FIQH KURBAN DAN AQIQAH
(Diterjemahkan Dari Kitab Fathul Qarib)
Oleh: Sukabul, S.Sy. (Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Ayah)
فَصْلٌ فِي أَحْكَامِ الْأُضْحِيَةِ بِضَمِّ الْهَمْزَةِ فِي الْأَشْهَرِ، وَهِيَ اسْمٌ لِمَا يُذْبَحُ مِنَ النَّعَمِ يَوْمَ عِيدِ النَّحْرِ، وَأَيَّامِ التَّشْرِيقِ تَقَرُّبًا إِلَى اللَّهِ تَعَالَى.
Fashal Hukum Seputar Kurban
Kurban, dengan dhammah pada huruf hamzah dalam pendapat yang masyhur, adalah nama untuk hewan ternak yang disembelih pada hari Idul Adha dan hari-hari Tasyriq sebagai bentuk pendekatan diri (Taqarrub) kepada Allah Ta'ala.
(وَالْأُضْحِيَةُ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ) عَلَى الْكِفَايَةِ فَإِذَا أَتَى بِهَا وَاحِدٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتٍ كَفَى عَنْ جَمِيعِهِمْ، وَلَا تَجِبُ الْأُضْحِيَةُ إِلَّا بِالنَّذْرِ
(Kurban hukumnya sunnah muakkadah) secara kolektif, jadi jika salah satu anggota keluarga melaksanakannya maka sudah mencukupi bagi seluruh anggota keluarga. Kurban tidak menjadi wajib kecuali karena nazar.
(وَيُجْزِئُ فِيهَا الْجَذَعُ مِنَ الضَّأْنِ) وَهُوَ مَا لَهُ سَنَةٌ وَطَعَنَ فِي الثَّانِيَةِ (وَالثَّنِيُّ مِنَ الْمَعْزِ) وَهُوَ مَا لَهُ سَنَتَانِ وَطَعَنَ فِي الثَّالِثَةِ (وَالثَّنِيُّ مِنَ الْإِبِلِ) مَا لَهُ خَمْسُ سِنِينَ وَطَعَنَ فِي السَّادِسَةِ (وَالثَّنِيُّ مِنَ الْبَقَرِ) مَا لَهُ سَنَتَانِ وَطَعَنَ فِي الثَّالِثَةِ
(Yang diperbolehkan untuk kurban adalah jadz'a min al-dho’ni) yaitu domba yang telah berusia satu tahun dan memasuki tahun kedua, (dan tsani min al-ma’zi) yaitu kambing kacang yang telah berusia dua tahun dan memasuki tahun ketiga, (dan tsani min al-ibil) yaitu unta yang telah berusia lima tahun dan memasuki tahun keenam, (dan tsani min al-baqar) yaitu sapi yang telah berusia dua tahun dan memasuki tahun ketiga.
(وَتُجْزِئُ الْبَدْنَةُ عَنْ سَبْعَةٍ) اشْتَرَكُوا فِي التَّضْحِيَةِ بِهَا (وَ) تُجْزِئُ (الْبَقَرَةُ عَنْ سَبْعَةٍ) كَذَلِكَ (وَ) تُجْزِئُ (الشَّاةُ عَنْ) شَخْصٍ (وَاحِدٍ) وَهِيَ أَفْضَلُ مِنْ مُشَارَكَتِهِ فِي بَعِيرٍ. وَأَفْضَلُ أَنْوَاعِ الْأُضْحِيَةِ إِبِلٌ ثُمَّ بَقَرٌ ثُمَّ غَنَمٌ
(Seekor unta mencukupi untuk tujuh orang) yang berpartisipasi dalam berkurban dengannya, (dan) juga (seekor sapi mencukupi untuk tujuh orang), (dan) seekor kambing mencukupi untuk (satu) orang, dan ini lebih baik daripada berpartisipasi dalam seekor unta. Dan jenis kurban yang paling baik adalah unta, kemudian sapi, kemudian kambing.
