Minggu, 28 Februari 2010

TA'ARUF NAZDR WA TASHDIQ
ILÂ TAUHID AL RUBUBIYAH
Mengenal Menghayati dan Mengimani Tauhid Rububiyah.


MAKALAH

Di susun dan diajukan guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ilmu Kalam
Dosen pengampuh : Sahlan, S.Ag, MSI.
Oleh :
Sukabul

PROGRAM STUDI MUAMALAH JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AN-NAWAWI
PURWOREJO
2009


AL-TAMHÎD

Segala puji bagi Allah swt. Yang telah mengutus Muhammad saw. dengan membawa hidayah dan agama yang haq serta menyerukan kepada umat manusia untuk menegakkan kalimah al-tauhîd agar kita bisa mendapatkan ridho-Nya dengan menjalani hidup ini diatas jalur aqidah yang lurus. Shalawat dan salam Allah atas uswah al-hasanah rasul mulia yang dengannya Allah meluruskan aqidah umat semesta alam. Semoga juga terlimpahkan kepada keluarga beliau, para sahabat sebagai pelita hidayah dan penyeru untuk tidak menyekutukan-Nya.
Islam adalah keyakinan dan amal. Sedang aqidah itu sendiri ialah sentral dan amal merupakan cabang. Dengan kata lain, aqidah adalah biji dan amal adalah buah. Tanpa iman, amal tidak akan diterima. Allah berfirman swt. yang artinya :
" Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun (QS. Al-Nur : 39)"
Iman kepada Allah yang merupakan rukun pertama dalam arkân al-imân fiy al-Islam mengandung kepercayaan terhadap ke-tauhid-an (keesaan) Allah dan bahwasanya Allah berhak untuk disembah, karena wujûd-Nya tidak diragukan lagi bagi orang-orang yang meyakini dan mau menggunakan otak yang telah dikaruniakan oleh sang khâliq rabb 'alamîn. Wujûd-Nya telah ditunjukkan oleh fitrah, akal, syara' dan panca indera. Namun kadang yang terbesit dalam otak kita adalah keraguan akan rububiyah Allah 'azza wa jalla? " dikarenakan jarang merenung dan menghayati akan agungnya zdat pencipta alam semesta dengan cara taffakur 'alam wa ghoiruh. Kiranya tepat -untuk menambah keimanan kita- dalam makalah ini kami memilih judul " Ta'aruf Nazdr wa Tashdiq ilâ Tauhid al Rububiyah " Mengenal Menghayati dan Mengimani Tauhid Rububiyah.


AL-MABÂHÎTS

1. Pengertian Tauhid Rububiyah

Arti dari tauhid rububiyah adalah keyakinan yang kokoh bahwa hanya Allah semata rabb (tuhan) dan pemilik segala sesuatu. Tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia (Allah) zdat maha pencipta, pengatur dan pemegang kendali alam semesta, Dia sang Khâliq, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan. Istilah lain untuk menyebut tauhid ini ialah tauhid khalîqiyah.
Kita beriman bahwa Allah swt. maha esa dalam rububiyah-Nya, dan bahwasanya Dia sang pencipta dan pengatur segala sesuatu bagi semuanya.
Banyak kita jumpai dalam al-Quran ayat-ayat yang menitik beratkan pada dua macam tauhid, yang tidak lain adalah tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah. Berkaitan dengan pembahasan tauhid rububiyah, Allah berfirman :
                •  
Artinya : Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang maha esa. Allah adalah tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlash 1-4)
Masih banyak lagi ayat-ayat yang memberi perhatian lebih pada tauhid rububiyah ini, sebagaimana nanti -insya Allah- akan kami paparkan.

