Berikut
ini adalah 10 Prinsip di dalam menerapkan Etika Bisnis yang positif :
1.
Etika Bisnis itu dibangun berdasarkan etika pribadi.
Tidak
ada perbedaan yang tegas antara etika bisnis dengan etika pribadi. Kita dapat
merumuskan etika bisnis berdasarkan moralitas dan nilai-nilai yang kita yakini
sebagai kebenaran.
2.
Etika Bisnis itu berdasarkan pada fairness
Apakah
kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan jujur? Apakah
setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan diberi
kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan.
3.
Etika Bisnis itu membutuhkan integritas.
Integritas
merujuk pada keutuhan pribadi,kepercayaan dan konsistensi. Bisnis yang etis
memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan berintegritas. Mereka menepati
janji dan melaksanakan komitmen.
4.
Etika Bisnis itumembutuhkan kejujuran.
Bukan
jamannya lagi bagi perusahaan untuk mengelabuhi pihak lain dan menyembunyikan
cacat produk. Jaman sekarang adalah era kejujuran. Pengusaha harus jujur
mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya.
5.
Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai.
Jika
perusahaan Anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian, maka
secara etis Anda harus mengatakan dengan terbuka kepada klien atau stake-holder
Anda.
6.
Etika Bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis.
Sebuah
perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas sekarang, visi atas masa
depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis tidak hidup di dalam ruang
hampa.
Semakin
jelas rencana sebuah perusahaan tentang pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan
pelayanan, maka semakin kuat komitmen perusahaan tersebut terhadap praktik
bisnis.
7.
Etika Bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal.
Bisnis
yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan bermartabat
dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi,
di dalam menepati janji, dalam memenuhi kewajiban terhadap karyawan, buruh,
pemasok, pemodal dll. Singkatnya, ruang lingkup etika bisnis itu universal.
8.
Etika Bisnis itu membutuhkan keuntungan.
Bisnis
yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem kendali
internal dan bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada
saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya
rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.
9.
Etika Bisnis itu berdasarkan nilai.
Perusahaan
yang beretika harus merumuskan standar nilai secara tertulis. Rumusan ini
bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Etika menyangkut norma, nilai
dan harapan yang ideal. Meski begitu, perumusannya harus jelas dan dapat
dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.
10.
Etika Bisnis itu dimulai dari pimpinan.
Ada
pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari kepalanya.” Kepemimpinan sangat
berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku seorang pemimpin yang beretika
akan menjadi teladan bagi anak buahnya.
Di
dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan
sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Seorang konsumen yang tidakpuas,
rata-rata akan mengeluh kepada 16 orang di sekitarnya.
Dalam zaman informasi
seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan
massif. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum
secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan
di dalam dunia bisnis sekarang.
Hal
yg terpenting bagi pelaku bisnis adalah bagaimana menempatkan etika pada
kedudukan yg pantas dalam kegiatan bisnis yg berorientasi pada norma-norma
moral.
Dalam
melaksanakan kegiatan bisnisnya selalu berusaha berada dalam kerangka etis,
yaitu tidak merugikan siapapun secara moral.
Ada
2 prinsip yg dapat digunakan sebagai acuan dimensi etis dalam pengambilan
keputusan :
1.
Prinsip Konsequentialis : Konsep etika ini berfokus pada konsekuensi dari
pengambilan keputusan yg dilakukan seseorang. Ini artinya, penilaian apakah
sebuah keputusan dapat dikatakan etis atau tidak, hal itu tergantung pada
konsekuensi dari keputusan tsb.
2.
Prinsip Non-Konsequentialis : Konsep etika ini berdasarkan penilaian pada
rangkaian peraturan yg digunakan sebagai petunjuk/panduan pengambilan
keputusan. Penilaian etis lebih didasarkan pada alasan, bukan pada akibatnya.