(وَأَرْبَعٌ) وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ وَأَرْبَعَةٌ (لَا تُجْزِئُ فِي الضَّحَايَا) أَحَدُهَا (الْعَوْرَاءُ الْبَيِّنُ) أَيْ الظَّاهِرُ (عَوْرُهَا) وَإِنْ بَقِيَتِ الْحَدَقَةُ فِي الْأَصَحِّ (وَ) الثَّانِي (الْعَرْجَاءُ الْبَيِّنُ عَرَجُهَا) وَلَوْ كَانَ حُصُولُ الْعَرَجِ لَهَا عِنْدَ إِضْجَاعِهَا لِلتَّضْحِيَةِ بِهَا بِسَبَبِ اضْطِرَابِهَا (وَ) الثَّالِثُ (الْمَرِيضَةُ الْبَيِّنُ مَرَضُهَا) وَلَا يَضُرُّ يَسِيرُ هَذِهِ الْأُمُورِ (وَ) الرَّابِعُ (الْعَجْفَاءُ) وَهِيَ (الَّتِي ذَهَبَ مُخُّهَا) أَيْ ذَهَبَ دِمَاغُهَا (مِنَ الْهُزَالِ) الْحَاصِلِ لَهَا
(Ada empat) dan dalam beberapa naskah tertulis (empat jenis hewan yang tidak sah untuk kurban): pertama, (yang buta sebelah dengan kebutaan yang jelas), yaitu yang tampak jelas kebutaannya walaupun masih ada bola matanya menurut pendapat yang lebih sahih. Kedua, (yang pincang dengan kepincangan yang jelas), walaupun kepincangannya terjadi saat dijatuhkan untuk disembelih karena kegelisahannya. Ketiga, (yang sakit dengan penyakit yang jelas), dan tidak merusak jika penyakitnya sedikit. Keempat, (yang sangat kurus), yaitu (yang sumsum tulangnya hilang) atau yang otaknya hilang (karena kurus yang dialaminya).
(وَيُجْزِئُ الْخَصِيُّ) أَيْ الْمَقْطُوعُ الْخُصْيَتَيْنِ (وَالْمَكْسُورَةُ الْقَرْنِ) إِنْ لَمْ يُؤَثِّرْ فِي اللَّحْمِ وَيُجْزِئُ أَيْضًا فَاقِدَةُ الْقُرُونِ، وَهِيَ الْمُسَمَّاةُ بِالْجَلْحَاءِ (وَلَا تُجْزِئُ الْمَقْطُوعَةُ) كُلُّ (الْأُذُنِ) وَلَا بَعْضُهَا وَلَا الْمَخْلُوقَةُ بِلَا أُذُنٍ (وَ) لَا الْمَقْطُوعَةُ (الذَّنَبِ) وَلَا بَعْضُهُ
Hewan yang dikastrasi (yaitu yang kedua testisnya telah diangkat) sah untuk kurban, demikian juga hewan yang tanduknya patah jika tidak mempengaruhi dagingnya, dan sah juga yang tidak bertanduk sama sekali, yang disebut sebagai yang tanpa tanduk. (Tidak sah) hewan yang telinganya terpotong seluruhnya atau sebagian, atau yang lahir tanpa telinga, (dan) hewan yang ekornya terpotong atau sebagian dari ekornya.
(وَ) يَدْخُلُ (وَقْتُ الذَّبْحِ) لِلْأُضْحِيَةِ (مِنْ وَقْتِ صَلَاةِ الْعِيدِ) أَيْ عِيدِ النَّحْرِ وَعِبَارَةُ الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا يَدْخُلُ وَقْتُ التَّضْحِيَةِ إِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ يَوْمَ النَّحْرِ، وَمَضَى قَدْرُ رَكْعَتَيْنِ وَخُطْبَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ انْتَهَى، وَيَسْتَمِرُّ وَقْتُ الذَّبْحِ (إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ) وَهِيَ الثَّلَاثَةُ الْمُتَّصِلَةُ بِعَاشِرِ ذِي الْحِجَّةِ.
(Waktu penyembelihan) kurban dimulai (sejak waktu shalat Idul Adha), dan menurut teks kitab Ar-Raudah dan sumber aslinya, waktu penyembelihan dimulai setelah matahari terbit pada hari Idul Adha, dan setelah waktu yang cukup untuk melaksanakan dua rakaat dan dua khutbah yang ringan. Waktu penyembelihan berlanjut (hingga matahari terbenam pada hari terakhir Tasyriq) yang tiga hari berturut-turut setelah tanggal 10 Dzulhijjah.
