Rabu, 19 Februari 2014

KEMRANGGEN; Makarya Nyawiji Mbangun Desa

Desa Kemranggen adalah salah satu desa dari 18 desa yang ada di kecamataan Bruno kabupaten Purworejo. Desa ini terletak di wilayah Bruno barat yang berbatasan langsung dengan beberapa desa, yakni desa Pamriyan dan Wonosido yang ikut kecamatan Pituruh Purworejo (sebelah barat daya dan selatan desa), desa Purbayan Kemiri Purworejo (sebelah tenggara), desa Gunung Condong Bruno Purworejo (sebelah timur), Cepedak Bruno Purworejo (timur laut), desa Karanggedang Bruno Purworejo (sebelah utara desa), desa Besuki Wadaslintang Wonosobo (sebelah barat daya desa).
 
GAPURA MASUK DESA KEMRANGGEN BRUNO PURWOREJO
Syahdan, nama Kemranggen ini diambil seorang tokoh yang tidak lain adalah pendiri desa yang hidup pada masa penjajahan, beliau di kenal oleh warga Kemranggen dan sekitarnya dengan nama mbah Mranggi. Mbah Mranggi merupakan salah satu prajurit dari Raden Heru Cokro Senopati ing Ngalogo Syayidin Pamukagama Khalifatullah Tanah Jawa Putra Sri Sultan Hamengkubuwono yang bergelar Pangeran Diponegoro. Dalam memerangi Belanda waktu itu, Pangeran Diponegoro dan pasukannya sampai bergerilya ke desa-desa, desa yang dilalui diantaranya adalah desa Wonosido Pituruh sampai Kemranggen dan Karanggedang Bruno. Untuk mengenang perjuangan pangeran Diponegoro ini kemudian jalan yang dilalui beliau dari desa Wonosido melewati hutan Growong menuju Kemranggen dan ke Karanggedang dijadikan jalan Kabupaten dengan nama jalan Diponegoro.   
Desa Kemranggen ini seperti desa-desa yang lain juga masih dibagi menjadi beberapa pedukuhan, di Kemranggen, sekarang terdapat 4 pedukuhan yakni Krajan yang diambil dari kata Kerajaan yang berarti adalah tempat pusat pemerintahan desa, Sawahlor, Gablogan (diambil dari nama sesepuh dukuh terebut mbah kyai Gablok) dan Kaligadung. 
BALAI DESA KEMRANGGEN
Meskipun berada di daerah pegunungan, namun desa Kemranggen adalah desa yang cukup potensial dari berbagai aspek baik SDA maupun SDM-nya. Alam desa Kemranggen amat sangat asri dan pemandangan alamnya bisa memanjakan manusia perkotaan yang mungkin jenuh dengan kebisingan kotanya. Bukit-bukit, persawahan, dan juga sungai-sungai dengan air yang sangat jernih akan turut serta menyejukkan pikiran seseorang, ditambah lagi luasnya hutan pinus milik perhutani yang mengelilingi desa mulai dari sebelah barat dukuh Krajan sampai Sawahlor yang berbatasan langsung dengan desa Karanggedang.

SALAH SATU PEMANDANGAN ALAM DI DESA KEMRANGGEN
(diambil dari depan rumah bapak Pri Sawahlor)

