Rabu, 19 Februari 2014

KEMRANGGEN; Makarya Nyawiji Mbangun Desa

Desa Kemranggen adalah salah satu desa dari 18 desa yang ada di kecamataan Bruno kabupaten Purworejo. Desa ini terletak di wilayah Bruno barat yang berbatasan langsung dengan beberapa desa, yakni desa Pamriyan dan Wonosido yang ikut kecamatan Pituruh Purworejo (sebelah barat daya dan selatan desa), desa Purbayan Kemiri Purworejo (sebelah tenggara), desa Gunung Condong Bruno Purworejo (sebelah timur), Cepedak Bruno Purworejo (timur laut), desa Karanggedang Bruno Purworejo (sebelah utara desa), desa Besuki Wadaslintang Wonosobo (sebelah barat daya desa).
 
GAPURA MASUK DESA KEMRANGGEN BRUNO PURWOREJO
Syahdan, nama Kemranggen ini diambil seorang tokoh yang tidak lain adalah pendiri desa yang hidup pada masa penjajahan, beliau di kenal oleh warga Kemranggen dan sekitarnya dengan nama mbah Mranggi. Mbah Mranggi merupakan salah satu prajurit dari Raden Heru Cokro Senopati ing Ngalogo Syayidin Pamukagama Khalifatullah Tanah Jawa Putra Sri Sultan Hamengkubuwono yang bergelar Pangeran Diponegoro. Dalam memerangi Belanda waktu itu, Pangeran Diponegoro dan pasukannya sampai bergerilya ke desa-desa, desa yang dilalui diantaranya adalah desa Wonosido Pituruh sampai Kemranggen dan Karanggedang Bruno. Untuk mengenang perjuangan pangeran Diponegoro ini kemudian jalan yang dilalui beliau dari desa Wonosido melewati hutan Growong menuju Kemranggen dan ke Karanggedang dijadikan jalan Kabupaten dengan nama jalan Diponegoro.   
Desa Kemranggen ini seperti desa-desa yang lain juga masih dibagi menjadi beberapa pedukuhan, di Kemranggen, sekarang terdapat 4 pedukuhan yakni Krajan yang diambil dari kata Kerajaan yang berarti adalah tempat pusat pemerintahan desa, Sawahlor, Gablogan (diambil dari nama sesepuh dukuh terebut mbah kyai Gablok) dan Kaligadung. 
BALAI DESA KEMRANGGEN
Meskipun berada di daerah pegunungan, namun desa Kemranggen adalah desa yang cukup potensial dari berbagai aspek baik SDA maupun SDM-nya. Alam desa Kemranggen amat sangat asri dan pemandangan alamnya bisa memanjakan manusia perkotaan yang mungkin jenuh dengan kebisingan kotanya. Bukit-bukit, persawahan, dan juga sungai-sungai dengan air yang sangat jernih akan turut serta menyejukkan pikiran seseorang, ditambah lagi luasnya hutan pinus milik perhutani yang mengelilingi desa mulai dari sebelah barat dukuh Krajan sampai Sawahlor yang berbatasan langsung dengan desa Karanggedang.

SALAH SATU PEMANDANGAN ALAM DI DESA KEMRANGGEN
(diambil dari depan rumah bapak Pri Sawahlor)