(وَيُسْتَحَبُّ عِنْدَ الذَّبْحِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ) أَحَدُهَا (التَّسْمِيَةُ) فَيَقُولُ الذَّابِحُ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، فَلَوْ لَمْ يُسَمِّ حَلَّ الْمَذْبُوحُ. (وَ) الثَّانِي (الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ) وَيُكْرَهُ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ اسْمِ اللهِ وَاسْمِ رَسُولِهِ. (وَ) الثَّالِثُ (اسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ) بِالذَّبِيحَةِ، أَيْ يُوَجِّهُ الذَّابِحُ مَذْبَحَهَا لِلْقِبْلَةِ وَيَتَوَجَّهُ هُوَ أَيْضًا. (وَ) الرَّابِعُ (التَّكْبِيرُ) أَيْ قَبْلَ التَّسْمِيَةِ وَبَعْدَهَا ثَلَاثًا كَمَا قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ. (وَ) الْخَامِسُ (الدُّعَاءُ بِالْقَبُولِ) فَيَقُولُ الذَّابِحُ: اللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ، أَيْ هَذِهِ الْأُضْحِيَةُ نِعْمَةٌ مِنْكَ عَلَيَّ وَتَقَرَّبْتُ بِهَا إِلَيْكَ فَتَقَبَّلْهَا مِنِّي.
(Dianjurkan saat menyembelih hewan kurban untuk melakukan lima hal) yang pertama adalah (mengucapkan bismillah), maka penyembelih mengucapkan "Bismillah ir-Rahman ir-Rahim", jika tidak mengucapkannya, sembelihan tetap halal. (Yang kedua) adalah (bershalawat kepada Nabi), dan makruh untuk menggabungkan nama Allah dengan nama Rasul-Nya. (Yang ketiga) adalah (menghadap kiblat) dengan hewan kurban, yaitu penyembelih mengarahkan leher hewan kurban ke arah kiblat dan ia juga menghadap kiblat. (Yang keempat) adalah (takbir), yaitu sebelum dan setelah mengucapkan bismillah tiga kali, sebagaimana dikatakan oleh Al-Mawardi. (Yang kelima) adalah (berdoa agar diterima), maka penyembelih mengucapkan: "Allahumma hadzihi minka wa ilaika fataqabbal," yang artinya "Ya Allah, ini dari-Mu dan kepada-Mu, maka terimalah," maksudnya hewan kurban ini adalah nikmat dari-Mu atas diriku, dan aku mendekatkan diri kepada-Mu dengannya, maka terimalah dari diriku.
(وَلَا يَأْكُلُ الْمُضَحِّي شَيْئًا مِنَ الْأُضْحِيَّةِ الْمَنْذُورَةِ) بَلْ يَجِبُ عَلَيْهِ التَّصَدُّقُ بِجَمِيعِهَا، فَلَوْ لَحْمِهَا أَخَّرَهُ فَتَلِفَتْ لَزِمَهُ ضَمَانُهَا
(Dan tidak boleh bagi orang yang berkurban memakan apa pun dari hewan kurban yang dinazarkan) bahkan dia wajib menyedekahkan seluruhnya. Jika ia menunda dagingnya hingga rusak, maka ia wajib menggantinya.
(وَيَأْكُلُ مِنَ الْأُضْحِيَّةِ الْمُتَطَوِّعِ بِهَا) ثُلُثًا عَلَى الْجَدِيدِ، وَأَمَّا الثُّلُثَانِ فَقِيلَ يَتَصَدَّقُ بِهِمَا، وَرَجَّحَهُ النَّوَوِيُّ فِي تَصْحِيحِ التَّنْبِيهِ. وَقِيلَ يُهْدِي ثُلُثًا لِلْمُسْلِمِينَ الْأَغْنِيَاءِ وَيَتَصَدَّقُ بِثُلُثٍ عَلَى الْفُقَرَاءِ مِنْ لَحْمِهَا وَلَمْ يُرَجِّحِ النَّوَوِيُّ فِي الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا شَيْئًا مِنْ هَذَيْنِ الْوَجْهَيْنِ
(Dia -orang yang berkurban- boleh memakan dari hewan kurban yang disunnahkan) sepertiga bagian menurut pendapat yang baru imam Syafi’i (qaul jadid). Adapun dua pertiga lainnya, ada pendapat yang mengatakan bahwa keduanya harus disedekahkan, dan ini dirajihkan (dikuatkan) oleh An-Nawawi dalam Tashih at-Tanbih. Pendapat lain mengatakan bahwa sepertiga diberikan sebagai hadiah kepada orang-orang Muslim yang kaya, dan sepertiga disedekahkan kepada orang-orang miskin dari dagingnya. An-Nawawi dalam Ar-Raudah dan sumber aslinya tidak merajihkan salah satu dari kedua pendapat ini.