2. Dasar Kewajiban Beriman Kepada Rububiyah Allah

Ayat-ayat al-Quran banyak yang menjelaskan kewajiban beriman kepada Rububiyah Allah swt. Diantaranya Allah berfirman :
                •                  
Artinya : Sesungguhnya tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, tuhan semesta alam. (QS. Al-A'raaf : 54)
    •                
Artinya : Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah : 29)
Tentang tauhid ini, kaum kafir Quraisy tidaklah mengingkarinya. Begitu pula mayoritas pengikut agama-agama. Mereka semua meyakini bahwa pencipta alam semesta hanyalah Allah semata. Tentang mereka Allah tabarraka wa ta'aala berfirman :
  •               
Artinya : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: " Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: " Allah ". Katakanlah : " Segala puji bagi Allah " ; tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui (QS. Al-Luqman : 25)
  •            
Artinya :Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: " Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS. Al-'ankabut : 61)

3. Dalil Keesaan Allah Dalam Rububiyah

Sesungguhnya semua ciptaan Allah merupakan dalil nyata tentang wujud malik al-'alam dan keesaannya. Berikut secara terperinci akan kami paparkan pembahasan tentang dalil keesaan Allah dalam rububiyah ditinjau dari empat sudut pandang. Berupa dalil naluriah, yang ada dalam makhluk, ijma' umat umat dan akal manusia itu sendiri.

Dalil Naluri
Pertama dalam menyingkap dan men-tashdiq-kan ke-tauhid-an Allah 'azza wa jalla. adalah dalil naluriah atau fitrah. Pengakuan terhadap rububiyah Allah adalah sesuatu yang sifatnya naluriah, hal ini ada pada setiap diri seseorang yang berjiwa baik ataupun pendosa. Pengakuan ini merupakan perasaan yang pasti ada dalam jiwa setiap insan. Tidak seorang pun bisa menolak perasaan ini dan tidak seorang pun bisa mengingkarinya.
Kadang perasaan yang bersifat fitrah ini tertutup oleh berbagai kenikmatan yang dikaruniakan Allah swt., atau karena telah dikuasai oleh kelalaian manusia itu sendiri yang serakah dan terbuai akan mata' al-ghurur (fatamorgana) dunia yang fana' ini. Namun apabila segala nikmat berubah -semisal sehat menjadi sakit, kaya menjadi miskin dan lain sebagainya- niscaya siapapun orang tersebut, baik kafir ataupun mereka yang beriman akan segera tunduk dan kembali mengakui rububiyah sang khaliq rabb al- 'alamin. Allah swt berfirman :
  •                     
Artinya : Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar. (QS. Luqman 32.)
Sesungguhnya manusia -baik yang kafir atau beriman- tidak akan mampu mengingkari kenyataan akan rububiyah Allah sebagai pencipta dan pengatur segala sesuatu yang ada. Pasti dalam hati, mereka meyakini hal tersebut, meskipun lisan-lisan mereka menolak dan mengucapkan kata ingkar terhadapnya karena kesombongan dan kezhaliman mereka sendiri. Dalam mengisahkan tentang kaum fir'aun Allah swt berfirman :
            
Artinya : Dan mereka mengingkarinya Karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. (QS. al-Naml : 14)
Dalam ayat lain yang berkaitan dengan tauhid rububiyah ini Allah swt. berfirman :
  •        
Artinya : Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: " Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? ", niscaya mereka akan menjawab: " Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui ". (QS. al-Zukhrf : 9)

Dalil Dalil Yang Ada Pada Makhluk
Dalil kedua adalah adanya makhluk-makhluk Allah. Setiap apa yang diciptakan Allah swt. Merupakan bukti hissiy wa al-mundhabith (pasti dan konkrit) bahwa Allah adalah rabb (tuhan) dan pemilik segala sesuatu. Tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia (Allah) zdat maha pencipta, pengatur dan pemegang kendali alam semesta, Dia sang Khaliq, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan.
Ketika kita dihadapkan pada suatu pertanyaan tentang tanda wujud Allah ta'ala, kiranya solusi yang ditawarkan oleh al-syekh Muhammad al-Fadhaliy cukup reprensentatif untuk menjawab pertanyaan sâil (penanya). Beliau dalam hasyiyah kifayah al-'awan mengatakan :
اذا قيل " ما الدليل علي وجوده تعالى " ان يقال له " هذه المخلوقات "
" ketika ditanya ' apa dalil wujudnya Allah ta'ala ' maka katakanlah pada si-penanya ' dalil akan wujudnya Allah yaitu adanya para makhluk ' "
Allah swt. Berfirman :
        
Artinya : Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (QS. Al-Thuur : 35)

