Gunung Sindoro terlihat dari Gunung Prau |
Kerinduan
ini sudah tak bisa ane tahan gan,,mungkin ibarat cinta sudah meluap-luap dan bisa
gila kalau gak berjumpa. Seperti itu juga rasa penasaran ini untuk kembali
menjejakkan kaki di atas gunung Sindoro
(ketinggian 3.136 mdpl.) maha karya Tuhan yang begitu indah, sebuah gunung yang secara geografis terletak
di 2 kabupaten yakni Wonosobo dan Temanggung.
Waktu itu tepat hari jumat setelah beberapa
hari sebelumnya melakukan koordinasi dengan teman-teman dan mempersiapkan bekal
serta menkonsep pendakian, tepat setelah
selesai melaksanakan shalatjumat ane (Kabul), Hendri, Kipli (Tumono), Wahidun dan
Supriyadi/Supret yang kemudian dalam pendakian kali ini mempopulerkan laqab (julukan) barunya dengan nama “Munarah Prepet Prepet” berkumpul di
depan rumah ane yang juga berhadapan dengan rumah Hendri.
Gak pakai lama, setelah berdoa tawasul ummul
kitab dengan harapan perjalanan lancar sesuai yang diharapkan kita langsung cabut
menuju desa Kledung Parakan Temanggung (basecamp pendakian Sindoro). Kurang lebih
pukul 13 00 WIB. Kita berangkat dari Desa
Kemranggen Kec. Bruno Kab. Purworejo dengan menggunakan alat transportasi motor
(ane sendirian, Supret nebeng Hendri, Kipli bareng Wahidun), dari Kemranggen,
ane dkk melewati desa Gunung Condong, Cepedak, Brunorejo, Kaliwungu, Tegalsari (masih kec.
Bruno). Perjalanan melewati desa kali
wungu ada sedikit gangguan, ditengah jalan kita dihadang ular piton, ane yang
di depan diikuti Wahidun dan Kipli langsung
berhenti melihat ular itu sambil menunggu pergi, namun dari belakang Hendri langsung
tancap gas dan hampir saja di gigit ular yang seperti lagi mengamuk, untung saja patokan ular hanya mengena bodi motornya,
ane sebenarnya agak was-was, karena mitosnya kalau dihadang hewan-hewan berbisa
dan buas seperti ular ketika akan melakukan perjalanan lebih baik berhenti dan kembali,
karena –katanya- itu sebuah pertanda kurang baik. Akan tetapi ane dkk berusaha membuang
jauh-jauh mitos tersebut dan menyerahkan semuanya pada Allah SWT yang telah mengatur segalanya. Setelah ular menyingkir
dari jalan kita kembali melakukan perjalan melewati beberapa desa di 5 kecamatan mulai dari kec. Kepil menuju Sapuran
berlanjut Kalikajar dan Kreteg (masuk Kab. Wonosobo) dan terakhir setelah sampai
di perempatan pasar Kreteg kita ambil arah
menuju kab. Temanggung, dari Kreteg menuju desa Kledung yang sudah masuk kab.Temanggung kurang lebih memakan
waktu 10 menit dengan jalan yang terus menanjak
dan hawa dingin yang mulai menusuk tulang.
Diperbatasan antara kab. Wonosobo dan Temanggung ada toko yang lumayan cukup lengkap dan juga menyediakan perlengkapan-perlengkapan
kecil pendakian seperti sarung tangan dan masker. Kita berhenti sejenak dan belanja kebutuhan-kebutuhan
yang memang sengaja tidak kita siapkan dari
rumah seperti air mineral, snack ringan, koyo dan rokok 79 plus malboro tentunya yang
cocok di daerah dingin tak lupa kita borong. hehe.. dirasa cukup, kita langsung
menuju basecamp dirumah warga desa Kledung, namun setelah sampai dirumah warga yang tahun lalu
digunakan sebagai basecamp ternyata bascampnya
sekarang sudah pindah di balai desa Kledung yang justru sudah kita lewati dan akhirnya kita berlima
kembali kearah balai desa dan sampailah di basecamp kurang lebih pukul 15 00 WIB.