(وَلَا يَبِيعُ) أَيْ يُحَرَّمُ عَلَى الْمُضَحِّي بَيْعُ شَيْءٍ (مِنَ الْأُضْحِيَّةِ) أَيْ مِنْ لَحْمِهَا أَوْ شَعْرِهَا أَوْ جِلْدِهَا، وَيُحَرَّمُ أَيْضًا جَعْلُهُ أُجْرَةً لِلْجَزَّارِ، وَلَوْ كَانَتِ الْأُضْحِيَّةُ تَطَوُّعًا (وَيُطْعِمُ) حَتْمًا مِنَ الْأُضْحِيَّةِ الْمُتَطَوِّعِ بِهَا (الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ) وَالْأَفْضَلُ التَّصَدُّقُ بِجَمِيعِهَا إِلَّا لُقْمَةً أَوْ لُقَمًا يَتَبَرَّكُ الْمُضَحِّي بِأَكْلِهَا، فَإِنَّهُ يُسَنُّ لَهُ ذَلِكَ، وَإِذَا أَكَلَ الْبَعْضَ وَتَصَدَّقَ بِالْبَاقِي حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ التَّضْحِيَةِ بِالْجَمِيعِ وَالتَّصَدُّقِ بِالْبَعْضِ.
(Dan tidak boleh menjual) artinya haram bagi orang yang berkurban untuk menjual apa pun (dari hewan kurban), baik dari dagingnya, bulunya, maupun kulitnya. Juga haram menjadikannya sebagai upah bagi tukang jagal, meskipun kurban tersebut sunnah. (Dan wajib memberikan makan) dari hewan kurban yang disunnahkan (kepada fakir miskin). Dan yang lebih utama adalah menyedekahkan seluruhnya kecuali sedikit untuk diambil berkahnya dengan memakannya. Dianjurkan baginya untuk melakukan itu. Jika dia memakan sebagian dan menyedekahkan sisanya, maka dia mendapatkan pahala kurban secara keseluruhan dan pahala sedekah sebagian.
فَصْلٌ فِي أَحْكَامِ الْعَقِيقَةِ وَهِيَ لُغَةً اسْمٌ لِلشَّعْرِ عَلَى رَأْسِ الْمَوْلُودِ وَشَرْعًا مَا سَيَذْكُرُهُ الْمُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ (وَالْعَقِيقَةُ) عَنِ الْمَوْلُودِ (مُسْتَحَبَّةٌ) وَفَسَّرَ الْمُصَنِّفُ الْعَقِيقَةَ بِقَوْلِهِ (وَهِيَ الذَّبِيحَةُ عَنِ الْمَوْلُودِ يَوْمَ سَابِعِهِ) أَيْ يَوْمَ سَابِعِ وِلَادَتِهِ بِحَسَبِ يَوْمِ الْوِلَادَةِ مِنَ السَّبْعِ، وَلَوْ مَاتَ الْمَوْلُودُ قَبْلَ السَّابِعِ وَلَا تَفُوتُ بِالتَّأْخِيرِ بَعْدَهُ، فَإِنْ أُخِّرَتْ لِلْبُلُوغِ سَقَطَ حُكْمُهَا فِي حَقِّ الْعَاقِّ عَنِ الْمَوْلُودِ أَمَّا هُوَ فَمُخَيَّرٌ فِي الْعَقِّ عَنْ نَفْسِهِ وَالتَّرْكِ.
Fashal Hukum Seputar Aqiqah
Aqiqah secara bahasa adalah nama bagi rambut di kepala bayi yang baru lahir, dan secara syar'i adalah sebagaimana yang akan disebutkan oleh penulis dengan perkataannya (Aqiqah) bagi bayi yang baru lahir (disunnahkan). Penulis menjelaskan aqiqah dengan perkataannya (yaitu penyembelihan hewan bagi bayi yang baru lahir pada hari ketujuhnya) yaitu hari ketujuh dari kelahirannya berdasarkan hari kelahirannya dari tujuh hari tersebut, meskipun bayi tersebut meninggal sebelum hari ketujuh. Aqiqah tidak batal jika ditunda setelahnya. Jika ditunda hingga baligh, maka hukumnya gugur bagi orang yang melakukan aqiqah bagi bayi tersebut. Namun, bayi tersebut (setelah dewasa) boleh memilih untuk melakukan aqiqah bagi dirinya sendiri atau tidak melakukannya.