Ijma' Umat Umat
Diantara dalil adanya sang pencipta adalah kesepakatan semua umat akan hal ini. Tidak ada satupun dari bani Adam yang diketahui mengingkari hakikat ini, kecuali sebagian kecil yang tidak di anggap dalam ijma' umat ini dalam pengingkarannya. Semisal orang-orang atheis yang mengatakan bahwa pendapat yang mengatakan Allah telah menciptakan manusia tidaklah benar, karena yang benar sesungguhnya manusialah yang telah menciptakan Allah. Dengan kata lain, manusia itu sendirilah yang telah menciptakan pemikiran tentang tuhan.
Dalam setiap sekte, telah menyebutkan masalah faham, kepercayaan, agama dan isme-isme lainnya, tidak didapati satupun aliran yang mengakui adanya sekutu bagi Allah dalam hal penciptaan alam semesta atau yang mempunyai sifat-sifat yang setara dengan-Nya. Kecuali mereka yang menolak tauhid rububiyah secara keseluruan. Allah berfirman :
         …الاية
Artinya : Berkata rasul-rasul mereka: " Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, pencipta langit dan bumi? … (QS. Ibrahim : 10)
Dalam masalah ini para utusan menyeru kaumnya sebagaimana menyeru orang yang tidak mempunyai keraguan atau tidak pantas terbesit keraguan dalam hatinya. Maka barang siapa meragukan rububiyah Allah berarti ia tidak mempercayai hal lainnya.

Al-Dalâil al-'Aqliyah
Telah kami jelaskan di muka bahwa bukti rububiyah Allah selain naluriah dan ijma' umat juga terdapat dalil berupa tafakkur akan ciptaan-Nya. Bukti bukti yang ada dalam ciptaan Allah ini bertumpuh pada tiga dasar yang akal tidak mungkin untuk menolaknya dan juga bersesuaian dengan al-Quran dan al-Sunnah. Hal ini tidak memberikan cela sedikitpun bagi siapa saja untuk menolaknya. Tiga poin dasar tersebut adalah :
Pertama : Setiap ciptaan pasti ada yang menciptakannya. Allah swt. berfirman :
                 
