Suatu
ketika selepas Ashar di Masjid Al-Saudah Nawawi Berjan Purworejo. Di salah satu
pojok masjid tersebut terdapat Rohmat Taufiq dengan dua orang temannya yakni Naufa
dan Kabul Khan yang terlihat sedang mendiskusikan sesuatu. Kali ini tema yang
diangkat seputar masalah I’jazul Quran (Mukjizat Al-Quran). Diskusi yang
berjalan cukup santai (dengan ditemani 3 bungkus kopi hitam dan sebungkus
rokok) namun diskusi ini sarat akan ilmu.
Naufa adalah seorang mantan mahasiswa salah satu PTS di
Magelang dengan program studi Matematika. Seorang calon pengabdi masyarakat
dengan ilmunya. Naufa selalu berupaya mengaitkan Al-Qur’an dengan bidang studinya matematika. Naufa sering berkutat
dengan angka-angka dalam Al-Qur’an.
Naufa pun
memulai diskusi. “Subhakullah alquran itu benar-benar mukjizat. Saya pernah baca di tafsir al-Misbah bahwa
ternyata kata Yaum (hari) di dalam alquran sebanyak 365 kata yang sama
seperti jumlah hari dalam satu tahun, kata syahr (bulan) disebutkan 12
kali sama seperti jumlah bulan dalam satu tahun, sab’u (minggu) disebut
7 kali sama dengan jumlah hari per-minggu. Belum lagi kata-kata yang berlawan
kata. Misalnya ad-dunya 115 kali, al-akhiroh juga 115 kali,
Malaikat 88 kali sedangkan asy-syayathin 88 kali juga. al-hayat (mati)
145 kali begitupun dengan al-maut (mati) yang juga 145 kali. Sebetulnya
masih banyak tapi mending kalian liat di artikel-artikel perpustakaan atau
Tanya mbah google aja ketik key word-nya keajaiban angka dalam alquran,”
Celoteh Naufa sekaligus mengakhiri presentasinya.
Tiba
giliran Rohmat Taufiq memaparkan pengetahuannya seputar masalah mukjizat Quran. Rohmat Taufiq memang sangat menyenangi
diskusi-diskusi tentang kajian Islam berhubung program studi Rohmat Taufiq
adalah bahasa Arab yang ia geluti dulu ketika kuliah di salah satu Ma’had
Lughoh di STAI An-Nawawi Berjan Purworejo. Maka ia akan memaparkan sepengetahuannya tentang I’jazul Quran
dari sudut pandang bahasa.
Setelah
mengucapkan basmalah seraya memuji Allah dengan hamdalah, serta sholawat kepada Nabi SAW. Rohmat
Taufiq pun mulai berkata “Mumtaz! ustadz Naufa mantep dah penjelasannya,
giliran aku ya?
Gini,
jadi mukjizat kalau diliat dari segi bahasa maka secara sederhanaku dapat diartikan sebagai 'senjata' untuk
melemahkan terhadap tantangan dakwah yang ada. Contoh di zaman nabi Musa AS
berhubung waktu itu sihir sedang ngetrend-ngetrendnya maka Allah kasih mukjizat
nabi Musa AS 'menyerupai' sihir, tapi bukan sihir, dengan tongkatnya yang
terkenal. Bisa berubah jadi ular, membelah lautan, dsb. Terus di zaman nabi Isa
AS berhubung waktu itu ilmu kedokteran lagi maju-majunya maka Allah kasih
kepada nabi Isa AS mukjizat yang berhubungan dengan dunia pengobatan. Nah, di
zaman Rasul SAW pada masa itu kaum jahiliyyah terkenal akan syairnya yang luar
biasa Indahnya. Maka Allah pun memberikan kepada Nabi SAW berupa alquran sebuah
mukjizat yang begitu sangat tinggi dan sarat akan nilai sastranya.”