Alam desa Kemranggen tidak hanya memanpakkan keindahannya bila dipandang mata, namun alam disekitar desa ini bisa dikatakan menjadi sumber kehidupan mayoritas warga desa Kemranggen yang kebanyakan adalah petani. Banyak hasil bumi yang sangat-sangat layak untuk diandalkan bahkan dipasarkan diluar daerah bukan hanya dilingkungan sekitar. Seperti padi dari pengelolahan sawah petani, singkong, Kelapa, buah-buahan dan berbagai komoditas pertanian lainnya yang layak untuk dibanggakan dan dipasarkan untuk masyarakat luar daerah.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka pola pikir masyarakat lambat laun menjadi berubah, ketika saya dilahirkan pada tahun 1988 sampai pada tahun 1995 kehidupan bermasyarakat masih relative sama, meskipun di desa ini sudah ada lembaga pendidikan TK, SDN Kemranggen dan SLTP PGRI Bruno di Kemranggen, pada akhir-akhir tahun 1996 listrik mulai masuk desa ini, sehingga pelan-pelan pola hidup masyarakat pun mulai berubah. Jika sebelum ada listrik, saya masih ingat sekali sewaktu masih kecil kegiatan malam mungkin hanya sampai waktu Isya dan kemudian istirahat, anak-anak muda begitu kreatif karena keterbatasan, mengisi waktu luang sebelum istrihat untuk menyongsong hari esok dengan seabgreg job kerja seperti mencangkul sawah, merumput dll sebagai anak seorang petani, mereka malamnya sering berkumpul bersama dengan mengadakan game-game tradisional seperti petak umpet ketika terang bulan atau pitongan (menebak teman dengan mata tertutup) dll. Muda mudi membaur jadi satu, tapi jangan berfikiran tidak baik, karena saya jamin teman2 waktu itu adalah teman-2 yang lugu dan polos, meskipun bersama namun sikap menghormati, isin terhadap lawan jenis sangatnya besar. Jadi meskipun bermain bersama dalam kegelapan saya yakin tidak ada hal-hal negative yang terjadi selayaknya anak muda sekarang yang kalau boleh saya katakan sudah lupa akan adat ketimuran walaupun katanya berpendidikan. Dalam hal ini, saya benar2 kagum kagum dengan teman2 tempoe doeloe dari pada pemuda sekarang.
Setelah listrik masuk desa kami, memang banyak hal positif yang dapat dimanfatkan warga desa seperti kemudahan mengakses informasi melewati media televisi yang mempunyai cakupan nasional bahkan internasional berbeda dengan zaman sebelumnya yang hanya menggunakan media radio batre yang cakupannya hanya fm dan am lingkup kabupaten. Bahkan pada tahun-tahun 2000an masyarakat sudah tidak asing lagi dengan HP sebagai alat komunikasi sehingga pol hidup dan ekonomi masyarakat pun semakin berubah (dalam hal ini menurut saya tetap banyak positif dan banyak pula negatifnya).
Dalam bidang pendidikan, Masyarakat yang dulunya sebagian besar hanya lulusaan SD bahkan ada yang sama sekali tidak pernah mengenyam bangku sekolah mulai sadar akan pentingnya pendidikan, mereka tidak merasa keberatan untuk mendidik anaknya dengan menyekolahkan sampai tingkat SLTA bahkan Perguruan tinggi meskipun harus dengan susah payah. Hal ini tentunya tidak lepas dari kemudahan mengakses informasi lewat media dan juga adanya sebagian warga desa Kemranggen yang menjadi PNS sebagai guru di sekolah-sekolah negeri maupun swasta selalu getol dalam memberikan stimulus agar anak-anak muda Kemranggen bisa melanjutkan tingkat pendidikan.