Alam desa Kemranggen tidak hanya memanpakkan keindahannya bila dipandang mata, namun alam disekitar desa ini bisa dikatakan menjadi sumber kehidupan mayoritas warga desa Kemranggen yang kebanyakan adalah petani. Banyak hasil bumi yang sangat-sangat layak untuk diandalkan bahkan dipasarkan diluar daerah bukan hanya dilingkungan sekitar. Seperti padi dari pengelolahan sawah petani, singkong, Kelapa, buah-buahan dan berbagai komoditas pertanian lainnya yang layak untuk dibanggakan dan dipasarkan untuk masyarakat luar daerah.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka pola pikir masyarakat lambat laun menjadi berubah, ketika saya dilahirkan pada tahun 1988 sampai pada tahun 1995 kehidupan bermasyarakat masih relative sama, meskipun di desa ini sudah ada lembaga pendidikan TK, SDN Kemranggen dan SLTP PGRI Bruno di Kemranggen, pada akhir-akhir tahun 1996 listrik mulai masuk desa ini, sehingga pelan-pelan pola hidup masyarakat pun mulai berubah. Jika sebelum ada listrik, saya masih ingat sekali sewaktu masih kecil kegiatan malam mungkin hanya sampai waktu Isya dan kemudian istirahat, anak-anak muda begitu kreatif karena keterbatasan, mengisi waktu luang sebelum istrihat untuk menyongsong hari esok dengan seabgreg job kerja seperti mencangkul sawah, merumput dll sebagai anak seorang petani, mereka malamnya sering berkumpul bersama dengan mengadakan game-game tradisional seperti petak umpet ketika terang bulan atau pitongan (menebak teman dengan mata tertutup) dll. Muda mudi membaur jadi satu, tapi jangan berfikiran tidak baik, karena saya jamin teman2 waktu itu adalah teman-2 yang lugu dan polos, meskipun bersama namun sikap menghormati, isin terhadap lawan jenis sangatnya besar. Jadi meskipun bermain bersama dalam kegelapan saya yakin tidak ada hal-hal negative yang terjadi selayaknya anak muda sekarang yang kalau boleh saya katakan sudah lupa akan adat ketimuran walaupun katanya berpendidikan. Dalam hal ini, saya benar2 kagum kagum dengan teman2 tempoe doeloe dari pada pemuda sekarang.
Setelah listrik masuk desa kami, memang banyak hal positif yang dapat dimanfatkan warga desa seperti kemudahan mengakses informasi melewati media televisi yang mempunyai cakupan nasional bahkan internasional berbeda dengan zaman sebelumnya yang hanya menggunakan media radio batre yang cakupannya hanya fm dan am lingkup kabupaten. Bahkan pada tahun-tahun 2000an masyarakat sudah tidak asing lagi dengan HP sebagai alat komunikasi sehingga pol hidup dan ekonomi masyarakat pun semakin berubah (dalam hal ini menurut saya tetap banyak positif dan banyak pula negatifnya).
Dalam bidang pendidikan, Masyarakat yang dulunya sebagian besar hanya lulusaan SD bahkan ada yang sama sekali tidak pernah mengenyam bangku sekolah mulai sadar akan pentingnya pendidikan, mereka tidak merasa keberatan untuk mendidik anaknya dengan menyekolahkan sampai tingkat SLTA bahkan Perguruan tinggi meskipun harus dengan susah payah. Hal ini tentunya tidak lepas dari kemudahan mengakses informasi lewat media dan juga adanya sebagian warga desa Kemranggen yang menjadi PNS sebagai guru di sekolah-sekolah negeri maupun swasta selalu getol dalam memberikan stimulus agar anak-anak muda Kemranggen bisa melanjutkan tingkat pendidikan.
SDN KEMRANGGEN SEKARANG (2014)
Masih dalam bidang pendidikan, desa Kemranggen memang cukup terkenal di wilayah kecamatan Bruno, bahkan sampai di luar kecamatan sendiri. Banyak kalangan memberikan tanggapan positif semisal ketika saya sedang berdiskusi atau sekedar ngobrol santai dengan orang luar Kemranggen mengatakan kalau desa Kemranggen desanya pendidikan, terbukti banyak sekali PNS yang berasal dari Kemranggen baik yang berkecimpung dalam bidang pendidikan maupun lembaga pemerintah yang lainnya dan juga putra-putra desa yang sedari dulu banyak yang tingkat pendidikannya tinggi.  Pernyataan demikian mungkin ada benarnya, akan tetapi, saya sendiri selaku pribumi Kemranggen terkadang hanya bisa mengelus dada ketika mendengar tanggapan seperti itu, bukannya tidak percaya dengan realita, tapi bila mau melihat lebih dalam tentunya akan didapati pula banyak generasi penerus yang putus sekolah. Bahkan tak ubahnya desa-desa lain, banyak generasi setelah lulus SMP atau SD mengadu nasib ke Jakarta dll. Selain demikian, (maaf bila menyinggung kalangan pendidikan), ternyata banyaknya generasi yang tingkat pendidikannya tinggi tidak berpengaruh secara langsung dalam hal yang positif pada desa. Percaya atau tidak, saya termasuk yang menganalisa kenyataannya, contoh real saja dalam sebuah organisasi karangtaruna yang bisa dikatakan vakum, akhir-akhir tahun 2013 memang ada kumpulan rutin karangtaruna yang diagendakan tiap bulan. Hanya saja agenda intinya hanya arisan dan macit bersama, kalau ada rapat ya langsung ketua membuka tanpa ada mc, absen anggota, bahkan administrasi lain layaknya organisasi yang professional dan dikelolah SDM yang mumpuni pun tidak didapatkan di karangtaruna. Padahal sekali lagi banyak orang memandang desa kita adalah desa yang maju dalam pendidikan. Di Karangtaruna kalau ada kegiatan seperti lomba turnamen olahraga atau kegiatan pemuda lainnya pun bisa dikatakan tidak ada panitianya  meskipun sebenarnya ada, kalau istilah arabnya “wujuduhu ka’adamihi; keberadaannya seperti ketiadannya”, sering didengar dalam bahasa yang sederhana dari seorang ketua panitia, karangtaruna, atau senior pemuda yang berkata “wes pokoe bareng-bareng spa sing kober gawean direwangi”… pertanyaan untuk anda, layakkah sebuah organisasi pemuda yang katanya generasinya adalah generasi terdidik, mengelolah organisasi demikian??? Mari kita fikirkan bersama. Jangan sendiri, nanti bisa stress.hehehe. kita tidak boleh bangga dengan nggpn orang luar sana, mnungkin memang benar adanya, kita memang desa pelajar dan banyak prestasi telah diraih oleh desa ini karena didukung oleh pendidikan yang mumpuni, tapi menurut saya semua itu adalah kerja segelintir orang yang benar-benar peduli dan ingin mengangkat almamater desa kita. Saya yakin tidak semua atau sebagian besar orang berperan disitu. Tanyakan pada diri kita masing-masing????
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya tulis, tapi karena beberapa hal, kemungkinan artikel KEMRANGGEN Makarya Nyawiji Mbangun Desa part 2 akan dilanjut dilain waktu. Silahkan kalau ada sisi positifnya kita ambil. Dan semoga Kemranggen benar-benar menjadi desa kebanggaan kita bersama.





2 komentar:

  1. Ternyata benar ya pemandangan di bruno masih asri, dalam waktu dekat ini saya juga akan mengunjungi kecamatan bruno, bahkan menetap di sana selama sebulan, tepatnya di desa kaliwungu, apa desa-desa di kecamatan bruno memiliki gambaran yang hampir sama dengan desa kemranggen?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mas.. krn bruno merupakan kecamatan yg dikelilingi perbukitan2.

      Hapus

FIQH KURBAN DAN AQIQAH

 FIQH KURBAN DAN AQIQAH  (Diterjemahkan Dari Kitab Fathul Qarib)  Oleh: Sukabul, S.Sy. (Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Ayah) فَصْلٌ فِي أَحْك...