Artinya : Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (QS. Al-thur : 35-36)
Akal sehat tidak akan mengingkari adanya pencipta. Aksioma ini menyatakan bahwa setiap akibat pasti ada sebabnya, artinya setiap yang tercipta pasti ada penciptanya.
Para cendekiawan memaksakan adanya Allah dengan cara yang berbeda-beda. Semisal filsuf perancis bernama Descrates yang sampai pada pengenalan Allah melalui caranya tersendiri, yaitu " Al-Anâ ".
Beruntunnya penetapan adanya Allah dari cara " Diri sendiri atau Al-Anâ " tertera dalam beberapa ayat al-Quran. Diantaranya adalah firman Allah swt. berikut ini :
                  • • •    •  •          •              
Artinya : Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya), (QS. Al-Nahl : 10-12)
Selain Descrates masih terdapat banyak pendapat ilmuwan yang notabene mereka adalah orang-orang kafir. Berikut kami paparkan komentar sebagian dari mereka dalam pembuktian wujud Allah sang pencipta yang kami kutip dari kumpulan risalah al-imam al-syahid Hasan al-Bana dan artikel-artikel lain yang kami dapatkan.
- Issac Newton mengatakan " janganlah kalian meragukan adanya pencipta, karena sesungguhnya sangat tidak masuk akal pendapat yang mengatakan bahwa alam ini ada dengan tiba-tiba sebagai hukum wujudnya alam ini. " Sebelum membicarakan ilmuwan terkenal dari inggris ini, kami temukan sebuah kata-kata yang dikutip oleh Michael H. Hart yang dijadikan pengantar olehnya sebelum membaca biografi, pemikiran, dan temuan Issac Newton. Kata-kata tersebut ialah " Alam dan hukum alam tersembunyi dibalik malam tuhan berkata, Biarlah Newton ada ! dan semuanya akan terang benderang "
- Hertzel, seorang ahli astronomi dari Inggris mengatakan " semakin luas lingkup pengetahuan, akan semakin bertambah argumentasi yang kuat dan pasti akan adanya pencipta azali yang tidak terbatas kekuasan-Nya dan tidak berkesudahan. "
- Stephen Hawking ilmuwan yang patut kita contoh semangatnya. Walaupun kesehariannya berada diatas kursi roda, ia mengembara ke-ujung jagad raya dengan melakukan berbagai eksperimen dan observasi yang membuat ilmuwan lainnya tercengang. Dalam usaha memahami jagad raya ini kesimpulan yang dia dapatkan ialah " sukar memahami jagad raya tanpa menyebut konsep tuhan. "
Pendapat para ahli ilmu alam dalam hal ini banyak, namun yang kami paparkan barangkali sudah bisa dikatakan representatif dalam usaha untuk membuktikan dan mengajak akal anda semua untuk menerima fakta ilmiah ini.
Kedua : Ciptaan merupakan cerminan dari kemampuan penciptanya dan sifat-sifatnya.
Bila kita lihat lampu listrik akan kita ketahui bahwa pembuatnya mempunyai kaca, kabel dan berbagai komponen listrik lainnya serta mempunyai skil untuk merangkai lampu, sehingga menjadi sebuah lampu yang kita lihat dan dia mengerti tentang kelistrikan.
Demikian pula kita bisa mengetahui sifat-sifat dan kemampuan pencipta dari bekas yang ada dihadapan kita. Karenanya dapat dikatakan bahwa ciptaan merupakan cerminan atas kemampuan dan karakter pembuatnya.
Al-Quran mengajak kita untuk ber-tafakkur dan beri-i'tibar tentang alam, langit dan bumi serta segala sesuatu yang diciptakan Allah agar dengannya kita bisa mengetahui berbagai karakter dan sifat zdat sang maha pencipta dan maha bijaksana. Allah al-'aziz al-kabir berfirman :
                                   •                 •          
Artinya : Allah, dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. Dan Sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. dan dia maha kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Rum :48-50)
Peristiwa terjadinya hujan, membasahi bumi ini yang semula gersang kemudian ada kehidupan didalamnya menunjukkan adanya Pencipta dan kebesaran kekuasaan-Nya.
Ketiga : Suatu ciptaan tidak mungkin dilakukan oleh yang tidak mampu menciptakannya.
Akal tidak akan menolak, kemungkinan besar -kalau boleh dikatakan- kita sudah pasti membenarkan pengakuan Decrates dalam teori " al-Anâ " yang dicetuskan olehnya dalam mencari solusi dan obat penenang kegelisan hati dalam upayanya menyingkap keberadaan sang pencipta, sebagaimana yang telah kami paparkan pada catatan kaki pembahasan pertama tiga poin dasar, yang penggalannya sebagai berikut :

" aku adalah orang yang paling lemah untuk menciptakan diriku sendiri. Jika begitu berarti ada orang lain yang menciptakanku, dan dia harus lebih sempurna dariku. Karena, sesuatu yang kurang tidak akan menciptakan sesuatu yang lebih sempurna darinya, tidak mungkin pula menyamaiku "

Tidak mungkin batu atau benda mati lainnya mempunyai kemampuan untuk menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, memberi manfaat atau mendatangkan madharat. Orang yang mempunyai pola pikir seperti ini, sudah pasti termasuk para jahilin yang mana otak sebagai salah satu nikmat dari Allah hanya dijadikan pelengkap badan saja. Allah swt. berfirman :
                      
Artinya : Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) suatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan. (QS. Al-Furqon : 3)
Dan Allah swt., juga berfirman, yang artinya :
" Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berha]a itu tidak dapat memberi pertolongan. Dan jika kamu (hai orang-orang musyrik) menyerunya (berhala) untuk memberi petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat memperkenankan seruanmu; sama saja (hasilnya) buat kamu menyeru mereka ataupun kamu herdiam diri. Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka Serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka mmperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar. Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu ia dapat berjalan, atau mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat memegang dengan keras, atau mempunyai mata yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai telinga yang dengan itu ia dapat mendengar? Katakanlah: "Panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, Kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan)-ku. tanpa memberi tangguh (kepada-ku) ". (QS. Al-A'raf : 191-195)
Demikianlah peran akal yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia. Islam memberikan penghargaan yang istimewa terhadap akal dalam perannya pada agama yang hanif dan rahmatan li al-'alamin ini, baik dalam segi teologi, fiqh dan akhlak. Terbukti dalam berbagai kitab-kitab tauhid klasik ataupun kontemporer penggunaan dalil 'aqliyah (rasio) lebih diprioritaskan -bahkan bisa dikatakan dalil akal dalam fan-fan ini mendapat porsi hampir sembilan puluh persen-. Begitu juga dalam bidang fiqh seringkali kita temukan hukum-hukum syara' yang dihasilkan dengan menggunakan berbagai metode ra'yu, semisal Qiyas dan Istihsan.
Al-imam Hasan al-Bana dalam kumpulan risalahnya mengatakan bahwa asas akidah ini -sebagaimana keseluruan hukum-hukum syara'- adalah Kitab Allah dan Sunnah rasul-Nya. Kendati demikian kita harus faham bahwa akidah ini mendapat pembenaran dari akal dan dikukuhkan oleh analisa yang benar. Oleh karena itu Allah memuliakan akal dan menjadikannya sebagai salah satu faktor adanya taklif.