(وَيُذْبَحُ عَنِ الْغُلَامِ شَاتَانِ وَ) يُذْبَحُ (عَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ) قَالَ بَعْضُهُمْ: أَمَّا الْخُنْثَى فَيُحْتَمَلُ إِلْحَاقُهُ بِالْغُلَامِ أَوْ بِالْجَارِيَةِ، فَلَوْ بَانَتْ ذُكُورَتُهُ أُمِرَ بِالتَّدَارُكِ، وَتَتَعَدَّدُ الْعَقِيقَةُ بِتَعَدُّدِ الْأَوْلَادِ،
(Dan disembelih untuk bayi laki-laki dua ekor kambing) dan (untuk bayi perempuan satu ekor kambing). Sebagian ulama mengatakan bahwa untuk bayi khuntsa (hermaprodit) mungkin disamakan dengan bayi laki-laki atau perempuan. Jika ternyata jenis kelaminnya adalah laki-laki, maka diperintahkan untuk menyusul aqiqahnya. Aqiqah dilakukan untuk setiap anak yang lahir.
(وَيُطْعِمُ) الْعَاقُّ مِنَ الْعَقِيقَةِ (الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ) فَيَطْبُخُهَا بِحُلْوٍ وَيُهْدِي مِنْهَا لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينَ وَيَتَّخِذُهَا دَعْوَةً، وَلَا يُكْسَرُ عَظْمُهَا
(Dan -orang yang melakukan aqiqah- memberi makan) dari daging aqiqah kepada (fakir miskin), memasaknya dengan manis, dan memberikan sebagian kepada fakir miskin serta menjadikannya sebagai hidangan dalam sebuah undangan. Tulangnya tidak boleh dipatahkan.
وَاعْلَمْ أَنَّ سِنَّ الْعَقِيقَةِ وَسَلَامَتَهَا مِنْ عَيْبٍ يَنْقُصُ لِحَمْلِهَا، وَالْأَكْلَ مِنْهَا وَالتَّصَدُّقَ بِبَعْضِهَا وَامْتِنَاعَ بَيْعِهَا، وَتَعْيِينِهَا بِالنَّذْرِ حُكْمُهُ عَلَى مَا سَبَقَ فِي الْأُضْحِيَةِ،
Perlu diketahui bahwa usia hewan aqiqah dan keutuhannya dari cacat yang mengurangi dagingnya, serta aturan memakannya, menyedekahkan sebagian, larangan menjualnya, dan penentuan aqiqah melalui nazar, hukumnya sama dengan yang telah dijelaskan dalam kurban.
وَيُسَنُّ أَنْ يُؤَذِّنَ فِي أُذُنِ الْمَوْلُودِ الْيُمْنَى حِينَ يُولَدُ، وَأَنْ يُقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى، وَأَنْ يُحَنِّكَ الْمَوْلُودَ بِتَمْرٍ فَيُمَضَّغُ، وَيُدَلَّكُ بِهِ حَنَكُهُ دَاخِلَ فَمِهِ لِيَنْزِلَ مِنْهُ شَيْءٌ إِلَى الْجَوْفِ، فَإِنْ لَمْ يُوجَدْ تَمْرٌ فَرُطَبٌ وَإِلَّا فَشَيْءٌ حُلْوٌ وَأَنْ يُسَمَّى يَوْمَ سَابِعِ وِلَادَتِهِ. وَيَجُوزُ تَسْمِيَتُهُ قَبْلَ السَّابِعِ وَبَعْدَهُ، وَلَوْ مَاتَ الْمَوْلُودُ قَبْلَ السَّابِعِ سُنَّ تَسْمِيَتُهُ.
Disunnahkan untuk mengumandangkan adzan di telinga kanan bayi saat ia lahir, mengumandangkan iqamah di telinga kirinya, serta mentahnik bayi dengan kurma yang dikunyah kemudian digosokkan ke langit-langit mulut bayi hingga masuk ke dalam perutnya. Jika tidak ada kurma, bisa menggunakan kurma basah, atau sesuatu yang manis. Disunnahkan juga untuk memberikan nama pada hari ketujuh kelahirannya. Nama boleh diberikan sebelum hari ketujuh atau setelahnya. Jika bayi meninggal sebelum hari ketujuh, tetap disunnahkan untuk memberinya nama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar