan kuda 100 ekor. Tempat
jajan dalam bahasa jawa disebut tenong ada sebanyak 30.000 yang
dilengkapi dengan roti mentega. Jadi seharusnya bagi para panitia maulid Nabi
yang tahu akan sejarah tentunya akan menyediakan roti yang ada menteganya.
Dikisahkan pula ketika syekh Abu al-Khatab
ibnu Dihya menyampaikan pengajian ditengah-tengah pengajiannya diselingi membaca
al-Barzanji dengan iringan rebana. Ketika syekh Abu al-Khatab ibnu Dihya
membaca shalawat dan berjoget ala saman dan rodap yang diikuti oleh sulthan dan
sontak semua pengunjung pun mengikuti keduanya.
Berkah dari adanya peringatan maulid Nabi,
setelah selesai acara rakyat Irbili pun ada kemajuan, dari segi ekonomi,
pertanian dan pendidikan misalnya ada perkembangan yang baik. Kemakmuran yang
diperoleh oleh rakyat Irbili ini menjadi bahan pembicaraan di banyak daerah dan
negara. Bahkan kemudian daerah-daerah seperti di mesir, makkah, madinah dan
lainnya pun ikut mengadakan peringatan maulid Nabi SAW.
Kemasyhuran peringatan maulid Nabi yang
mendatangkan berkah melimpah kepada rakyat Irbili ini pun juga sampai ke Indonesia.
Di tanah Jawa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi
berbentuk pengajian umum adalah seorang yang bernama syekh Alam Akbar Zainul
Abidin Jumbun Sirulah putra dari prabu Brawijaya. Beliau adalah seorang raja
dikerajaan Demak Bintoro yang mashur dengan nama Raden Fata.
Peringatan maulid Nabi yang dipelopori
oleh Raden fata ini sekaligus juga dijadikan sebagai momentum peresmian masjid
Agung Demak. Ada banyak kegiatan yang diadakan dalam peringatan maulid Nabi
ini. Puncak kegiatan peringatan maulid Nabi di Demak ini adalah adanya pertunjukan
kesenian yang digunakan sebagai media dakwah dengan dibumbui nilai-nilai Islam.
Kesenian yang dimaksud adalah kesenian Ringgit Wacucal atau bahasa yang
sering kita dengar yakni kesenian wayang kulit. Ada makna filosofis tersendiri
dari kata wayang yang menurut perkataan beliau KH. Achmad Chalwani wayang itu
adalah kepanjangan dari wajib sembayang. Jadi, tutur KH. Achmad Chalwani
apabila ada orang yang suka melihat pertunjukan wayang kulit akan tetapi tidak
melaksanakan shalat jelas mereka itu tidak tahu sejarah dari wayang itu
sendiri.
Bersambung..............
[1] Penulis adalah anggota himpunan KESAPP dan pernah
menjabat dalam kepengurusan harian KESAPP sebagai ketua I putra dengan
didampingi ketua II Putra (saudara Supangat) pada masa khidmah 2008-2010 yang
menggantikan ketua sebelumnya saudara Aliyafie dari Brunorejo Bruno Purworejo.
Setelah selesai masa khidmah dan diadakan konggres himpunan KESAPP serta
diadakan pula pemilihan langsung ketua KESAPP baru masa khidmah 2010-2012
terpilihlah saudara Rochmat Taufiq santri yang berasal dari daerah Butuh
Purworejo sebagai ketua himpunan KESAPP periode ini (2010-2012).
KESAPP adalah organisasi yang menaungi
santri-santri di PP. An-Nawawi yang berasal dari Purworejo. Dahulunya KESAPP
bukan hanya organisasi di An-Nawawi, akan tetapi KESAPP adalah gabungan dari
berbagai santri yang berasal dari Purworejo yang kemudian bersepakat membuat
suatu organisasi dengan nama KESAPP. Seiring dengan berjalannya waktu,
organisasi ini mengalami kevakuman dimana anggota maupun pengurus tidak bisa
aktif dikarenakan berbagai sebab. Oleh karena itu, komisariat KESAPP yang ada
di An-Nawawi kemudian berusaha mempertahankan himpunan ini yang alhamdulillah
masih bisa eksis sampai sekarang. Demikian sekilas sejarah, untuk mengetahui
sejarah KESAPP lebih detail dapat dilihat dalam arsip kepengurusan KESAPP.
[2] Dengan gaya pidato komunikatif, beliau mengulang
nama sulthan Mudhofar Syah dengan bertanya kembali kepada pengunjung dan
dimintanya pengunjung untuk mengikuti kata-kata beliau serambi bergurau semoga
dengan tegasnya mengatakan nama “Syah” bersama-sama yang punya hutang dapat
segera sah, terlunasi. Beliau juga memberikan ijazah kepada masyarakat Adikarso
dan sekitarnya yang mengikuti pengajian berupa doa agar cepat membayar hutang
sambil memberikan motivasi agar lahiriyah melakukan usaha dan bathiniyah berdoa.
Adapun doa yang dimaksud adalah “ يا كبير انت الذي لا
يقتض الواصفون لوصف عظمته “. Doa tersebut adalah doa
membayar hutang yang terdapat dalam kitab peninggalan KH. Nawawi (tidak
disebutkan nama kitabnya). Dengan mengisahkan pengalaman pribadinya, beliau KH.
Achmad Chalwani mengatakan pernah mempunyai hutang dan rasanya sangat suram,
sehingga suatu saat beliau membuka-buka kitab peninggalan ayahandanya dan
menemukan doa tersebut. Beliau juga mengatakan bahwa tidak masalah kita punya
hutang, dicontohkannya bahwa Nabi pernah mempunyai hutang unta kepada seorang
Yahudi. Pada saat jatuh tempo pembayaran hutang orang Yahudi tersebut
mondar-mandir di depan rumah Nabi, Nabi pun tahu akan hal itu dan kemudian Nabi
memerintahkan kepada salah satu sahabat untuk memberikan unta Nabi kepada orang
Yahudi yang ada di depan rumahnya. Sahabat yang tahu bahwa Nabi dahulu pernah
hutang unta kepada orang yahudi pun bertanya kepada Nabi karena unta yang
diberikan kepada sih Yahudi untuk membayar hutang lebih besar dari pada unta yang
dulu dihutang Nabi. Sahabat berkata “apa boleh hutang unta kecil mengembalikan
unta yang besar?” Nabi menjawab “khiyarukum ahsanukum qadha’a_sebaik-baiknya
kalian adalah ketika mempunyai hutang membayar dengan yang lebih baik dari
hutangnya”. Dari hadits tersebut disimpulkan bahwa boleh melebihkan
pengembalian hutang asalkan tidak disyaratkan oleh pemberi hutang. Beliau KH.
Achmad Chalwani pun mengatakan kembali bahwa tidak apa-apa kita berhutang
asalkan membayar hutangnya. Hanya saja kebiasaan manusia umumnya kalau jatuh
masa tempo pembayaran sulit untuk melunasinya. Itu yang perlu diperhatikan,
jangan sampai kita melakukan yang demikian.