Rohmat
Taufiq masih melanjutkan pemaparannya “bahkan Allah menantang mereka kaum kafir untuk buat satu surat saja yang semisal
dengan alquran. Coba kamu berdua buka Al-Baqoroh ayat 23 “dan jika kamu meragukan
Al-Quran yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) maka buatlah satu
surat semisalnya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang
yang benar,”dan dilanjutan ayatnya, bahwa Allah sudah kasih garansi, mereka
pasti tidak akan mampu membuatnya. Pernah ada kisah tentang Musailamah
Al-Kadzdzab yang coba-coba buat alquran
tandingan. Salah satu suratnya niru-niru al-fiil. Dan surat gadungan itu
ditertawakan banyak orang karena dilihat dari sisi bahasa dan maknanya
betul-betul jelek. Dan satu hal lagi Cuma alquran kitab suci yang bisa dihafal
oleh jutaan manusia walaupun manusianya itu sendiri pun tidak mengetahui arti
alquran. Bahkan uniknya juga, hafalannya tersebut lengkap sampai titik dan komanya.
Subhanallah maha benar Allah dalam firmanNya “dan sungguh Kami mudahkan
Al-Quran untuk peringatan” (Al-Qomar ayat 17). Rohmat Taufiq pun mengakhiri
makalah yang dibawakannya.
Selanjutnya
giliran Kabul Khan yang mendapat giliran menjelaskan mukjizat quran berdasarkan studi yang ia geluti. Kabul Khan adalah
seorang mahasiswa IT di salah satu PTS di Jogjakarta. Berbeda dengan kedua orang
sahabatnya tadi, cowok lajang ini tengah mengerjakan tugas akhir dalam
perkuliahannya. Hal ini dikarenakan Kabul Khan telat kuliah karena harus absen
setahun tidak melanjutkan pendidikan setelah selesai SMA daripada Naufa dan
Rohmat Taufiq yang telah wisuda setahun yang lalu.
Lengkap
dengan stelan kacamata khas para hacker di film Bollywood (kagak salah nie???
Bollywod kale. Gak pa2 lah, namanya ja Kabul Khan pasti demennya ma yang
khan-khan itu), Kabul Khan pun memulai pembicaraannya. “sebenarnya aku belum
mau mengatakan ini mukjizat atau bukan? terus terang aku tidak berani. Tapi
salah satu point yang pernah aku dengar dalam seminar Qur’an bahwa kenapa
Qur’an di sebut mukjizat tak lain dan tak bukan adalah karena kebenarannya
dalam meramal masa depan. Betul gak crut?” Kabul Khan bertanya pada Rohmat
Taufiq (Crut adalah laqab ngetrendnya Rohmat Taufiq). Rohmat Taufiq pun
mengiyakan pernyataan Kabul Khan dengan mengaggukan kepala, seolah tak mau
kehilangan pemaparan dari Kabul Khan sahabatnya yang guantengnya kaya Amir Khan.
^_* (dilarang protes loh buat kata-kata yang terakhir. ha.ha.ha).
Kabul
Khan melanjutkan “surat al-lahab contohnya, di situ Allah memastikan bahwa Abu Lahab akan tetap kafir dan masuk neraka. Dan
ketika surat itu turun di Mekkah, Abu Lahab ternyata masih hidup. Sekarang coba
kalian bayangkan kalau seandainya Abu Lahab itu tergerak hatinya untuk masuk
Islam atau pun pura-pura masuk Islam maka Al-Quran akan dipertanyakan
kebenarannya dari dulu sampai sekarang. Ataupun di surat Ar-Rum di situ
dijelaskan bahwa Romawi akan menang melawan Persia. Dan itu subhanallah terjadi
beberapa tahun kemudian. Setelah pada peperangan yang sebelumnya Romawi kalah
maka pada peperangan selanjutnya Romawi menang telak. Dan satu lagi peristiwa
fathul Mekkah di surat Al-Fath. Allah memastikan kaum Muslimin akan memasuki
Mekkah setelah sekian lama hijrah ke Madinah. Dan subhanallah hal itu
terbukti.”
Fenomena
Al-Fisbukiyyah dalam Al-Qur'an
“Ah itu
mah dari aspek sejarah, coba dari aspek IT sesuai sama studi kamu dong?” kata
Rohmat Taufiq seolah menantang Kabul Khan. “Weitss, tenang-tenang mas bro, aku
kan belum selesai menjelaskan, aku lanjut ya!” kata Kabul Khan.
“Nah
berhubung tadi aku bilang aku gak berani menyebut ini mukjizat atau bukan, maka aku akan bilang ini kehebatan Quran.”
Kabul Khan masih melanjutkan, sementara kedua rekannya Naufa dan Rohmat Taufiq
masih terus diam dan menyimak kata per-kata yang akan terlontar dari mulut
Kabul Khan. “kamu berdua tau gak, bahwa sejak 1400 tahun yang lalu alquran
sudah menyinggung tentang Facebook dan kawan-kawannya?!” Naufa sang Cagur
(Calon Guru) matematika tertegun diiringi dengan hisapan rokoknya dengan
pelan-pelan dan Rohmat Taufiq pun demikian berpikir dan mencari-cari bahwa
apakah benar kata Facebook ada di dalam alquran.
Kabul
Khan meneruskan kembali pemaparannya “coba kamu berdua buka surat Al-Ma’arij ayat 19-21 disana disebutkan dalam
terjemahan indonesianya “Sungguh, manusia
diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila di ditimpa kesusahan, ia berkeluh
kesah. Dan apabila mendapat kebaikan dia jadi kikir”.
Ayat ini
menjelaskan fenomena jama’ah "Al-Fisbukiyyah" secara umum. Coba kamu-kamu liat wirid-wirid mereka. Kebanyakan
isinya keluh kesah. Temanya sudah mirip sinetron mendayu-dayu sampai bikin air
mata keluar. Diputus cewek, bertengkar sama ceweknya, sakit dari mulai bisul, gudik,
jerawat, sampai ayan di update di status, cuaca juga tidak ketinggalan, dikasih
hujan, ngeluh tidak bisa kemana-mana, dikasih panas ngeluh kepanasan. Segala maksiat juga disebarin di
muka umum. Masalah duit abis, rezeki seret
terus dan terus disuguhkan dan juga galau-galau yang lainnya.
Ibadah
juga ada beberapa yang dipublikasikan seperti puasa, sedekah, tapi alhamdulillah
aku belum menemukan ada orang yang lagi sholat update status “lagi roka’at dua
nih” na’udzubillah kalau sampai ada!” canda Kabul Khan.
Naufa dan
Rohmat Taufiq pun tertawa dan mengaminkan ucapan Kabul Khan. “Terus di ayat setelahnya dikatakan “apabila dapat
kebaikan maka ia kikir”. Aku rasa betul ayat tersebut. Coba kamu berdua
hitung ada beberapa orang yang update status semisal “alhamdulillah dapat rezeki,
buat yang mau ditraktir harap tunggu di depan masjid”. Kira-kira ada gak status
kayak gitu. Giliran dapat rezeki yang melimpah pada pelit gak mau orang lain
pada tau, tapi giliran ditimpa musibah di share kemana-mana.”
“Ah, kamu
iri aja kali jangan sok jaim deh?!” Kali ini Naufa yang bertanya kepada Kabul Khan. Kabul Khan pun menjawab “aku
rasa jaim itu perlu, dalam konteks JAIM,
Jaga-Iman berkaitan dengan hal malu, aku tidak mengharamkan update status, akan
tetapi alangkah baiknya update-nya itu yang baik-baik pokoknya temanya mengajak
kebaikan dari quran, hadits, sahabat, ataupun salafush sholih. Ingat dalam hadits riwayat Bukhori dikatakan Jika kamu tidak
malu, maka berbuatlah sesukamu. Ulama bilang bahwa jika kita udah gak malu sama
Allah dan tidak merasa diawasinya maka tunaikan saja hawa nafsumu dan lakukan
apa yang kau inginkan.” Jawab Kabul Khan.
Rohmat
Taufiq tak menyangka sahabatnya Kabul Khan dapat menarik dan mengaitkan surat Al-Ma’arij dengan fenomena Facebookers
yang bergentayangan di dunia maya. Alhamdulillah bertambah satu lagi
pengetahuan Rohmat Taufiq pada hari itu. Sungguh Rohmat Taufiq sejatinya sudah
sering membaca atau bahkan menghafalkan surat ini. Namun dikarenakan kurang
men-tadabbur-i ayat ini maka alangkah kagetnya ia mendengarkan
penjelasan yang dipaparkan oleh sahabatnya Kabul Khan.
Diskusi
kali ini pun berkahir seiring dikumandangkannya adzan maghrib sebagai pertanda masuknya waktu sholat maghrib.
Cerita
tentang tiga teman ini hanyalah fiktif belaka. Kalau ada kesamaan nama, tempat
dan lainnya yang kurang berkenan di gati para facebookers sekalian, maaf ya…
semoga bermanfaat dunia akhirat. Amin amin ya rabbal ‘alamin.