4. Penyebutan Fenomena Alam Dalam Al-Quran

Berbagai argumen yang telah kami sampaikan, diantaranya banyak ayat-ayat berkaitan dengan fenomena alam sebagai dalil agar kita lebih yakin akan rububiyah-Nya.
Al-Quran tidak diragukan lagi bahwasanya bukan merupakan buku astronomi, bukan buku biologi, bukan buku kimia dan bukan pula buku-buku yang berhububgan dengan ilmu alam. Akan tetapi al-Quran adalah kitab petunjuk yang tidak ada keraguan padanya dan pembersih bagi jiwa manusia, penjelas antara halal dan haram, pembeda antara madharat dan maslahah, dan pengantar kepada puncak kebahagian dunia dan akhirat. Sekalipun banyak disinggung didalamnya tentang rincian-rincian ilmu alam dan berbagai macam elemennya.
Al-Quran mengungkap tentang fenomena alam karena beberapa hikmah yang dapat kita jadikan sebagai i'tibar. Antara lain :
1.) Jika al-Quran membahas hakikat ilmu pengetahuan alam, maka akal manusia akan mengalami stagnasi dalam kemerdekaan berfikir.
2.) Tabiat pertumbuhan dan perkembangan akal manusia tidak akan menerima loncatan ini. Akan tetapi diperlukan tahapan-tahapan untuk memahaminya. Pertumbuhan dan perkembangan akal manusia, kualitas dan kesempurnaannya tergangtung ilmu dan pengalaman yang baru diperoleh. Al-Quran adalah buku seluruh zaman, seluruh umat dan semua akal. Menyoroti masalah ilmu alam disesuaikan dengan pengetahuan akal.
Oleh karena itu, kita bisa mengetahui rahasia dibalik jawaban al-Quran kepada para penanya tentang bulan. Al-Quran memalingkan pertanyaan dan mengalihkan setiap pandangan mereka kepada manfaatnya. Allah berfirman :
       ••             •       •    
Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (al-Baqarah :189)
3.) Jika al-Quran membahas masalah ini secara tafshiliyah justru akan mengakibatkan kesukaran menghafalnya. Allah berfirman :
       
Artinya : Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (al-Qamar : 17)
Inilah sebagian hikmah penjelasan al-Quran terhadap ilmu pengetahuan alam. Sebenarnya masih banyak hikmah-hikmah yang lain, namun kami tidak ingin membahasasnya secara panjang lebar. Al-Quran menyebutkan fenomena alam tersebut untuk kita jadikan pelajaran dan agar menjadi jalan untuk beriman dan ma'rifah al-khalîq.