SDN KEMRANGGEN SEKARANG (2014)
Masih dalam bidang pendidikan, desa Kemranggen memang cukup terkenal di wilayah kecamatan Bruno, bahkan sampai di luar kecamatan sendiri. Banyak kalangan memberikan tanggapan positif semisal ketika saya sedang berdiskusi atau sekedar ngobrol santai dengan orang luar Kemranggen mengatakan kalau desa Kemranggen desanya pendidikan, terbukti banyak sekali PNS yang berasal dari Kemranggen baik yang berkecimpung dalam bidang pendidikan maupun lembaga pemerintah yang lainnya dan juga putra-putra desa yang sedari dulu banyak yang tingkat pendidikannya tinggi.  Pernyataan demikian mungkin ada benarnya, akan tetapi, saya sendiri selaku pribumi Kemranggen terkadang hanya bisa mengelus dada ketika mendengar tanggapan seperti itu, bukannya tidak percaya dengan realita, tapi bila mau melihat lebih dalam tentunya akan didapati pula banyak generasi penerus yang putus sekolah. Bahkan tak ubahnya desa-desa lain, banyak generasi setelah lulus SMP atau SD mengadu nasib ke Jakarta dll. Selain demikian, (maaf bila menyinggung kalangan pendidikan), ternyata banyaknya generasi yang tingkat pendidikannya tinggi tidak berpengaruh secara langsung dalam hal yang positif pada desa. Percaya atau tidak, saya termasuk yang menganalisa kenyataannya, contoh real saja dalam sebuah organisasi karangtaruna yang bisa dikatakan vakum, akhir-akhir tahun 2013 memang ada kumpulan rutin karangtaruna yang diagendakan tiap bulan. Hanya saja agenda intinya hanya arisan dan macit bersama, kalau ada rapat ya langsung ketua membuka tanpa ada mc, absen anggota, bahkan administrasi lain layaknya organisasi yang professional dan dikelolah SDM yang mumpuni pun tidak didapatkan di karangtaruna. Padahal sekali lagi banyak orang memandang desa kita adalah desa yang maju dalam pendidikan. Di Karangtaruna kalau ada kegiatan seperti lomba turnamen olahraga atau kegiatan pemuda lainnya pun bisa dikatakan tidak ada panitianya  meskipun sebenarnya ada, kalau istilah arabnya “wujuduhu ka’adamihi; keberadaannya seperti ketiadannya”, sering didengar dalam bahasa yang sederhana dari seorang ketua panitia, karangtaruna, atau senior pemuda yang berkata “wes pokoe bareng-bareng spa sing kober gawean direwangi”… pertanyaan untuk anda, layakkah sebuah organisasi pemuda yang katanya generasinya adalah generasi terdidik, mengelolah organisasi demikian??? Mari kita fikirkan bersama. Jangan sendiri, nanti bisa stress.hehehe. kita tidak boleh bangga dengan nggpn orang luar sana, mnungkin memang benar adanya, kita memang desa pelajar dan banyak prestasi telah diraih oleh desa ini karena didukung oleh pendidikan yang mumpuni, tapi menurut saya semua itu adalah kerja segelintir orang yang benar-benar peduli dan ingin mengangkat almamater desa kita. Saya yakin tidak semua atau sebagian besar orang berperan disitu. Tanyakan pada diri kita masing-masing????
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya tulis, tapi karena beberapa hal, kemungkinan artikel KEMRANGGEN Makarya Nyawiji Mbangun Desa part 2 akan dilanjut dilain waktu. Silahkan kalau ada sisi positifnya kita ambil. Dan semoga Kemranggen benar-benar menjadi desa kebanggaan kita bersama.





