Sabtu, 03 Desember 2011

HIKMAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW


 

PENGAJIAN KH. ACHMAD CHALWANI BERJAN PURWOREJO
DALAM SAFARI AL-BARZANJI GABUNGAN IKTRIMEN DAN KESAPP 2010

Setelah mukaddimah dan memberikan penghormatan kepada para tokoh yang hadir, kemudian KH. Achmad Chalwani mengucapan terimakasih kepada masyarakat Adikarso Kebumen yang telah berkenan mengundang beliau untuk mengikuti pengajian dalam rangka safari al-barzanji rutinitas himpunan santri putri An-Nawawi setiap bulan kelahiran Nabi SAW. yang pada kesempatan kali ini diadakan secara gabungan oleh Ikatan Santri Kebumen (IKTRIMEN) dan Keluarga Santri Pondok Purworejo (KESAPP)[1]. Ungkap beliau semoga terimakasihnya kepada masyarakat Adikarso dan segenap yang hadir merupakan salah satu wujud syukur kepada Allah SWT. Karena junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW. bersabda;
ان اشكر الناس لله تباك وتعالى اشكرهم للناس
Artinya; Bahwasanya orang yang bisa bersyukur kepada Allah –tabaraka wa ta’ala- adalah mereka yang bisa bersyukur (berterimakasih) kepada sesamanya.
Menurut sejarah, yang pertama kali memperingati kelahiran nabi secara pribadi adalah nabi sendiri, dimana setiap hari Senin beliau menjalankan ibadah puasa dan pernah ada sahabat yang menanyakan perihal itu kepada nabi Muhammad SAW. Yang kemudian nabi menjawab bahwa hari itu adalah kelahirannya. Dalam hadits di sebutkan;
سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن صوم يوم الاثنين فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم فيه ولدت رواه مسلم
Artinya; Rasulullah SAW. ditanya tentang puasa hari senin, beliau menjawab hari itu adalah hari kelahiranku. HR. Muslim.
Dari hadits diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa memperingati hari kelahiran merupakan sunah nabi yang berbentuk af’al (perbuatan). Nabi sendiri pernah bersabda;
من احيى سنتى فقد أحبنى ومن أحبنى كان معى فى الجنة
Artinya; Barangsiapa menghidupkan sunahku berarti dia mencintaiku dan barangsiapa yang mencintaiku maka akan bersamaku di surga.
Maka dari itu, kita sebagai umat Islam mempunyai tanggungjawab melestarikan peringatan hari kelahiran, baik itu kelahiran nabi, kelahiran diri sendiri, orang tua, mertua, atau yang lainnya. Adapun waktu memperingatinya bisa seperti nabi sekali dalam seminggu atau setiap bulan sekali berdasarkan tanggal dan juga waktu lainnya. Semisal diperbolehkannya peringatan kelahiran dalam adat jawa yang dikenal dengan selapan dino yang merupakan putaran hari pasaran selama 36 hari. Lebih lanjut beliau menekankan setidaknya minimal kita memperingati hari kelahiran sekali dalam satu tahun. Adapun sarana memperingati kelahiran ungkap beliau bisa dengan hal apapun yang mendapat ridha dari Allah SWT. Dicontohkan memperingati kelahiran dengan berpuasa seperti nabi, membaca istighfar, membaca shalawat, dan bakti sosial.
Indahnya syariat Islam, yang tidak mempersulit umatnya dalam menjalankan ibadah digambarkan oleh beliau KH. Achmad Chalwani ketika menjelaskan peringatan kelahiran di depan para pengunjung pengajian. Dengan dibumbui senda gurau untuk mencairkan suasana ceramah beliau ketika menerangkan peringatan kelahiran dan ceramah setelahnya serasa membius pengunjung. Beliau menjelaskan apabila lahir pada Senin Pon bisa setiap sepekan atau selapan hari sekali berpuasa untuk memperingati kelahiran, apabila tidak berkenan dengan puasa bisa dengan membaca shalawat Nariyah sebanyak 4444 kali. Dan ada pula peringatan kelahiran dengan bakti sosial, semisal ketika hari kelahiran kita membersihkan halaman tetangga atau dengan memberikan sedekah kepada orang lain dengan diniati memperingati hari kelahiran.
Selain itu ada pula peringatan kelahiran dengan membaca syair-syair sejarah nabi (al-barzanji) yang diiringi dengan rebana agar kesannya ramai. Dalam hal ini, barangsiapa mau mendengarkan sejarah nabi akan langsung mendapat perhatian khusus dari Allah. Bentuk dari perhatian Allah kepada orang yang mau mendengarkan sejarah nabi diantaranya; 1) diampuni dosanya, 2) diberikan cahaya hatinya, 3) dihilangkan kesusahannya, 4) dikabulkan permintaannya, 5) dimudahkan rezekinya.
