Desa
Kemranggen adalah salah satu desa dari 18 desa yang ada di kecamataan Bruno kabupaten
Purworejo. Desa ini terletak di wilayah Bruno barat yang berbatasan langsung
dengan beberapa desa, yakni desa Pamriyan dan Wonosido yang ikut kecamatan Pituruh
Purworejo (sebelah barat daya dan selatan desa), desa Purbayan Kemiri Purworejo
(sebelah tenggara), desa Gunung Condong Bruno Purworejo (sebelah timur),
Cepedak Bruno Purworejo (timur laut), desa Karanggedang Bruno Purworejo
(sebelah utara desa), desa Besuki Wadaslintang Wonosobo (sebelah barat daya
desa).
GAPURA MASUK DESA KEMRANGGEN BRUNO PURWOREJO |
Desa
Kemranggen ini seperti desa-desa yang lain juga masih dibagi menjadi beberapa
pedukuhan, di Kemranggen, sekarang terdapat 4 pedukuhan yakni Krajan yang
diambil dari kata Kerajaan yang berarti adalah tempat pusat pemerintahan desa,
Sawahlor, Gablogan (diambil dari nama sesepuh dukuh terebut mbah kyai Gablok)
dan Kaligadung.
BALAI DESA KEMRANGGEN |
Meskipun
berada di daerah pegunungan, namun desa Kemranggen adalah desa yang cukup
potensial dari berbagai aspek baik SDA maupun SDM-nya. Alam desa Kemranggen
amat sangat asri dan pemandangan alamnya bisa memanjakan manusia perkotaan yang
mungkin jenuh dengan kebisingan kotanya. Bukit-bukit, persawahan, dan juga
sungai-sungai dengan air yang sangat jernih akan turut serta menyejukkan
pikiran seseorang, ditambah lagi luasnya hutan pinus milik perhutani yang
mengelilingi desa mulai dari sebelah barat dukuh Krajan sampai Sawahlor yang
berbatasan langsung dengan desa Karanggedang.
SALAH SATU PEMANDANGAN ALAM DI DESA KEMRANGGEN (diambil dari depan rumah bapak Pri Sawahlor) |
Alam desa Kemranggen tidak hanya
memanpakkan keindahannya bila dipandang mata, namun alam disekitar desa ini
bisa dikatakan menjadi sumber kehidupan mayoritas warga desa Kemranggen yang
kebanyakan adalah petani. Banyak hasil bumi yang sangat-sangat layak untuk
diandalkan bahkan dipasarkan diluar daerah bukan hanya dilingkungan sekitar.
Seperti padi dari pengelolahan sawah petani, singkong, Kelapa, buah-buahan dan
berbagai komoditas pertanian lainnya yang layak untuk dibanggakan dan
dipasarkan untuk masyarakat luar daerah.
Seiring
dengan perkembangan zaman, maka pola pikir masyarakat lambat laun menjadi
berubah, ketika saya dilahirkan pada tahun 1988 sampai pada tahun 1995
kehidupan bermasyarakat masih relative sama, meskipun di desa ini sudah ada
lembaga pendidikan TK, SDN Kemranggen dan SLTP PGRI Bruno di Kemranggen, pada
akhir-akhir tahun 1996 listrik mulai masuk desa ini, sehingga pelan-pelan pola
hidup masyarakat pun mulai berubah. Jika sebelum ada listrik, saya masih ingat
sekali sewaktu masih kecil kegiatan malam mungkin hanya sampai waktu Isya dan
kemudian istirahat, anak-anak muda begitu kreatif karena keterbatasan, mengisi
waktu luang sebelum istrihat untuk menyongsong hari esok dengan seabgreg job
kerja seperti mencangkul sawah, merumput dll sebagai anak seorang petani,
mereka malamnya sering berkumpul bersama dengan mengadakan game-game
tradisional seperti petak umpet ketika terang bulan atau pitongan (menebak
teman dengan mata tertutup) dll. Muda mudi membaur jadi satu, tapi jangan
berfikiran tidak baik, karena saya jamin teman2 waktu itu adalah teman-2 yang
lugu dan polos, meskipun bersama namun sikap menghormati, isin terhadap lawan
jenis sangatnya besar. Jadi meskipun bermain bersama dalam kegelapan saya yakin
tidak ada hal-hal negative yang terjadi selayaknya anak muda sekarang yang
kalau boleh saya katakan sudah lupa akan adat ketimuran walaupun katanya
berpendidikan. Dalam hal ini, saya benar2 kagum kagum dengan teman2 tempoe
doeloe dari pada pemuda sekarang.