Sampai di basecamp kita tidak langsung mengurus
perijinan, menurut teman (kenal di sana) dari Klaten (mas Andi dan mbak Eni)
yang sudah tiba terlebih dahulu untuk hal yang sama yakni mendaki sindoro mengatakan
kalau penjaganya sedang keluar, mereka sudah
menunggu hampir 2 jam katanya, akhirnya setelah sekian lama menunggu sambil santai dan tak lupa shalat ashar
di masjid yang ada di sebelah balai desa tepat pukul 16 30 WIB. Petugas dating dan langsung kita mengurus administrasi
dan perijinan, setelah motor kita parkir, pukul 17 00 WIB. Kita mulai perjalanan menuju puncak gunung Sindoro.
Seperti biasa, tanpa bosan-bosan kita
awali lagi perjalanan ini dengan berdoa agar diberi kemudahan dn kelancaran
serta keselamatan oleh sang kreator gunung Sindoro. Dari bascamp menuju pos 1 perjalanan
melewati rumah-rumah warga kurang lebih 500 meter kemudian kita sampai di perebunan
milik petani berupa tanaman kentang, tembakau, jagung dll. Perjalanan ini
memang agak sedikit memaksa, karena dari bascamp sudah terasa ada rintik-rintik
gerimis walaupun tidak seberapa, tapi melihat cuaca pada saat itu ada
kemungkinan akan turun hujan. Dalam hati ane berdoa semoga gak sampai hujan,
coz kalau hujan tetap kita bakalan repot dengan perlengkapan yang sangat minim
dan tanpa tenda, hanya memakai jas hujan. Sambil merasakan dinginnya cuaca di
perkebunan petani, kita tetap berusaha untuk menikmati alam yang begitu
menawan. Di kanan kiri jalan, kebun-kebun milik petani tumbuh hijau dan subur, di
sebelah barat kita juga bisa melihat kebun teh (tambi) yang membentang bagaikan
permadani hijau dan bila kita melihat ke arah yang berlawanan di sebelah
selatan kita bisa melihat gunung Sumbing yang juga sangat menantang untuk di
daki. Karena terasa asyik menikmati perjalanan, meskipun nafas mulai ngos2an,
tak terasa kurang lebih 20 menit kita sudah sampai di pos 1 tepat di kaki
gunung Sindoro.
Sampai di pos 1, kita istirahat agak
lama dan tak lupa memakan nasi bekal dari rumah yang sudah kita siapkan. Ini
memang kebiasaan kita kalau muncak gak pake alat-alat masak seperti kompor dll,
kita sukanya bawa makanan dari rumah karena lebih simple gak ada acara masak
memasak. Dan untuk antisipasi basi, biasanya kita bagi tugas ada yang membawa
tiwul (karena bisa bertahan 2 hari tidak basi) dan membawa roti yang banyak
sehingga apabila kita kelaparan dipuncak masih bisa makan gan. Dipos 1 ini kita
makan nasi bekal yang ane bawa biar ane bebannya lebih ringan, karena, jujur
meskipun ane yang paling besar diantara teman-teman, tapi secara fisik ane yang
gampang ngedrop dibanding mereka. Maklum gan, ane hidup dikota jadi gak pernah
bekerja fisik yang berat-berat, juga jarang olahraga. Kalau teman-teman ane
kerjanya fisik terus ditambah kalau sore di desa ane pasti ada kegiatan
olahraga baik takrow, voly dll. Jadi mereka semua fisiknya kuat-kuat. Setelah
selesai makan kita gak langsung berangkat, sambil menambah jam istirahat tak lupa kita narsis
dulu dengan berfoto bersama. Oh ya, pas makan juga kita foto-foto loh… ini dia
fotonya…
Hendri & Kipli sedang lahap makan |
Samar-samar terdengar suara adzan maghrib dari pos 1 ini, setelah selesai adzan kita lihat mas Andi dan mbak Eni yang berangkatnya belakangan dari kita sudah mulai tiba di pos 1 ini. Setelah mereka sampai dan adzan sudah selesai kita lanjutkan perjalanan. Ane dkk gak shalat maghrib, rencana mu ane jama’ sekalian dengan Isya nantinya di pos 3. Remang-remang jalan kita lewati di hari yang hampir malam ini dengan bantuan cahaya bulan dan senter yang sudah kami siapkan.