AL-NATÂIJ

Disini, -setelah kami banyak menguras tenaga dan otak untuk berfikir dan menyajikan sebuah makalah tentang Rububiyah Allah. Dan al-hamdulillah bisa terselesaikan. Semoga bermanfaat bagi penulis khususnya, teman-teman semester II STAI-An-Nawawi 2009 yang tercinta dan umat manusia pada umumnya. -berdasarkan ulasan makalah yang kami sampaikan, kiranya dapat di tarik beberapa poin kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagai seorang muslim kita harus mengakui keberadaan sesembahan, yaitu Allah swt. Islam telah menyeru agar meyakini-Nya sebagai al-ma'bud wahdah, tiada sekutu bagi-Nya Dia-lah yang menciptakan alam, langit, bumi dan semua mahkluk.
2. Selagi akal mampu mencapai pengenalan terhadap sang pencipta yang maha agung dan maha kuasa, maka sangat objektif untuk dapat mengimani-Nya. Dan ketika telah mengimani-Nya beranjaklah untuk mengimani bahwa semua yang ada adalah ciptaan-Nya. Karena, tidak mungkin sesuatu itu ada secara kebetulan.
3. Iman kepada Allah swt. adalah keyakinan yang kokoh terhadap wujud (keberadaan) Allah. Bahwa Allah mempunyai sifat-sifat sempurna dan agung, dan bahwa hanya Allah semata yang berhak untuk disembah. Hati meyakini hal itu dengan keyakinan yang atsar (pengaruh)nya terlihat dalam tingkah laku seseorang, berupa melaksanakan perintah dan menjahui larangan Allah 'azza wa- jalla. Hal ini adalah dasar dan otak dari aqidah Islam sebagi sumber dasar utama. Yang mana semua rukun aqidah berdasar dan berinduk kepadanya.
4. Dengan memahami tauhid rububiyah Allah ini dengan berbagai argumen yang telah kami paparkan baik secara manqul (dogmatik) ataupun 'aqliah (rasio) kita bias memahami dan juga meyakinkan mereka bahwa agama yang mereka peluk benar-benar mendapat rekomendasi dari Allah swt. Sehingga semakin bertambah ilmu dan keyakinan sesuai firman-Nya :
       •             
Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Fushilat : 53)






















AL-MARÂJÎ'

Al-Bana Hasan. Majmu'at al-Rasâil. Alih bahasa oleh Anis Matta, Rofi' Munawar dan Wahid Ahmadi. Risalah Pergerakan. Solo : Era Intermedia, 2002

Al-Fadhaliy, Muhammad. Tahqiq al-Maqam 'Ala Kifayah al-'Awam. Semarang : Toha Putra, tt.

Al-Mushlih, Abdullah & Shalah al-Shawi. Mâ Lâ Yasa' al-Muslim Jahluh. Alih bahasa oleh : Ahmad Amin Sjihab, Amir Hamzah Dkk. Untuk Setiap Muslim Memahami Aqidah, Syari'at dan Adab. Jakarta : Darul Haq 2003

Al-Qardhawi, Yusuf. Fusûl fiy al-'Aqidah Baina al-Salaf wa al-Khalaf . Alih bahasa oleh Arif Munandar Riswanto. Akidah Salaf dan Khalaf. Jakarta Timur : Pustaka al-Kautsar, 2006

Al-Quran dan Terjemahannya. (Program computer, al-Quran in Word 2002).

Ash-Shiddiqiey, Teungku Muhammad Hasbi. Al-Islam. Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1998

'Aziz. Jam'ah Amin 'Abdul. Silsilah min Turâts al-Imam al-Bana fi Tafsir. Alih bahasa oleh : Bahrudin. Wasiat Qur'ani Aktivis al-Harakah. Yogyakarta : Uswah, tt.

Hart. Michael H. Seratus Tokoh Yang Paling Pengaruh Dalam Sejarah, , 1978, alih bahasa oleh : Mahbub Djunaidi, (Jakarta : PT. Dunia Pustaka, 1982.) down load dalam bentuk file zip/chm. di : http//www.pakdenono.com/

Karim, Izzudin & Najib Junaidi. Ringkasan Keyakinan Islam Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamâ'ah. Surabaya : Pustaka La Raiba Bima Amanta, 2006

Khozin Abu Faqih. Bersama 6 Mursyid 'Am Ikhwanul Muslimin. Solo : Auliya Press, 2006

Syak'ah, Musthafa Muhammad. Islam Bilâ Mazdâhib. Alih bahasa oleh Abu Zaidan al-Zamani & Abu Zahrah al-Jawi. Islam Tanpa Mazdhab. Solo : Tiga Serangkai, 2008

Susanto. Ready. 100 Tokoh Abad ke-20 Paling Berpengaruh. Bandung : Nuansa, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KILAS SEJARAH DINASTI UMAYAH

Dinasti Bani Umayah adalah sebuah dinasti yang berkuasa dalam dunia Islam dari tahun 661 hingga 750 M. Dinasti ini didirikan setelah kematia...