KEPENTINGAN
ETIKA DALAM BISNIS
Mengapa
etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini? Karena
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang
tinggi,diperlukan suatu landasan yang kokoh.Biasanya dimulai dari perencanaan
strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh
budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yangdilaksanakan secara
konsisten dan konsekwen.
Haruslah
diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu
menguntungkanerusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang karena
:
1.
Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi
baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
2.
Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
3.
Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga
4.
Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Tindakan
yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen
dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif,misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat
menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.Sedangkan perusahaan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki
peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak
mentolerir tindakan yany tidaketis misalnya diskriminasi dalam sistem
remunerasi atau jenjang karier.Karyawan yang berkualitas adalah aset yang
paling. berharga bagiperusahaan oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap
dipertahankan.
Memang
benar. Kita tidak bisa berasumsi bahwa pasar atau dunia bisnis dipenuhioleh
orang-orang jujur, berhati mulia, dan bebas dari akal bulus
sertakecurangan/manipulasi. Tetapi sungguh, tidak ada gunanya berbisnisdengan
mengabaikan etika dan aspek spiritual. Biarlah pemerintahmelakukan pengawasan,
biarlah masyarakat memberikan penilaian, dan sistem pasar (dan sistem Tuhan
tentunya) akan bekerja dengan sendirinya.
TANGGUNG
JAWAB SOSIAL BISNIS
Saat
ini perusahaan dihadapkan padaparadigma yang relatif masih baru di Indonesia,
yaitu paradigma yangmelihat antara pihak perusahaan dan masyarakat bukanlah dua
pihak yangberbeda dan bertolak belakang, namun merupakan bagian yang takterpisahkan.
Fakta
masyarakat ada realita kontradiktif, dimanadi satu pihak ada perusahaan besar
yang aktivitas usahanya banyakdiwarnai dengan konflik sosial, tetapi di sisi
lain ada perusahaanbesar yang berkinerja baik tanpa harus mengalami konflik sosial.Kondisi
yang demikian diduga sangat dipengaruhi oleh derajat perilakuetis perusahaan,
yang diwujudkannya melalui kadar tanggung jawab sosialperusahaan.
Perusahaan
sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak bisa
berdiri sendiri.Perusahaan memerlukan kemitraan yang saling timbal balik
denganinstitusi lain. Perusahaan selain mengejar keuntungan ekonomi untuk
kesejahteraan dirinya, juga memerlukan alam untuk sumber daya olahannya dan
stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan menggunakan pendekatan
tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan
ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial. Dengan demikian keberlangsungan
usaha tersebut dapat berlangsung denganbaik dan secara tidak langsung akan
mencegah konflik yang merugikan.
Etika
dalam berbisnis adalah mutlak dilakukan. Maju mundurnya bisnis yang dijalankan
adalah tergantung dari pelaku bisnis itu sendiri. Apa yang dia perbuat dengan
konsekuensi apa yang akan dia peroleh sudah sangat jelas.
Pebisnis
yang menjunjung tinggi nilai etika akan mendapat point reward terhadap apa yang
telah dia lakukan. Kemajuan perusahaan, kepercayaan pelanggan, profit yang
terus meningkat, pangsa pasar terus meluas, merupakan dambaan bagi setiap
pebisnis dan ini akan diperoleh dengan menjungjung tinggi nilai etika.
Sebaliknya,pelanggaran
etika yang sedikit saja bias menyebabkan kondisi berbalik 180 derajat dalam
waktu sekejap. Kehilangan pelanggan, defisit keuangan sampai ditutupnya
perusahaan dengan jumlah utang serta kerugian yang menggunung merupakan
punishment dari pelanggaran etika.
Terakhir,kita
sebagai akademisi yang merupakan calon dari pebisnis, baik itu yang menjalankan
bisnis pribadi ataupun yang menjalankan bisnis oranglain tinggal menentukan
pilihan apakah bisnis dengan etika atau bisnis tanpa etika.
Riki
Tri Lestari
MMUGM - Kelas AP15A -
J