Dalam
Wikipedia disebutkan kalau nama gunung ini adalah sindara, biasa disebut dengan
Sindoro atau Sundoro. Tapi kalau ane ya enakan pake nama Sindoro yang sudah
familiar. Kayaknya kalau yang lainnya itu kurang enak rasanya di dengar..he.he..
mungkin karena itu tadi, kurang akrab gan…
Gunung
Sindoro ini mempunyai ketinggian 3.136 mdpl., merupakan sebuah gunung volkanik
aktif (tadinya sih aktif terus mati
katanya gan, dan di akhir tahun 2o11 gunung ini kembali hidup dan
berjalan-jalan.hehehe). Gunung ini yang
terletak di jawa tengah tepatnya daerah Wonosobo dan Temanggung berdampingan
dengan gunung Sumbing sehingga sering dikatakan kalau kedua gunung ini adalah
gunung kembar. Ok gan,,, itu sekilas tentang gunung Sindoro, tambahannya nanti
sambil ane cerita tentang perjalanan ane mendaki gunung tersebut bersama
teman-teman dari desa Kemranggen kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo Propinsi
Jateng..
Tanggal
4-5 Juni 2012, pukul 15 30 WIB ane dan prend2 sudah ngumpul di depan rumah mas
wahyu sawahlor, Kemranggen, Bruno, Purworejo atau tepatnya di perempatan
sebelah utara SDN Kemranggen. Setelah berkumpul semua, kita absen satu persatu
sambil menanyakan perlengkapan pendakian yang sudah dibagi. Ada mas Laras
Pandulu, Febri (dari Pitiruh) Kipli, Darul Ihsan, Hendri, Supriyadi alias
Supret, Gesit Handoyo, Jemingan potet, Penjol, Toro, Sapono gandasuli dan Tri
Gandasuli. Eh ane juga gan, sampe lupa, perkanalkan, ane Kabul Khan kembarannya
Amir Khan. Dilarang protes. ^_*. Dan ternyata sudah lengkap dari berbagai aspek
baik orang & bekalnya, akhirnya dengan dimulai doa, perjalanan kita menggunakan
motor menuju bascamp pendakian Sindoro di desa Kledung, Parakan, Temanggung dimulai…………
sekitar jam 17 30 WIB kita sudah sampai di bascamp, tanpa istirahat langsung
urus Administrasi dan shalat ashr dilanjut maghrib diteruskan doa lagi agar
perjalanan lancar dan selamat semua. Setelah dirasa cukup, pendakian dimulai
tepat jam 18 30 WIB. Perjalanan mendaki malam hari memang perjalanan pertama bagi
ane gan, kata temen2 yg pernah mendaki malam sih lebih enak, capeknya gak
kerasa, bekal air pun irit.
Dari
bascamp menuju kaki gunung Sindoro perjalanan kurang lebih setengah jam
melewati perkebunan tembakau dan kentang milik petani, awalnya terasa dingin
sekali, tapi Karena keringat mulai bercucuran badan ini mulai terasa hangat.
Setelah tiba di kaki gunung Sindoro, yg kata mas Laras itu juga pos 1, kita
istirahat disana sambil menyalakan rokok 76 dan ngemil snack serta membasahi
tenggorokan yg mulai kering. Kurang lebih 15 menit kita istirahat perjalanan
dilanjutkan menuju pos 2, dari pos satu menuju pos 2 ini kita sudah melewati
hutan-hutan cemara yang cukup lebat, namun rutenya masih cukup landai tidak
begitu ngetrek dan jalannya berupa tanah, untung perjalanan kita agak sedikit
terbantu dengan cahaya bulan yang kelihatan remang2 karena cuaca mendung, hampir
sampai dipos 2 kita melewati hutan campuran yang sangat-sangat lebat sehingga
cahaya bulan sudah tidak bisa membantu kita melihat jalan, kita hanya
mengandalkan cahaya senter yang sudah kami siapkan sebelumnya.
Sampai
di pos dua berupa tanah lapang yang cukup luas kurang lebih ukuran 5x6 m. kita
juga istirahat lagi sekitar 10 menitan sambil tak lupa minum dan menyalakan
sebatang rokok untuk rileks sebentar agar otot tidak kaku. Setelah dirasa cukup
kita mulai lagi perjalanan menuju pos 3, trek menuju pos 3 ini mulai terjal dan
kadang berupa bebatuan yang akan berbahaya kalau kita tidak menjaga
keseimbangan tubuh sehingga bias terjatuh dan membentur batu, terlebih hutannya
semakin lebat sehingga kita hanya bisa mengandalkan senter. Hampir 2 jam
perjalanan kita menuju pos 3, dengan pelan-pelan dan kadang juga tertinggal
dari teman2, ane, Febri dan Supret pantang menyerah (sebagian teman2 memang
mempunyai tenaga Samson gan, mereka sudah terbiasa naik ke bukit2 kalau di rumah
meskipun belum pernah mendaki, maklum orang gunung, cuma ane yang anak gunung
tpi gak sekuat mereka, cz hidup ane di kota jarang kerja ky teman2 yg lain.
Kalau Febri juga sama, Supret sebenernya fisiknya kuat untuk anak seumuran 1
SMP itu).
Perjalanan
semakin menanjak melewati jalan setapak bebatuan dikelilingi hutan lebat sampai
akhirnya keluar dari hutan dan lihat langit ada cahaya bulan, didepan sana,
teman2 ane udah pada tepar sambil merokok dan bercanda disebuah tanah lapang
yang kira2 bisa untuk didirikan puluhan tenda. Dan ternyata kita sudah sampai
di pos 3 pendakian sindoro via Kledung. Ane langsung menuju teman2 dan ikut
sante. Tanpa sengaja pandangan ane tertuju pada kaki gunung Sindoro, terlihat
dibawah sana pemandangan malam yang cukup menakjubkan dari desa kledung dan
sekitarnya dan juga pemandangan kota Magelang, Temanggung dan Wonosobo yang tak
kalah indah.
Tiba
di pos 3 ini sekitar jam 10 malam, dan setelah meminta pertimbangan mas Laras yg
pernah muncak kesini, akhirnya kita putuskan untuk istirahat lebih lama di pos
3. Kalau gak salah sampai jam 1 baru kita melanjutkan perjalanan. Selama di pos
3 ini kita makan dan membuat dopping kopi biar gak kedinginan, sebagian teman2
ada yg masak ada juga yang nyari kayu bakar, karena mungkin masih lelah
akhirnya ane membantu masak air saja. Kalau nasi kita sudah bawa dari rumah
jadi gak repot2 masak. Masaknya air juga memakai kompor buatan kami dari kaleng
susu bendera, jadi memang cukup simple kalau mendaki bareng kita, bahkan saking
simplenya kita nekat gak bawa tenda dan cuma persiapan jas hujan kalau2 hujan
turun. Setelah makan ngopi, udud2 dan
bercanda bersama untuk mengusir letih dan dingin sebagian teman2 menyalakan api
unggun dan sebagian lagi ada yg mempersiapkan amunisi dengan tidur agar tenaga
lebih fit. Jam 12 30 pagi, ane dan Laras membangungkan teman2, kemudian kita siap-siap
melanjutkan perjalanan. Setelah packing dan tak lupa absen anggota kita mulai
perjalanan menuju puncak. Ya, menuju puncak, cz kata Laras yg pernah mendaki
gunung Sindoro sebelumnya, setelah pos 3 sudah gak ada lagi pos, kita langsung
kepuncak (kalau baca di google katanya ada pos 4, tapi gak tahu dah, yang
penting muncak gn). Dalam hati ane berfikir berarti perjalanan akan lebih
ringan Karena sudah tidak ada pos lagi. Tapi kenyataannya justru tidak
demikian, dari pos 3 menuju puncak bisa dikatakan inilh pendakian sebenarnya,
sudah tidak melewati hutan lebat, hanya padang2 ilalang, namun perjalanannya
begitu ngetrek dengan kemiringan kadang mencapai 80 derajat, sebagian besar
jalur pos 3 menuju puncak juga berupa batu2, belum lagi, kalau boleh dikate nie
ye,,, gunung Sindoro kalau di daki lewat jalur kledung setelah pos 3 ke atas
akan banyak tipuan2 puncak, kalau kita lihat ke atas sepertinya puncak akan
segera kita capai tapi ternyata belum, dan itu hanya bukit yang kalau dilihat
dari bawa bisa kita duga puncak (ini khusus pemula pasti menduga demikian),
tipuan-tipuan puncak terjadi kalau gak salah sampai 5 x, sampai2 ane hampir
putus asa. Tapi dengan tekad bulat, meskipun nafas tua dan sudah tertinggal dri
teman2, ane tetep berjuang untuk menuju puncak. Ane gak mau menyerah kalau
sudah terlanjur kaya gini. Termasuk yang tertinggal adalah Supret n Febri. Kita
bertiga bersama2, dan yang paling mengenaskan adalah Febri yang hampir tidak
kuat begitu juga dengan Supret yang keduanya adalah pendaki pemula. Tapi karena
ane selalu mensuport mereka, walaupun pelan2 kita tetep jalan.
Jam
5 pagi ane denger teman2 di atas sana berteriak2, woyyy! sunrise bro. woyyy!
sunrise bro. woyyy! sunrise bro.. berkali2 mereka berteriak, agak sedikit
kecewa memang, tapi ane maklum ama fisik ane, sehingga ane harus merelakan
target melihat sunrise dipucuk Sindoro. Ane, Suppret dan Febri menikmati
sunrise sambil jalan menuju puncak dengan tertatih-tatih, tambah lagi Supret yang
sepatunya harus jebol (gara2 sepatu dulu SD dipake) dan terpaksa nyeker membuat
ane harus bisa memotivasi mereka agar sampai puncak, bukan apa2 gan, ane yakin
sebenarnya mereka itu kuat dan bekal makanan juga masih ada. Ane Cuma kasihan
kalau2 mereka gak sampai puncak, bisa pengaruh untuk pendakian selanjutnya. Kalau
ane sih jelas mantep pasti nyampe pucuk. Ane bilang ke Febri & Supret,
kalau mendaki pertama saja tidak nyampe puncak, besar kemungkinan untuk yg
ke-dua, ke-tiga dan selanjutnya juga sama. Dan ternyata sugesti ane mempan,
semangat mereka berdua kembali membara sampai akhirnya kita bertiga bisa sampai
dipuncak Sindoro.
Khusus
ane, Febri & Supret sampai dipuncak sekitar jam 6 30 wib. Sedangkan teman2
yang lain sudah hampir 1,5 jam sebelumnya. Sampai dipuncak ane langsung minum
dan makan roti merk “padi mas” yang 1-nya kalau gak salah berlabel harga 500
perak gan. Tapi enak kok.he.. setelah sedikit istirahat ane langsung ambil
tayamun dan segera shalat dua rakaat di atas batu yang ada di puncak sambil
bersyukur kepada Allah SWT. Karena masih diberi kesempatan menyaksikan
lukisan-Nya yang begitu indah. Selesai shalat ane dan teman2 memakan bekal
makanan yang masih tersisah dan dijamin belum basi yakni tiwul asli buatan
biyung alias emak. Bersama-sama, walaupun Cuma seberapa ternyata cukup menambah
energy dalam tubuh. Habis itu, kita melakukan season narsis ria bermodalkan hp
kamera SE 3,2 MP kita mulai bergaya, diatas gunung Sindoro yg pagi itu masih
sangat berkabut dan jarak pandang hanya sekitar 50 m. kita turun ke kawah
gunung dan tak lupa juga narsis disana.
jalan turun menuju kawah |
Sehabis dari kawah, teman2 istirahat,
ane dengan Hendri berjalan ke sisi barat menuju taman bunga pucuk merah dan
edelwais, disana bergantian ane sama Hendri saling mensotret dengan gaya india2
gitu deh gan, kan tempatnya emang ky di pilem2 bolywod itu…..hhayhe..
Jam
8 pagi kabut mulai hilang dan Nampak disebelah selatan gunung Sumbing yang
pernah ane daki sebelumnya. Kita2 tak meninggalkan moment itu, dan lagi-lagi HP
SE dengan resolusi kamera 3,2 mp yang masih didukung batre 40% kita gunakan
semaksimal mungkin. Setelah dirasa cukup, jam 9 pagi kita sudah siap2 turun,
maklum gak bawa tenda takut kepanasan kalau siang diatas gunung. Perjalanan
turun memang tak seberat ketika naik, tapi Karena medan yang dilalui adalah
jalan yang berbatu kita terpaksa berjalan hati2, hampir 3 jam kita turun sampai
di bascamp. Sambil menunggu petugas bascamp yang katanya lagi tahlilan, kita
tiduran disana sampai jam 4 sore dan kemudian pulang ke rumah dengan kondisi
badan yang sudah sangat kelelahan, kaki yang seperti lumpuh karena harus
menapak bebatuan dan pakaian yang sangat2 kotor. Tapi tidak ada penyesalan
dalam hati, justru sepanjang jalan ane masih kepikiran untuk mengulang kembali pendakian
gunung Sindoro. Dan akhirnya setelah selang 1 tahun dari pendakian sindoro ini,
ane dkk kembali lagi melestarikan sunah nabi Musa AS. Menaiki gunung dalam
rangka berbicara dengan tuhannya.
Untuk
pendakian ke-2 ke sindoro lain kali ane share gan…. Sekian dulu catatan kecil
kenangan pendakian sindoro ini. Semoga menjadi kenangan untuk teman2 ku semua
yg ikut mendaki…. Dan bermanfaat untuk para pecinta alam.
di puncak gunung Sindoro sebelah selatan |
taman bunga gunung sindoro |
taman bunga gunung sindoro |
taman bunga gunung sindoro |