Minggu, 16 Februari 2014

PENDAKIAN GUNUNG SINDORO 4-5 JUNI 2012 (rivew 3 tahun yang lalu)

gunung sindoro dari gunung prau dieng
Dalam Wikipedia disebutkan kalau nama gunung ini adalah sindara, biasa disebut dengan Sindoro atau Sundoro. Tapi kalau ane ya enakan pake nama Sindoro yang sudah familiar. Kayaknya kalau yang lainnya itu kurang enak rasanya di dengar..he.he.. mungkin karena itu tadi, kurang akrab gan…
Gunung Sindoro ini mempunyai ketinggian 3.136 mdpl., merupakan sebuah gunung volkanik aktif (tadinya  sih aktif terus mati katanya gan, dan di akhir tahun 2o11 gunung ini kembali hidup dan berjalan-jalan.hehehe). Gunung ini  yang terletak di jawa tengah tepatnya daerah Wonosobo dan Temanggung berdampingan dengan gunung Sumbing sehingga sering dikatakan kalau kedua gunung ini adalah gunung kembar. Ok gan,,, itu sekilas tentang gunung Sindoro, tambahannya nanti sambil ane cerita tentang perjalanan ane mendaki gunung tersebut bersama teman-teman dari desa Kemranggen kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo Propinsi Jateng..
Tanggal 4-5 Juni 2012, pukul 15 30 WIB ane dan prend2 sudah ngumpul di depan rumah mas wahyu sawahlor, Kemranggen, Bruno, Purworejo atau tepatnya di perempatan sebelah utara SDN Kemranggen. Setelah berkumpul semua, kita absen satu persatu sambil menanyakan perlengkapan pendakian yang sudah dibagi. Ada mas Laras Pandulu, Febri (dari Pitiruh) Kipli, Darul Ihsan, Hendri, Supriyadi alias Supret, Gesit Handoyo, Jemingan potet, Penjol, Toro, Sapono gandasuli dan Tri Gandasuli. Eh ane juga gan, sampe lupa, perkanalkan, ane Kabul Khan kembarannya Amir Khan. Dilarang protes. ^_*. Dan ternyata sudah lengkap dari berbagai aspek baik orang & bekalnya, akhirnya dengan dimulai doa, perjalanan kita menggunakan motor menuju bascamp pendakian Sindoro di desa Kledung, Parakan, Temanggung dimulai………… sekitar jam 17 30 WIB kita sudah sampai di bascamp, tanpa istirahat langsung urus Administrasi dan shalat ashr dilanjut maghrib diteruskan doa lagi agar perjalanan lancar dan selamat semua. Setelah dirasa cukup, pendakian dimulai tepat jam 18 30 WIB. Perjalanan mendaki malam hari memang perjalanan pertama bagi ane gan, kata temen2 yg pernah mendaki malam sih lebih enak, capeknya gak kerasa, bekal air pun irit.
Dari bascamp menuju kaki gunung Sindoro perjalanan kurang lebih setengah jam melewati perkebunan tembakau dan kentang milik petani, awalnya terasa dingin sekali, tapi Karena keringat mulai bercucuran badan ini mulai terasa hangat. Setelah tiba di kaki gunung Sindoro, yg kata mas Laras itu juga pos 1, kita istirahat disana sambil menyalakan rokok 76 dan ngemil snack serta membasahi tenggorokan yg mulai kering. Kurang lebih 15 menit kita istirahat perjalanan dilanjutkan menuju pos 2, dari pos satu menuju pos 2 ini kita sudah melewati hutan-hutan cemara yang cukup lebat, namun rutenya masih cukup landai tidak begitu ngetrek dan jalannya berupa tanah, untung perjalanan kita agak sedikit terbantu dengan cahaya bulan yang kelihatan remang2 karena cuaca mendung, hampir sampai dipos 2 kita melewati hutan campuran yang sangat-sangat lebat sehingga cahaya bulan sudah tidak bisa membantu kita melihat jalan, kita hanya mengandalkan cahaya senter yang sudah kami siapkan sebelumnya.
Sampai di pos dua berupa tanah lapang yang cukup luas kurang lebih ukuran 5x6 m. kita juga istirahat lagi sekitar 10 menitan sambil tak lupa minum dan menyalakan sebatang rokok untuk rileks sebentar agar otot tidak kaku. Setelah dirasa cukup kita mulai lagi perjalanan menuju pos 3, trek menuju pos 3 ini mulai terjal dan kadang berupa bebatuan yang akan berbahaya kalau kita tidak menjaga keseimbangan tubuh sehingga bias terjatuh dan membentur batu, terlebih hutannya semakin lebat sehingga kita hanya bisa mengandalkan senter. Hampir 2 jam perjalanan kita menuju pos 3, dengan pelan-pelan dan kadang juga tertinggal dari teman2, ane, Febri dan Supret pantang menyerah (sebagian teman2 memang mempunyai tenaga Samson gan, mereka sudah terbiasa naik ke bukit2 kalau di rumah meskipun belum pernah mendaki, maklum orang gunung, cuma ane yang anak gunung tpi gak sekuat mereka, cz hidup ane di kota jarang kerja ky teman2 yg lain. Kalau Febri juga sama, Supret sebenernya fisiknya kuat untuk anak seumuran 1 SMP itu).
Perjalanan semakin menanjak melewati jalan setapak bebatuan dikelilingi hutan lebat sampai akhirnya keluar dari hutan dan lihat langit ada cahaya bulan, didepan sana, teman2 ane udah pada tepar sambil merokok dan bercanda disebuah tanah lapang yang kira2 bisa untuk didirikan puluhan tenda. Dan ternyata kita sudah sampai di pos 3 pendakian sindoro via Kledung. Ane langsung menuju teman2 dan ikut sante. Tanpa sengaja pandangan ane tertuju pada kaki gunung Sindoro, terlihat dibawah sana pemandangan malam yang cukup menakjubkan dari desa kledung dan sekitarnya dan juga pemandangan kota Magelang, Temanggung dan Wonosobo yang tak kalah indah.
Tiba di pos 3 ini sekitar jam 10 malam, dan setelah meminta pertimbangan mas Laras yg pernah muncak kesini, akhirnya kita putuskan untuk istirahat lebih lama di pos 3. Kalau gak salah sampai jam 1 baru kita melanjutkan perjalanan. Selama di pos 3 ini kita makan dan membuat dopping kopi biar gak kedinginan, sebagian teman2 ada yg masak ada juga yang nyari kayu bakar, karena mungkin masih lelah akhirnya ane membantu masak air saja. Kalau nasi kita sudah bawa dari rumah jadi gak repot2 masak. Masaknya air juga memakai kompor buatan kami dari kaleng susu bendera, jadi memang cukup simple kalau mendaki bareng kita, bahkan saking simplenya kita nekat gak bawa tenda dan cuma persiapan jas hujan kalau2 hujan turun.  Setelah makan ngopi, udud2 dan bercanda bersama untuk mengusir letih dan dingin sebagian teman2 menyalakan api unggun dan sebagian lagi ada yg mempersiapkan amunisi dengan tidur agar tenaga lebih fit. Jam 12 30 pagi, ane dan Laras membangungkan teman2, kemudian kita siap-siap melanjutkan perjalanan. Setelah packing dan tak lupa absen anggota kita mulai perjalanan menuju puncak. Ya, menuju puncak, cz kata Laras yg pernah mendaki gunung Sindoro sebelumnya, setelah pos 3 sudah gak ada lagi pos, kita langsung kepuncak (kalau baca di google katanya ada pos 4, tapi gak tahu dah, yang penting muncak gn). Dalam hati ane berfikir berarti perjalanan akan lebih ringan Karena sudah tidak ada pos lagi. Tapi kenyataannya justru tidak demikian, dari pos 3 menuju puncak bisa dikatakan inilh pendakian sebenarnya, sudah tidak melewati hutan lebat, hanya padang2 ilalang, namun perjalanannya begitu ngetrek dengan kemiringan kadang mencapai 80 derajat, sebagian besar jalur pos 3 menuju puncak juga berupa batu2, belum lagi, kalau boleh dikate nie ye,,, gunung Sindoro kalau di daki lewat jalur kledung setelah pos 3 ke atas akan banyak tipuan2 puncak, kalau kita lihat ke atas sepertinya puncak akan segera kita capai tapi ternyata belum, dan itu hanya bukit yang kalau dilihat dari bawa bisa kita duga puncak (ini khusus pemula pasti menduga demikian), tipuan-tipuan puncak terjadi kalau gak salah sampai 5 x, sampai2 ane hampir putus asa. Tapi dengan tekad bulat, meskipun nafas tua dan sudah tertinggal dri teman2, ane tetep berjuang untuk menuju puncak. Ane gak mau menyerah kalau sudah terlanjur kaya gini. Termasuk yang tertinggal adalah Supret n Febri. Kita bertiga bersama2, dan yang paling mengenaskan adalah Febri yang hampir tidak kuat begitu juga dengan Supret yang keduanya adalah pendaki pemula. Tapi karena ane selalu mensuport mereka, walaupun pelan2 kita tetep jalan.
Jam 5 pagi ane denger teman2 di atas sana berteriak2, woyyy! sunrise bro. woyyy! sunrise bro. woyyy! sunrise bro.. berkali2 mereka berteriak, agak sedikit kecewa memang, tapi ane maklum ama fisik ane, sehingga ane harus merelakan target melihat sunrise dipucuk Sindoro. Ane, Suppret dan Febri menikmati sunrise sambil jalan menuju puncak dengan tertatih-tatih, tambah lagi Supret yang sepatunya harus jebol (gara2 sepatu dulu SD dipake) dan terpaksa nyeker membuat ane harus bisa memotivasi mereka agar sampai puncak, bukan apa2 gan, ane yakin sebenarnya mereka itu kuat dan bekal makanan juga masih ada. Ane Cuma kasihan kalau2 mereka gak sampai puncak, bisa pengaruh untuk pendakian selanjutnya. Kalau ane sih jelas mantep pasti nyampe pucuk. Ane bilang ke Febri & Supret, kalau mendaki pertama saja tidak nyampe puncak, besar kemungkinan untuk yg ke-dua, ke-tiga dan selanjutnya juga sama. Dan ternyata sugesti ane mempan, semangat mereka berdua kembali membara sampai akhirnya kita bertiga bisa sampai dipuncak Sindoro.
Khusus ane, Febri & Supret sampai dipuncak sekitar jam 6 30 wib. Sedangkan teman2 yang lain sudah hampir 1,5 jam sebelumnya. Sampai dipuncak ane langsung minum dan makan roti merk “padi mas” yang 1-nya kalau gak salah berlabel harga 500 perak gan. Tapi enak kok.he.. setelah sedikit istirahat ane langsung ambil tayamun dan segera shalat dua rakaat di atas batu yang ada di puncak sambil bersyukur kepada Allah SWT. Karena masih diberi kesempatan menyaksikan lukisan-Nya yang begitu indah. Selesai shalat ane dan teman2 memakan bekal makanan yang masih tersisah dan dijamin belum basi yakni tiwul asli buatan biyung alias emak. Bersama-sama, walaupun Cuma seberapa ternyata cukup menambah energy dalam tubuh. Habis itu, kita melakukan season narsis ria bermodalkan hp kamera SE 3,2 MP kita mulai bergaya, diatas gunung Sindoro yg pagi itu masih sangat berkabut dan jarak pandang hanya sekitar 50 m. kita turun ke kawah gunung dan tak lupa juga narsis disana. 
 
berpose di depan kawah sindoro

jalan turun menuju kawah
Sehabis dari kawah, teman2 istirahat, ane dengan Hendri berjalan ke sisi barat menuju taman bunga pucuk merah dan edelwais, disana bergantian ane sama Hendri saling mensotret dengan gaya india2 gitu deh gan, kan tempatnya emang ky di pilem2 bolywod itu…..hhayhe..
Jam 8 pagi kabut mulai hilang dan Nampak disebelah selatan gunung Sumbing yang pernah ane daki sebelumnya. Kita2 tak meninggalkan moment itu, dan lagi-lagi HP SE dengan resolusi kamera 3,2 mp yang masih didukung batre 40% kita gunakan semaksimal mungkin. Setelah dirasa cukup, jam 9 pagi kita sudah siap2 turun, maklum gak bawa tenda takut kepanasan kalau siang diatas gunung. Perjalanan turun memang tak seberat ketika naik, tapi Karena medan yang dilalui adalah jalan yang berbatu kita terpaksa berjalan hati2, hampir 3 jam kita turun sampai di bascamp. Sambil menunggu petugas bascamp yang katanya lagi tahlilan, kita tiduran disana sampai jam 4 sore dan kemudian pulang ke rumah dengan kondisi badan yang sudah sangat kelelahan, kaki yang seperti lumpuh karena harus menapak bebatuan dan pakaian yang sangat2 kotor. Tapi tidak ada penyesalan dalam hati, justru sepanjang jalan ane masih kepikiran untuk mengulang kembali pendakian gunung Sindoro. Dan akhirnya setelah selang 1 tahun dari pendakian sindoro ini, ane dkk kembali lagi melestarikan sunah nabi Musa AS. Menaiki gunung dalam rangka berbicara dengan tuhannya.
Untuk pendakian ke-2 ke sindoro lain kali ane share gan…. Sekian dulu catatan kecil kenangan pendakian sindoro ini. Semoga menjadi kenangan untuk teman2 ku semua yg ikut mendaki…. Dan bermanfaat untuk para pecinta alam.
di puncak gunung Sindoro sebelah selatan

taman bunga gunung sindoro

taman bunga gunung sindoro





taman bunga gunung sindoro
kontributor Kabul Khan Kemranggen Bruno Purworejo



Sabtu, 15 Februari 2014

PENDAKIAN GN. BENGKUK/MENTASARI 13-14 Februari 2014

KANG MAS KABUL KHAN SING GUANTENG DEWE



WONG2 ELEK BERPOSE DI GUNUNG BENGKUK

Suara tahlil begitu menyentuh kalbu, semua mengikutinya dengan khidmah. Ya, itu adalah rutinitas teman-teman kita di desa Kemranggen Bruno Purworejo. Setiap malam jumat kita mengagendakan mengadakan tahlilan bersama dengan system bergilir dari rumah ke rumah masing-masing pemuda yang ikut serta. Memang tidak semua pemuda di desa kita mengikutinya, namun kita bersyukur karena ada sebagian (mudah-mudahan kelak tambah) pemuda yang masih peduli dengan budaya yang bernilai ibadah itu.
Malam jumat tepatnya tanggal 13 Februari 2014 tiba giliran tahlil di tempat saudara widodo bin sastro dusun krajan kemranggen, selesai tahlil, seperti biasa kita mengikuti sorogan ngaji iqra’ (hehehe.. maklum tobatnya setelah gede bro) yang diampuh oleh M. Laras P., M. Khatim Arba’, M. Galih P., M. Karyanto, dan M. Ehyaudin (jangan salah dulu ya, M. nya bukan kepanjangan Muhammad tapi itu istilah jawa “mas”).
Setelah acara selesai, seperti biasa kita kumpul-kumpul, kalau ada yang perlu dibahas ya dibahas, kalau gak ya ngobrol ngalor ngidul gak jelas, kadang juga ada pijetan, nglinting menyan, fb-an dll. Malam itu, kebetulan memang tidak ada agenda pembahasan kecuali ada usulan untuk melakukan pendakian ke gn. Prau dieng. Tapi karena rencananya masih besok bulan depan jadi pembahasan itu kita tunda. Dan secara reflek, salah satu teman kita mengusulkan untuk mendaki gunung bengkuk atau gn. Mentasari malam itu juga, ya...karena melihat suasana dan cuaca lumayan mendukung spontan teman-teman menyatakan “mayoooo mangkat siki”…
Akhirnya kita pulang kerumah masing-masing untuk bersiap-siap. Tepat jam 22 55 wib kita berkumpul kembali di dekat SDN Kemranggen Bruno Purworejo, setelah semua teman-teman lengkap berkumpul, tanpa ditunda-tunda kita berangkat ke kaki gn. Bengkuk. Tidak memakan waktu yang lama pemirsa, kita memakai motor berboncengan sekitar 5 menit kita sampai di kaki gunung.
Motor kami parkir dihalaman rumah warga dan tak lupa berdoa sebelum mulai mendaki, jam 11 malam tepat akhirnya perjalanan kita dimulai, dengan berbekal senter ala kadarnya dan dibantu remang-remang cahaya bulan purnama yang tertutup kabut tebal karena musim hujan, perjalan extrim melewati hutan pun tak membuat kita gentar. Sungguh luar biasa memang, kita memilih melakukan pendakian malam hari. Ini memang waktu yang ideal yang sering kita gunakan untuk mendaki.
Oh ya, dari tadi asyik bercerita tapi lupa mendiskripsikan gn. Bengkuk itu sendiri. Ok., mari kita simak bersama sambil menunggu pendakian kita sampai dipuncak tertinggi. Gn. Bengkuk atau gn. Mentosari terletak di desa karanggedang dan giyombong kecamatan Bruno purworejo, mempunyai ketinggian 1113 MDPL, disebelah barat ada desa besuki yang sudah ikut kec. Wadaslintang wonosobo dan sebelah utara entah desa apa tapi sudah ikut kecamatan kalibawang wonosobo. Gunung ini adalah gunug tertinggi di kabupaten purworejo dan sangat cocok untuk pendaki pemula, jalur pendakian ada 3 (setahu gw bro), yakni lewat desa karanggedang, kalau bawah motor bisa parkir di tempat ky. Burhanudin kemudian Tanya rutenya lewat mana ke warga sekitar (jujur gw belum pernah lewat jalur itu), jalur giyombong juga ada dan belum pernah lewat sana. Dan yang ke tiga adalah jalur karangjaha desa cepedak Bruno (ini jalur yang kita lewati). Itu dulu deskripsinya ya gan..
Dan…………….. tak terasa kita sudah sampai dipuncak, perjalanan kita bener2 melehlakan, jujur gw sendiri harus berjibaku mengimbangi jalan teman-teman yang mempunyai tenaga cukup kuat sebagai anak desa yang cukup bersahabat dengan hutan beda dengan yang nulis, meskipun asli gunung tapi hidup di kota..hehehehe.. jadi agak ngos2an ndaki bareng teman2 kampung. Kalau info yang gw dengar sih biasanya perjalanan memakan 2 jam, tapi ini bener2 gila, kita sampai dipuncak jam 23 50 wib gak nyampe 1 jam Cuma 50 menit kurang lebih. Gw aja langsuung keram perutnya bro, untung setelah istirahat normal lagi. Malamnya gak begitu dingin dipuncak, setelah cukup istirahat sambil buka fb update status, ternyata di beranda gw ada berita kalau gn. Kelud meletus sekitar 1 jam yang lalu. Dalam hati gw berdoa mudah2an tidak ada korban jiwa dan saudaraku disana semua diberi kesabaran.
Sambil istirahat, kita gak ketinggalan untuk mengabadikan moment, bernarsis2 ria dengan jepret sana sini dan membuat dokumentasi video. Kalau yang mau lihat foto2nya bisa cek di akun fb q buka di akun kabul khan atau buka link ini : https://www.facebook.com/kabul.khan/media_set?set=a.10200759686914569.1834376134&type=3 Dan yang mau lihat videonya ada di link youtube http://www.youtube.com/watch?v=rB6INXEYAgE
Rencananya sih mau menunggu sunrise, tapi karena pagi sekitar jam 4 30 wib tiba-tiba hujan abu kiriman dari gn. Kelud jawa timur akhirnya terpaksa deh kita pulang, agak kecewa sebenarnya, tapi demi nyawa ya gmn lagi. pemirsa pasti tahu kan lebatnya hujan abu gn kelud kemarin tangga 13-02-14. Dalam hati gw berjanji suatu saat anti pasti akan kembali lagi.. tunggu aku bengkuk, aku akan kembali menaklukkanmu. 
kontributor Kabul Khan Kemranggen Bruno Purworejo


KILAS SEJARAH DINASTI UMAYAH

Dinasti Bani Umayah adalah sebuah dinasti yang berkuasa dalam dunia Islam dari tahun 661 hingga 750 M. Dinasti ini didirikan setelah kematia...