Setelah
listrik masuk desa kami, memang banyak hal positif yang dapat dimanfatkan warga
desa seperti kemudahan mengakses informasi melewati media televisi yang
mempunyai cakupan nasional bahkan internasional berbeda dengan zaman sebelumnya
yang hanya menggunakan media radio batre yang cakupannya hanya fm dan am
lingkup kabupaten. Bahkan pada tahun-tahun 2000an masyarakat sudah tidak asing
lagi dengan HP sebagai alat komunikasi sehingga pol hidup dan ekonomi
masyarakat pun semakin berubah (dalam hal ini menurut saya tetap banyak positif
dan banyak pula negatifnya).
Dalam
bidang pendidikan, Masyarakat yang dulunya sebagian besar hanya lulusaan SD
bahkan ada yang sama sekali tidak pernah mengenyam bangku sekolah mulai sadar akan
pentingnya pendidikan, mereka tidak merasa keberatan untuk mendidik anaknya
dengan menyekolahkan sampai tingkat SLTA bahkan Perguruan tinggi meskipun harus
dengan susah payah. Hal ini tentunya tidak lepas dari kemudahan mengakses
informasi lewat media dan juga adanya sebagian warga desa Kemranggen yang
menjadi PNS sebagai guru di sekolah-sekolah negeri maupun swasta selalu getol
dalam memberikan stimulus agar anak-anak muda Kemranggen bisa melanjutkan
tingkat pendidikan.
SDN KEMRANGGEN SEKARANG (2014) |
Masih
dalam bidang pendidikan, desa Kemranggen memang cukup terkenal di wilayah
kecamatan Bruno, bahkan sampai di luar kecamatan sendiri. Banyak kalangan
memberikan tanggapan positif semisal ketika saya sedang berdiskusi atau sekedar
ngobrol santai dengan orang luar Kemranggen mengatakan kalau desa Kemranggen
desanya pendidikan, terbukti banyak sekali PNS yang berasal dari Kemranggen
baik yang berkecimpung dalam bidang pendidikan maupun lembaga pemerintah yang
lainnya dan juga putra-putra desa yang sedari dulu banyak yang tingkat
pendidikannya tinggi. Pernyataan demikian
mungkin ada benarnya, akan tetapi, saya sendiri selaku pribumi Kemranggen
terkadang hanya bisa mengelus dada ketika mendengar tanggapan seperti itu,
bukannya tidak percaya dengan realita, tapi bila mau melihat lebih dalam
tentunya akan didapati pula banyak generasi penerus yang putus sekolah. Bahkan
tak ubahnya desa-desa lain, banyak generasi setelah lulus SMP atau SD mengadu
nasib ke Jakarta dll. Selain demikian, (maaf bila menyinggung kalangan
pendidikan), ternyata banyaknya generasi yang tingkat pendidikannya tinggi tidak
berpengaruh secara langsung dalam hal yang positif pada desa. Percaya atau
tidak, saya termasuk yang menganalisa kenyataannya, contoh real saja dalam
sebuah organisasi karangtaruna yang bisa dikatakan vakum, akhir-akhir tahun
2013 memang ada kumpulan rutin karangtaruna yang diagendakan tiap bulan. Hanya
saja agenda intinya hanya arisan dan macit bersama, kalau ada rapat ya langsung
ketua membuka tanpa ada mc, absen anggota, bahkan administrasi lain layaknya
organisasi yang professional dan dikelolah SDM yang mumpuni pun tidak
didapatkan di karangtaruna. Padahal sekali lagi banyak orang memandang desa kita
adalah desa yang maju dalam pendidikan. Di Karangtaruna kalau ada kegiatan
seperti lomba turnamen olahraga atau kegiatan pemuda lainnya pun bisa dikatakan
tidak ada panitianya meskipun sebenarnya
ada, kalau istilah arabnya “wujuduhu
ka’adamihi; keberadaannya seperti ketiadannya”, sering didengar dalam
bahasa yang sederhana dari seorang ketua panitia, karangtaruna, atau senior
pemuda yang berkata “wes pokoe
bareng-bareng spa sing kober gawean direwangi”… pertanyaan untuk anda, layakkah
sebuah organisasi pemuda yang katanya generasinya adalah generasi terdidik,
mengelolah organisasi demikian??? Mari kita fikirkan bersama. Jangan sendiri,
nanti bisa stress.hehehe. kita tidak boleh bangga dengan nggpn orang luar sana,
mnungkin memang benar adanya, kita memang desa pelajar dan banyak prestasi
telah diraih oleh desa ini karena didukung oleh pendidikan yang mumpuni, tapi
menurut saya semua itu adalah kerja segelintir orang yang benar-benar peduli
dan ingin mengangkat almamater desa kita. Saya yakin tidak semua atau sebagian
besar orang berperan disitu. Tanyakan pada diri kita masing-masing????
Sebenarnya
masih banyak yang ingin saya tulis, tapi karena beberapa hal, kemungkinan
artikel KEMRANGGEN Makarya Nyawiji
Mbangun Desa part 2 akan dilanjut dilain waktu. Silahkan kalau ada sisi
positifnya kita ambil. Dan semoga Kemranggen benar-benar menjadi desa
kebanggaan kita bersama.