Minggu, 28 Februari 2010

ILMU DAN METODE ILMIAH

A. Latar Belakang

Ilmu dan pengetahuan, apakah kedua istilah ini bersinonim atau mempunyai perbedaan makna? Sering kita bersikap apriori terhadap kedua kata tersebut. Sekilas antara ilmu dan pengetahuan merupakan dua istilah satu makna. Namun basically antara kata ilmu dan pengetahuan berbeda. Untuk mengetahui perbedaan antara keduanya, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian Ilmu, kemudian syarat-syarat, ciri-ciri, landasan atau dasar-dasar ilmu. Hal ini lazim untuk kita ketahui, sehingga karakterisik ilmu sendiri lebih mudah untuk diidentifikasi. Akhirnya, yang urgen adalah metode-metode yang dipakai dalam bidang ilmu pada umumnya.

B. Ilmu

1. Pengertian Ilmu
Ilmu secara etimologi merupakan kata serapan dari bahasa Arab “al-’ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Kata ilmu -sebagaimana yang kami kutip dari buku Filsafat Ilmu karya Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM- juga merupakan terjemahan bahasa Inggris dari kata science, yang mana kata science sendiri berasal dari bahasa latin scientia yang berarti pengetahuan. Pengetahuan dalam arti ini menunjuk pada pengetahuan secara mutlak.
Pertumbuhan selanjutnya, pengertian ilmu mengalami spesifikasi makna, dimana ilmu menunjuk pada segenap pengetahuan yang sistematis (systematic knowledge). Pemakaian arti yang terakhir ini diteruskan dalam bahasa Jerman dengan istilah winssenchalft yang berlaku terhadap segala pengetahuan apapun yang teratur, termasuk didalamnya naturwinssenchalften yang mencakup ilmu-ilmu alam dan geisteswinssenchalften ilmu tentang pengetahuan kemanusiaan).

2. Syarat-syarat Ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah dimana sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Syarat-syarat ilmiah tersebut adalah:
a. Obyektif. Ilmu harus memiliki obyek kajian, dimana dalam mengkaji obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan obyek, dan karenanya disebut kebenaran obyektif bukan subyektif.
b. Metodis. merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti cara atau jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya pula metodis merujuk pada metode ilmiah.
c. Sistematis. Ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya.
d. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).

3. Ciri-ciri Ilmu
Disamping memiliki syarat-syarat tertentu, ilmu memiliki pula karakteristik atau sifat yang menjadi ciri hakiki ilmu. Banyak ragam dalam menentukan ciri suatu pengetahuan bisa disebut dengan ilmu yang dikemukakan oleh para ahli filsafat, diantaranya Randall dan Buchler mengemukakan beberapa ciri umum ilmu, yaitu:
a. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
b. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan.
c. Obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi.
Sedangkan Tim Dosen Filsafat UGM juga memberikan analisisnya bahwa ciri-ciri ilmu ada tiga:
a. Ilmu sebagai bentuk aktivitas intelektual. Ilmu merupakan bentuk kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar. Ilmu bukan hanya aktivitas tunggal melainkan rangkaian aktivitas, sehingga dengan demikian merupakan suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini bersifat intelektual, dan mengarah pada tujuan tertentu.
b. Ilmu sebagai suatu produk. Ilmu merupakan suatu kumpulan pengetahuan atau hasil dari aktivitas berfikir manusia.
c. Ilmu sebagai metode. Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.

4. Dasar-dasar llmu
a. Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On dan Ontos, on: ada, dan Logos: ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang mebahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani (konkret) maupun rohani (abstrak). Term ontologi pertama kali dipopulerkan oleh Rudolf Goclenius pada 1636 M untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis.
Dalam persoalan ontologi kita dihadapkan dengan bagaimana kita menerangkan hakikat dari segala yang ada. Noeng Muhajir sebagaimana yang dikutip Amstal Bakhtiar mengatakan, ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh suatu perwujudan tertentu, bahasan ontologi bersifat universal.
b. Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Menurut Ahmad Tafsir, epistemologi membahas sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Lebih lanjut Ahmad Tafsir mencotohkan, tatkala manusia baru lahir, ia tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun, setelah berusia empat puluh tahun pengetahuan yang dimiliki banyak sekali, sementara kawannya yang seumur dengannya mungkin saja mempunyai pengetahuan yang lebih daripada dia dalam bidang yang sama atau berbeda. Bagaimana mereka mendapat pengetahuan itu? Mengapa bisa berbeda tingkat akurasinya? Hal-hal tersebut dibicarakan dalam epistemologi.
c. Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani “Axios” yang berarti nilai dan “Logos” yang berarti teori. Jadi aksiologi secara sederhana merupakan teori tentang nilai. Jujun S. Sumantri mengatakan bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sedangkan menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio politik.

C. Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang harus dilakukan untuk melakukan suatu proyek ilmiah (science project). Atau dengan kata lain metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk mendapatkan pengetahuan baru atau untuk mengembangkan pengetahuan yang telah ada.
Metode secara etimologis berasal dari sebuah kata dalam bahasa Yunani yaitu “meta” yang berarti sesudah dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi metode ilmiah merupakan tata cara yang diambil, berdasarkan sistematika tertentu, untuk mencapai suatu pengetahuan yang benar.
Banyak model langkah-langkah yang digunakan dalam metode ilmiah, sebagaimana diungkapkan oleh para filsuf. Schluter memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15. Menulis laporan penelitian.
Dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah. Abelson mcmberikan langkah-langkah berikut:
1. Tentukan judul. Judul dinyatakan secara singkat.
2. Pemilihan masalah. Dalam pemilihan ini harus: a). Nyatakan apa yang disarankan oleh judul. b). Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki masalah menurut kepentingan umum. c). Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi. situasi dan hal-hal lain yang menyangkut bidang yang akan diteliti.
3. Pemecahan masalah. Dalam memecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut:
a) Analisa harus logis. Aturlah bukti dalam bentuk yang sistematis dan logis. Demikian juga halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah.
b) Prosedur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat.
c) Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan.
d) Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang digunakan.
e) Tunjukkan cara data diolah sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah.
f) Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta hubungannya dalam berbagai fase penelitian.
Langkah-langkah dalam metode ilmiah pada perkembangannya semakin bervariasi, hal ini wajar, karena harus ada persesuaian dengan adanya spesialisasi ilmu pengetahuan yang semakin banyak. Berdasarkan langkah-langkah yang digunakan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Dari pedoman beberapa ahli yang telah kami sebut di atas dan ahli filsafat lainnya, setidaknya bahwa penelitian dengan menggunakan metode ilmiah sekurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Merumuskan serta mendefinisikan masalah.
Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan. masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan Sebutkan beberapa kata kunci (key words) yang terdapat dalam masalah Misalnya. masalah yang dipilih adalah Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Aceh? Berikan definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya
2. Mengadakan studi kepustakaan.
Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan oleh seorang peneliti. Ada kalanya, perumusan masalah dan studi keputusan dapat dikerjakan secara bersamaan.
3. Memformulasikan hipotesa.
Setelah diperoleh informasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada kaitannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipotesa untuk penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubungan keterkaitan antar variabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.
4. Menentukan model untuk menguji hipotesa.
Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan. Kerja selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang. seperti ilmu ekonomi misalnya. pcngujian hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk meng-refleksikan hubungan antar fenomena yang secara implisif terdapat dalam hipotesa, untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia.
Pcngujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data primer ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.
5. Mengumpulkan data.
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesa perlu dikumpulkan. Bergantung dan masalah yang dipilih serta metode penelitian yang akan digunakan. Teknik pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode percobaan. Misalnya, data diperoleh dan plot-plot percobaan yang dibuat sendiri oleh peneliti pada metode sejarah ataupun survei normal, data diperoleh dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questioner. Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung terhadap perilaku manusia dimana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok orang-orang yang diselidikinya.
6. Menyusun, menganalisa, dan menyusun interfensi.
Setelah data terkumpul, peneliti menyusun data untuk mengadakan analisa. Sebelum analisa dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk label ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa, maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan.
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima ataukah hipotesa tersebut ditolak.
8. Membuat laporan ilmiah.
Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut.

D. Simpulan

Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang kemudiaan dikenal dengan metode ilmiah. Disinilah letak perbedaan antara ilmu dan pengetahuan. Dimana pengetahuan bersifat umum sedangkan ilmu harus memenuhi berbagai kriteria. Yaitu: syarat, ciri, landasan dasar dan metode-metode ilmiah.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang disebut dengan ilmu, diperolehnya melalui langkah-langkah ilmiah, yang secara umum langkah-langkah tersebut ialah: merumuskan serta mendefinisikan masalah, mengadakan studi kepustakaan, memformulasikan hipotesa, menentukan model untuk menguji hipotesa, mengumpulkan data, menyusun, menganalisa, dan menyusun interfensi, membuat generalisasi dan kesimpulan, membuat laporan ilmiah.
BIBLIOGRAFI

Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Yogjakarta: Liberty, 2007

http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/hakikat-ilmu/

http://dossuwandawordpress.com/08/03/29/apakah-yang-dimaksud-dengan-metode-ilmiah/

http://zulhamhafid.wordpress.com/2008/06/29/dasar-dasar-ilmu/

Amsal bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2004

Ahmad tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: PT. Pancaranintan Indragraha, 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KILAS SEJARAH DINASTI UMAYAH

Dinasti Bani Umayah adalah sebuah dinasti yang berkuasa dalam dunia Islam dari tahun 661 hingga 750 M. Dinasti ini didirikan setelah kematia...