Alhamdulillah, menjelang malam ternyata
cuaca berubah, gerimis sudah berhenti dan langit terlihat terang, perjalanan
dari pos 1 menuju pos 2 kita melewati hutan cemara dan kemudian melewati
hutan-hutan campuran yang lumayan lebat. Jalan setapak kita lalui dengan trek
yang agak sedikit nanjak namun kadang ada turunnya juga, belum begitu menguras
tenaga kita kalau secara logikanya, tapi ditengah-tengah perjalanan ane mulai
merasa sedikit keram di paha dan ane akhirnya berjalan dibelakang sambil
sedikit-sedikit berhenti agar tidak terjadi keram yang lebih.. mungkin ane
keram karena belum menyesuaikan saja, jadi ane buat santai. Ternyata benar,
setelah berjalan kurang lebih 1 jam dan hampir sampai di pos 2 keram di paha
ane sudah hilang dan perjalanan terasa lebih enak.
Kurang lebih Pukul 19 00 WIB. Kita berlima
sudah sampai di pos 2, dan memutuskan untuk istirahat sebentar sambil minum dan
ngemil snack krupuk yang kita beli di kios sebelum sampai bascamp. Habis krupuk
1 bal, kita mulai lanjut lagi. Kali ini dari pos 2 menuju pos 3 jalan yang kita
lalui mulai terasa sulit karena banyak ngetreknya, ditambah jalan setapak
berupa batu dan hutan yang semakin lebat tanpa bisa kita melihat langit karena
tertutup pohon-pohon. Perjalanan hampir 2 jam untuk sampai di pos 3, setelah
keluar dari hutan dan memasuki padang ilalang dan tumbuhan-tumbuhan berakar
serabut lainnya, ane rasanya sedikit lega karena ini tandanya sudah hampir
sampai di pos 3.
Keluar dari hutan melanjutkan
perjalanan kurang lebih 5 menit kita sudah sampai di pos 3 kurang lebih jam
setengah 9 malam. Pos 3 ini berupa tanah lapang yang
dapat didirikan puluhan tenda bagi pendaki. Namun kita hanya istirahat disana
sambil melepas baju yang basah karena keringat bercucuran. Kita tidak mendirikan
tenda gan, kan emang gak bawa tenda.hehehe. Cuma duduk-duduk santai saja sambil
melihat indahnya kota temanggung dan sekitar dimalam hari. Istirahat sambil
merokok dan tak lupa kita jogetan bersama dengan media music koplo judul
oplosan yang ada di hp untuk menghilangkan rasa dingin yang menusuk ternyata
cukup manjur juga untuk menghilangkan stress dan membuat badan ini berkeringat
kembali. Karena memang kalau tanpa aktifitas, meskipun sudah berkeringat tak
lama kemudian pasti akan terasa dingin kembali.
Setelah menjama’ shalat maghrib dengan
isya’ dan puas santai di pos 3 sampai jam 10an malam, kita memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan kembali sebelum tubuh bertambah dingin karena tidak
berkeringat. Jalur ngetrek hampir mendominasi perjalanan kita dari pos
3 menuju puncak Sindoro. Perjalanan kali ini memang tidak begitu terburu-buru,
selain cuaca yang berubah cerah sekali dibandingkan sore yang mendung seperti
akan turun hujan, juga karena kita ingin menikmati pendakian ini sepuas-puasnya
dengan melihat bintang-bintang dan bulan yang seolah-olah ada tepat diatas
kepala kita serta keindahan-keindahan lainnya yang tak bisa terlukiskan dengan
kata-kata.
Perjalanan dari pos 3 ini seperti yang sudah ane katakan jalurnya ngetrek
banget, bahkan kemiringan kadang mencapai 90 derajat ditambah hampir dari mulai
kita melangkah sampai puncak jalurnya berupa bebatuan yang akan membahayakan
apabila tidak hati-hati. Langkah demi langkah, terkadang ane sempat juga
menghitung jumlah langkah dengan mentarget setiap 60 x melangkah jedah berhenti
sejenak untuk mengambil nafas, begitu seterusnya sampai kemudian kita berlima
tiba di pos 4 watu tumpang (katanya pos 4 gan.. ane kagak tahu coz pertama
mendaki ke sini yang ane denger cuma ada 3 pos kemudian langsung ke puncak) kita
beristirahat kurang lebih 10 menit dan lanjut kembali. Namun setelah dari pos 4
watu tumpang perjalanan kita terhenti di pos bayangan setelah watu tumpang,
disitu tempatnya lumayan lapang dan dapat didirikan 1 tenda. Terhentinya kita
di pos bayangan ini bukan karena ada sesuatu yang tidak di inginkan, kita ingin
istirahat lebih di situ karena sudah merasa agak lelah, lapar dan dingin yang
mulai menjadi.
Tanpa basa basi karena kelelahan, ane langsung merebahkan badan di tanah, sedangkan
teman-teman yang sudah sampai duluan sedang menyiapkan nasi bekal milik wahidun
dan supri untuk dimakan. Setelah makan, kita mencari kayu bakar disekitar
lokasi, untung saja disekeliling kita banyak kayu-kayu bakar yang sudah kering dan
siap dibuat api unggun. Setelah dirasa cukup, Kipli mengeluarkan spirtus dari
tasnya dan disiramkan ke tumpukan kayu agar muda dibakar, sambil menunggu api
besar, kita menyiapkan air mineral kemasan yang masih tertutup rapat untuk
kemudian dimasak di api tersebut. Ini memang cara kita kalau mendaki apabila
ingin ngopi cukup nyalakan api tak letakkan air dalam kemasan yang tertutup
rapat diatas api tersebut. Gak butuh waktu lama api sudah menyala besar dan air
kita letakkan di api sekitar 5 menit sudah masang dan siap ngopi dengan
potongan-potongan kemasan air mineral bekas yang dijadikan gelas… cukup ringkas
kan gan???
Setelah kebutuhan perut sudah tercukupi, salidd pun sudah terobati dengan 2
batang rokok 76, kita tiduran di pos bayangan ini sambil menyelip bersembunyi
disarung masing-masing, meskipun tiduran, namun tetap saja kita tidak ada yang
bisa terlelap tidur, suhu dingin yang begitu menusuk badan karena cuaca yang
begitu cerah malam itu membuat kita hanya bisa menikmati yang namanya menggigil
diatas gunung. Sungguh sebuah nikmat dari tuhan yang jarang kita sadari di
hari-hari biasa.
Karena tidak tahan dengan suhu yang sangat dingin, akhirnya kita memutuskan
untuk melanjutkan perjalanan dengan santai agar badan berkeringat kembali.
Perjalanan kali ini dimulai kurang lebih jam 3 pagi, ane menyadari dengan
kondisi ane yang masih kelelahan terlebih 1 hari sebelum berangkat sempat
kerokan karena masuk angin, ane bilang ke teman-teman kalau ane ketinggalan gak
usah ditunggu. Dan akhirnya teman-teman setuju, dengan bermurah hati, teman ane
yang paling perkasa “ingih meniko” kangmas Tumono al-Kipli menawarkan jasa
untuk membawa tas ane. Tanpa pikir panjang langsung deh ane serahkan tuh tas
dan ane cuma membawa rokok di saku dan air mineral aqua ditangan (bukan promosi
gan, cuma ngepasin aja, tadinya kan ane mau bawa air meniral BNW tapi
produksinya masih tahun depan..hehehehe).
Teman-teman ane, Hendri, Supri, Kipli dan Wahidun sudah jauh di depan atau
lebih tepatnya jauh diatas ane, dalam hati ane gak ingin kejadian pendakian
Sindoro pertama terulang di Pendakian kedua ini, ane kagak pingin ketika
sunrise belum sampai pucuuk Sindoro. Dengan tekad yang kuat dan semangat
perjuangan 45, ane mantapkan langkah menuju puncak agar tidak didahului sang
mentari terbit. Dan Alhamdulillah, segalah puji untukMu tuhan, sang pencipta
keindahan ini, ane bisa nyampai di pucuknya pucuk tepat pada jam setengah 5
pagi, sedangkan teman-teman sudah sampai terlebih dahulu sekitar 20 menit yang
lalu dan sudah kedinginan sambil berusaha menyalakan api unggun kembali.
Sampai dipucuk, ane langsung sujud syukur kepada Allah SWT karena masih
diberi kesempatan menjejakkan kaki di atas salah satu ciptaan terindahNya.
Setelah mengambil tayamun dan shalat subuh di atas gunung Sindoro, ane langsung
gabung dengan teman-teman dan membuat lingkaran mengelilingi api sambil
menunggu munculnya matahari pagi yang selalu dinanti-nantikan oleh para
pendaki. Dan asap rokokpun tak henti-hentinya ane sedot, kalau gak salah pagi
itu untuk mengusir suhu yang teramat dingin, selama menghangatkan badan dipinggiran
api ane habis 5 batang rokok malboro dan 1 batang 76 gan…
Pukul 5 10 WIB. Sang mentari pun mulai menampakkan batang hidungnya dari
ufuk timur, kita langsung bergegas dan menyiapkan segala keperluan untuk bisa mengabadikan
moment tersebut menggunakan kamera digital dan hp-hp yang kameranya beresolusi
2-3 MP. Kita
berjalan ke arah timur dan berpose-pose dengan latar belakang sunrise yang
disanggah oleh 3 gunung yakni Sumbing, Merbabu dan Merapi. Berbagai gaya sudah
kita coba, dan hasilnya kagak mengecewakan gan, disamping emang yang di foto
anak-anaknya guanteng, juga waktu, lokasi dan momentnya juga sangat-sangat
bagus ditambah cuaca pagi yang sangat cerah hampir tak ada awan. Ente kagak
percaya gan???!!! Ini ane kasih buktinya…hehehe.. pantengin ya foto-foto kita,
kalau yang cewek jangan berkedip, ntar jadi dosa. Kan pandangan kedua maksiat.
Just kidding mba’ ^_* (bukannya kebalik ya, kan haditsnya untuk cowok yang
mandang cewek. Tapi gak apalah, yang penting gak ada niat memlintirkan hadits
Nabi SAW).
foto-foto saat sunrise
Puas menikmati sunrise, kita menuju ke arah timur laut puncak sindoro. Disana terdapat tanah lapang yang cukup luas. kita juga masih narsis bersama dengan mengabadikan beberapa lokasi. Di lapangan ini juga terdapat satu makam dan beberapa petilasan serta prasasti untuk mengenang korban para pecinta alam yang meninggal di atas Gunung Sindoro karena kelelahan atau karena menghirup gas beracun yang keluar dari kawah aktif gunung Sindoro. Puas di arah timur laut kita menuju kearah utara (masih dilapangan). Di sebelah utara kita bisa melihat pemandangan daerah semarang, perbukitan-perbukitan termasuk gunung Ungaran terlihat disana dan juga terlihat perbukitan dieng dengan Gunung Prau yang jadi andalannya.
foto menuju & di lapangan timur
Semua moment berusaha kita abadikan, puas di arah utara kita beralih ke sebelah barat menuju “segara wedi” tempat berupa tanah lapang yang cukup luas dan dapat dijadikan untuk lapangan sepak bola. Segara wedi ini biasa digunakan oleh para pendaki untuk mengadakan upara bersama seperti ketika memperingati kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dari arah barat kita beralih ke a rah barat daya gunung sindoro, disana terdapat hamparan taman bunga edelwais dan pucuk merah yang sangat menawan dan membuat ane pingin berlarian kaya di film-filmnya cak Amir Khan…haha.. kumat virus indiahe gan.
foto disegara wedi dan taman bunga
Sambil tetap berfoto-foto, tak lupa ane siapkan kamera HP yang hasil kurang memuaskan tapi lumayanlah buat kenangan dihari esok, ane ambil pengaturan video dan langsung ane rekam dengan asal-asalan ane mengabadikan videonya… ternyata hasilnya cukup membuat geli karena kekocakan teman-teman yang mungkin grogi dengan model yang ginian, ditambah gaya ane dalam membawakan video ini kagak ada mirip-miripnya dengan presenter media seperti Jeremy tety dll. untuk yang mau lihat hasil video kocaknya klik http://www.youtube.com/watch?v=PNAWrNYMLvo
Dipuncak tidak ada pendaki kain selain
kita berlima. Setelah puas memutari puncak gunung Sindoro yang cukup luas mulai
jam 5 10 sampai jam 8 00 WIB kita menju ke selatan ke tempat awal sampai puncak
dan tempat kita meninggalkan bekal. Sampai di sebelah selatan langsung kita
menyantap tiwul bawaan Hendri dan Wahidun karena sudah kelaparan. Selasai makan
kita masih santai dan ada juga yang masih berfoto-foto, namun karena kelelahan,
dan matahari mulai menyengat membuat tubuh terasa lebih hangat, teman-teman ane
tidur di dekat batu puncak. Ane sendirian
malah gak bisa tidur, sibuk
mensotret-sotret pemandangan yang begitu indah.