Mengulas sejarah, kalau sebelumnya dipaparkan bahwa yang pertama kali memperingati kelahiran nabi secara pribadi adalah nabi sendiri. Adapun yang memperingati kelahiran nabi dalam bentuk pengajian umum pertama kalinya adalah seorang sulthan dari daerah Irbili Timur Tengah yang bernama Mudhofarudin bin Zainudin yang masyhur dengan julukan sulthan Mudhofar Syah[2].
Diantara sebab shultan Mudhofar Syah mengadakan peringatan maulid Nabi, karena sulthan melihat keadaan rakyat yang memprihatinkan dari segi ekonomi, pertanian dan pendidikan yang mengakibatkan terjadinya krisis berkepanjangan disemua sektor kehidupan manusia. Dari itulah kemudian sulthan berinisiatif mengadakan peringatan maulid Nabi.
Sebagaimana dituturkan oleh KH. Achmad Chalwani, peringatan maulid Nabi SAW. dilaksanakan selama 7 hari 7 malam dengan berbagai macam kegiatan baik hiburan dan lainnya termasuk bakti sosial pasar murah.
Pada hari terakhir diadakan pengajian umum yang mulai dari ba’da zduhur sampai pukul empat pagi. Penceramahnya adalah Syekh Abu al-Khatab ibnu Dihya dari Maghrobi benua Afrika daerahnya syekh Ali Abil Hasan al-Syazdili. Dalam menyampaikan pengajiannya, syek Ibnu Dihya membuat sebuah makalah yang berjudul “al-Tanwir fiy Maulid al-Basyir al-Nazdir”.
Pengunjung yang menghadiri acara tersebut sekitar ratusan ribu baik dari kalangan pemerintah, rakyat dan juga ulama’. Dan ulama’-ulama’ yang ada pun tidak mengingkari peringatan maulid Nabi. Semua yang hadir pun mendapatkan hidangan dari sulthan. Sehingga, tutur KH. Achmad Chalwani acara tersebut menghabiskan kambing 5000 ekor, ayam 10.000 ekor dan kuda 100 ekor. Tempat jajan dalam bahasa jawa disebut tenong ada sebanyak 30.000 yang dilengkapi dengan roti mentega. Jadi seharusnya bagi para panitia maulid Nabi yang tahu akan sejarah tentunya akan menyediakan roti yang ada menteganya.
Dikisahkan pula ketika syekh Abu al-Khatab ibnu Dihya menyampaikan pengajian ditengah-tengah pengajiannya diselingi membaca al-Barzanji dengan iringan rebana. Ketika syekh Abu al-Khatab ibnu Dihya membaca shalawat dan berjoget ala saman dan rodap yang diikuti oleh sulthan dan sontak semua pengunjung pun mengikuti keduanya.
Berkah dari adanya peringatan maulid Nabi, setelah selesai acara rakyat Irbili pun ada kemajuan, dari segi ekonomi, pertanian dan pendidikan misalnya ada perkembangan yang baik. Kemakmuran yang diperoleh oleh rakyat Irbili ini menjadi bahan pembicaraan di banyak daerah dan negara. Bahkan kemudian daerah-daerah seperti di mesir, makkah, madinah dan lainnya pun ikut mengadakan peringatan maulid Nabi SAW.
Kemasyhuran peringatan maulid Nabi yang mendatangkan berkah melimpah kepada rakyat Irbili ini pun juga sampai ke Indonesia. Di tanah Jawa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi berbentuk pengajian umum adalah seorang yang bernama syekh Alam Akbar Zainul Abidin Jumbun Sirulah putra dari prabu Brawijaya. Beliau adalah seorang raja dikerajaan Demak Bintoro yang mashur dengan nama Raden Fata.
Peringatan maulid Nabi yang dipelopori oleh Raden fata ini sekaligus juga dijadikan sebagai momentum peresmian masjid Agung Demak. Ada banyak kegiatan yang diadakan dalam peringatan maulid Nabi ini. Puncak kegiatan peringatan maulid Nabi di Demak ini adalah adanya pertunjukan kesenian yang digunakan sebagai media dakwah dengan dibumbui nilai-nilai Islam. Kesenian yang dimaksud adalah kesenian Ringgit Wacucal atau bahasa yang sering kita dengar yakni kesenian wayang kulit. Ada makna filosofis tersendiri dari kata wayang yang menurut perkataan beliau KH. Achmad Chalwani wayang itu adalah kepanjangan dari wajib sembayang. Jadi, tutur KH. Achmad Chalwani apabila ada orang yang suka melihat pertunjukan wayang kulit akan tetapi tidak melaksanakan shalat jelas mereka itu tidak tahu sejarah dari wayang itu sendiri.

Bersambung..............




[1] Penulis adalah anggota himpunan KESAPP dan pernah menjabat dalam kepengurusan harian KESAPP sebagai ketua I putra dengan didampingi ketua II Putra (saudara Supangat) pada masa khidmah 2008-2010 yang menggantikan ketua sebelumnya saudara Aliyafie dari Brunorejo Bruno Purworejo. Setelah selesai masa khidmah dan diadakan konggres himpunan KESAPP serta diadakan pula pemilihan langsung ketua KESAPP baru masa khidmah 2010-2012 terpilihlah saudara Rochmat Taufiq santri yang berasal dari daerah Butuh Purworejo sebagai ketua himpunan KESAPP periode ini (2010-2012).
KESAPP adalah organisasi yang menaungi santri-santri di PP. An-Nawawi yang berasal dari Purworejo. Dahulunya KESAPP bukan hanya organisasi di An-Nawawi, akan tetapi KESAPP adalah gabungan dari berbagai santri yang berasal dari Purworejo yang kemudian bersepakat membuat suatu organisasi dengan nama KESAPP. Seiring dengan berjalannya waktu, organisasi ini mengalami kevakuman dimana anggota maupun pengurus tidak bisa aktif dikarenakan berbagai sebab. Oleh karena itu, komisariat KESAPP yang ada di An-Nawawi kemudian berusaha mempertahankan himpunan ini yang alhamdulillah masih bisa eksis sampai sekarang. Demikian sekilas sejarah, untuk mengetahui sejarah KESAPP lebih detail dapat dilihat dalam arsip kepengurusan KESAPP.
[2] Dengan gaya pidato komunikatif, beliau mengulang nama sulthan Mudhofar Syah dengan bertanya kembali kepada pengunjung dan dimintanya pengunjung untuk mengikuti kata-kata beliau serambi bergurau semoga dengan tegasnya mengatakan nama “Syah” bersama-sama yang punya hutang dapat segera sah, terlunasi. Beliau juga memberikan ijazah kepada masyarakat Adikarso dan sekitarnya yang mengikuti pengajian berupa doa agar cepat membayar hutang sambil memberikan motivasi agar lahiriyah melakukan usaha dan bathiniyah berdoa. Adapun doa yang dimaksud adalah “ يا كبير انت الذي لا يقتض الواصفون لوصف عظمته “. Doa tersebut adalah doa membayar hutang yang terdapat dalam kitab peninggalan KH. Nawawi (tidak disebutkan nama kitabnya). Dengan mengisahkan pengalaman pribadinya, beliau KH. Achmad Chalwani mengatakan pernah mempunyai hutang dan rasanya sangat suram, sehingga suatu saat beliau membuka-buka kitab peninggalan ayahandanya dan menemukan doa tersebut. Beliau juga mengatakan bahwa tidak masalah kita punya hutang, dicontohkannya bahwa Nabi pernah mempunyai hutang unta kepada seorang Yahudi. Pada saat jatuh tempo pembayaran hutang orang Yahudi tersebut mondar-mandir di depan rumah Nabi, Nabi pun tahu akan hal itu dan kemudian Nabi memerintahkan kepada salah satu sahabat untuk memberikan unta Nabi kepada orang Yahudi yang ada di depan rumahnya. Sahabat yang tahu bahwa Nabi dahulu pernah hutang unta kepada orang yahudi pun bertanya kepada Nabi karena unta yang diberikan kepada sih Yahudi untuk membayar hutang lebih besar dari pada unta yang dulu dihutang Nabi. Sahabat berkata “apa boleh hutang unta kecil mengembalikan unta yang besar?” Nabi menjawab “khiyarukum ahsanukum qadha’a_sebaik-baiknya kalian adalah ketika mempunyai hutang membayar dengan yang lebih baik dari hutangnya”. Dari hadits tersebut disimpulkan bahwa boleh melebihkan pengembalian hutang asalkan tidak disyaratkan oleh pemberi hutang. Beliau KH. Achmad Chalwani pun mengatakan kembali bahwa tidak apa-apa kita berhutang asalkan membayar hutangnya. Hanya saja kebiasaan manusia umumnya kalau jatuh masa tempo pembayaran sulit untuk melunasinya. Itu yang perlu diperhatikan, jangan sampai kita melakukan yang demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIQH KURBAN DAN AQIQAH

 FIQH KURBAN DAN AQIQAH  (Diterjemahkan Dari Kitab Fathul Qarib)  Oleh: Sukabul, S.Sy. (Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Ayah) فَصْلٌ فِي أَحْك...