Ane lihat jam di hp ternyata sudah menunjukkan jam 9 lebih, pantes aja mulai
terasa panas oleh sinar matahari. Teman-teman pun terbangun karena kepanasan,
sesuai rencana, kita istirahat sekitar 1 jam dan jam 10an pagi setelah packing
barang bawaan kita siap-siap untuk turun.
Semua sudah siap dan memastikan kembali
tidak ada yang tertinggal, kita berlima turun jam 10an lebih dikit. Baru beberapa
langkah, kita berpapasan dengan 3 orang rombongan dari Banjarnegara, ketika ane
Tanya katanya banyak rombongan tapi dibelakang. Celakanya, 3 rombongan itu bertanya
diatas ada sumber air gak, katanya bekal air kehabisan. Padahal gak ada sumber
air. Ane jawab aja apa adanya dan terlihat ekspresi mereka lemas lunglai
seperti orang tak berdaya. Tapi cuek aja dah, ane juga dah kelelahan, lagi pula
dibelakang katanya masih banyak temannya. Perjalanan turun juga berusaha kita
nikmati sebisa mungkin dengan selalu berfoto–foto dan bercanda bersama. Sampai
di pos 4 watu tumpang kita istirahat dan mengabadikan gambar disana. Perjalanan
turun berlanjut kembali, tak lama kita berpapasan dengan mas Edi dan Mbak Eni
yang berangkatnya hampir bersamaan dengan kita. Mereka berdua mungkin keheranan
setelah bertanya ke kita apa sudah sampai puncak, ya kita jawab sudah tadi pagi
jam 3…hehehe… dibelakang mereka berdua ternyata banyak sekali rombongan cewek
cowok yang melakukan pendakian. Ketika berpapasan kita saling sapa dan bertanya
dari mana, ada yang dari kampus-kampus di jogja ada juga yang dari semarang dan
kota-kota lainnya. Sampai dipos 3 ternyata masih banyak pebdaki di sana. Dan tenda-tenda
memenuhi tanah lapang yang semlam bisa kita gunakan untuk berjoget oplosan.
Perjalanan turun memang tidak seperti
ketika naik yang sedikit-sedikit istirahat, meskipun letih dan kaki pegel-pegel
tapi kita tetep bisa lanjutkan perjalanan dengan lancar dan sampai di pos 2
kita istirahat kurang lebih 20 menit kemudian kita lanjut menuju bascamp dan
tanpa terasa jam 12 siang kita sampai dibascamp.
Laporan ke petugas, ambil motor tanpa
istirahat ane dkk langsung cabut. Sampai di kec. Kreteg Wonosobo kita berhenti
diwarung makan sambil membersihan diri, mengisi perut dan istirahat disana
sampai cukup kemudian pulang membawa badan pegal-pegal dan pastinya sebuah
kenangan yang sangat mengesankan dan tak mungkin terlupakan. Seandainya masih
diberi kesempatan, suatu saat nanti ane pingin kembali ke Sindoro. Ane pingin
menghayati dan berfakur terhadap ayat-ayat kauniyah yang indah ini.
Thanks to:
1. Allah azza wa jalla
2. Ortu
3. Hendri, Kipli, Supri dan Wahidun
4. Teman-teman pecinta alam semua.
Mari kita lestarikan alam yang
menakjubkan ini. Jangan sampai rusak oleh tangan-tangan jahil mnanusia. Sampai
jumpa di share catatan pendakian gunung Merbabu gan…. Maaf kalau ada salah dari
ane pecinta alam dari desa Kemranggen Kec. Bruno Kab. Purworejo (Kabul Khan).
foto campuran
Keren...
BalasHapusSalam kenal saya kebetulan org Bruno
Keren...
BalasHapusSalam kenal saya kebetulan org Bruno
cie
BalasHapus